[xii] Don't You Understand That I'm Tired?

Start from the beginning
                                    

"Apa aku boleh memelukmu?" Keraguan terdengar dari suara nya, namun pertanyaan itu tetap ia lontarkan.






Greb!









Lawrence menggeser tubuhnya, mengikis jarak antara dirinya dengan Darren, lantas menarik pelan anak itu ke dalam rengkuhannya.

Darren memejamkan matanya kala sang ayah mendekapnya, tangan besar pria itu mengelus punggungnya, Darren merasa semua beban di bahu dan sakit di kepalanya hilang begitu saja bagai angin lalu. Sudah lama sekali sejak remaja itu meninggalkan London─ia tidak merasakan hangat serta nyamannya rengkuhan sang ayah.

"Darren kangen.. aku lelah bermimpi kembali memiliki keluarga yang utuh, kepala Darren sakit karena terus memikirkan mama.. but my dream never come true"

Lawrence merasakan pundaknya basah. Terakhir kali melihatnya menangis ketika bocah itu berumur delapan tahun, lututnya berdarah karena jatuh di atas bebatuan saat bermain bersama Jansen, dan hari ini adalah pertama kalinya air mata itu keluar lagi setelah sekian lama dari pelupuk mata seorang anak yang Lawrence kenal begitu tangguh

Dia membiarkan Darren mengeluarkan semua keluh kesah yang membuat dada nya sesak. Lawrence tidak ingin melihatnya berpura-pura seperti biasanya.

"its okay.. menangis lah, bahkan jika kamu ingin menangis hingga matahari kembali menyambut─I would still be hugging you like this."

Kali ini Darren benar benar tidak bisa menahannya, dinding besar seperti alasan supaya ia tetap tersenyum dalam kondisi apapun─yang selama ini menahan air matanya kini runtuh begitu saja hanya dengan kalimat pendek dari sang ayah. Dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Lawrence, menangis sambil menggigit bibir bawahnya supaya isakannya tak terdengar.

**

"Emang Darren kemana tante?"

"Tante juga enggak tau nih, hp nya nggak aktif dari tadi siang.."

Teresa mengangguk paham, dia melirik buku tebal yang tidak terlalu besar di pelukannya, niat nya ingin memberikannya langsung pada si pemilik karena di cover bukunya tertulis darren's

Cewek itu temukan buku nya tergeletak di bawah meja yang letaknya ada di pojok ruangan perpustakaan berdekatan dengan rak bagian fiksi. Darren selalu duduk si sana, sampai orang orang hapal. Makanya tidak ada yang pernah duduk di sana karena bangku itu sudah seperti hak milik bagi remaja tampan itu.

"Tadi jam tiga sore─aku liat Darren di halte bus, kayaknya hari ini dia enggak ke perpustakaan kaya biasanya" Teresa menjajal untuk menjelaskan, siapa tau sekarang Alice mempunyai gambaran dimana anaknya.

"ah, em.. kayaknya Darren bakal pulang agak larut, kamu enggak janjian dulu sama dia buat belajar bareng?" Alice menjawab setelah beberapa detik terdiam seakan tau dimana Darren sekarang.

Teresa sengaja mengatakan pada orang tua Darren kalau dia ingin belajar bersama dengan anak itu, supaya buku nya bisa ia berikan langsung tanpa tangan orang ketiga.

"Aku sering liat Darren pulang sekolah di jemput sama tante, jadi aku kira Darren pulang sendiri dan udah di rumah"

"Ehm, nanti tante bilang ke anaknya kalau kamu ke sini, biar dia bisa atur jadwalnya lagi, hng─kamu ada pesan yang mau di titipin?"

BROTHERWhere stories live. Discover now