It's Over?

108 20 2
                                    

Play In Silence🎧

Ini aku Kaka.

Aku menulis ini dengan airmata yang terus mengalir sejak kejadian itu.

2 hari setelah aku keluar dari rumah Sakit? Semuany berubah.

Jimin menyelamatkan ku.

Seharusnya aku yang terbentur oleh batu hari itu. Namun, ternyata Jimin? Ya, pria yang selama ini bersama ku dan aku sangat mencintainya.

Waktu itu, aku di ikat di sebuah pohon. Dan Karina sudah ancang ancangan untuk melemparkan sebuah batu sebesar satu gumpalan baju ke arah ku.

Namun, pada saat itu Jimin datang.

Saat Karina hendak melemparnya, Jimin menghalangi batu itu dan kena tepat di kepalanya.

Aku tidak bisa membayangkan hari itu, semua berlalu begitu cepat.

Jimin jatuh begitu saja bersama darah yang perlahan mengalir keluar dari kepalanya, aku hendak memeluknya tapi tubuhku terikat.

Aku hanya bisa menangis, dan meneriaki nama Jimin. Sedangkan pria itu? Ia sempat sempatnya menanyakan kabarku disaat ia tengah sekarat menahan rasa sakit di kepalanya.

Karina?

Ia sudah pergi bersama kawan kawan nya tatkala itu semua terjadi.

Jimin, masih bisa tersenyum.

Ia berusaha terbangun dengan sisa tenaganya, sesekali menyeringit menahan rasa sakit di kepalanya.

Apakah itu sangat menyakitkan Jim? Bisakah aku merasakannya juga?

Ia mengambil gunting di sakunya dan menggunting tali yang mengikat tubuhku dengan pohon.

Saat aku terlepas, Jimin oleng. Ia hendak jatuh dan aku memeluknya.

Jimin meringis, ia mengularkan setetes air mata. Namun, Jimin segera menepisnya kasar. Dalam keadaan seperti ini saja Jimin menolak untuk terlihat lemah dihadapanku.

Pria itu mengangkat tangannya untuk menyentuh pipiku, ia tersenyum. Sesekali ia mencium tangan ku berulang ulang. Aku terus memohon kepadanya untuk tetap bertahan biarkan aku yang menelefon teman temannya.

Tapi Jimin menggeleng, ia berkata. "Ini semua telah berakhir, aku mencintaimu."

Kami berciuman sebelum Jimin menutup matanya, aku menangis histeris di sana.

Aku menelefon Namjoon, namun Namjoon tidak menjawab telefon ku. Aku semakin menangis. Aku menelefon Hoseok, untung ia menjawab.

Jimin segera di larikan ke rumah sakit.

Betapa terkejutnya tatkala aku mendengar bahwa Jimin...

Telah Tiada.

Aku merosot, aku menangis histeris sekarang.

Jimin? Sudah tiada.

Ini semua salahku.

Seharusnya aku tidak melibatkan Jimin dalam masalahku, seharusnya aku tidak menceritakan apapun tentang Karina kepada Jimin kalau ternyata Karina dan Mamah tiriku selalu membuat kekerasan kepadaku.

Seharusnya aku tidak berkata seperti itu padanya.

Bunda Jimin menghampiri ku, ia memeluk tubuh rapuh ku. Kami menangis bersama.

Saat aku hendak pulang, Bunda Jimin memberikan diary harian Jimin kepada ku.

Dan aku membaca semuanya.

Jimin kau tahu? Sekarang aku tahu, seperti apa perjuangan mu saat kau berusaha untuk mendekatiku. Kau tahu? Perjuanganmu akan selalu ku kenang, samapai di detik terakhir jantungku berdetak.

Aku menangis di balik selimut.

Aku tidak kuasa mengganti pakaianku, aku masih menggunakan pakaian yang tadi, pakian yang masih terkena bercak darah Jimin.

Aku, tidak bisa menjalani ini semua Jimin. Aku butuh kamu. Tolong? Kembalilah?

Aku menangis Terisak.

Aku melihat Poto ku dan Jimin di lembaran terakhir, dan ia berkata.

"Aku akan selalu tetap bersamamu, aku mencintaimu. Aku selalu ingin memelukmu, aku berjanji pada Tuhan untuk selalu menjagamu bahkan melindungi mu. Sampai hari dimana aku tiada berarti tugas ku untuk menjagamu dan melindungi mu sudah selesai. Aku harap kita akan selalu bersama. Aku mencintai mu, sangat mencintaimu

Salam cinta untuk mu, Hwang Kaka."—Park Jimin









Desember, 27 2019

JIMIN'S DAIRYWhere stories live. Discover now