31. Before: Sinner - Pregnant

Start from the beginning
                                    

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Austin sampai, karena jarak dari kantor ke Kafe Rose sangat dekat. Apalagi ketika menggunakan mobil. Austin mengedarkan pandangannya, mencari mantan adiknya yang kini menjadi gadisnya. Senyumnya merekah ketika Austin menemukan Crystal sedang duduk di kursi paling ujung. Dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya, Austin berjalan menghampiri Crystal.

"Baby, kau sudah lama menunggu di sini?" Suara Austin membuat Crystal terkejut. Gadis itu menoleh dengan cepat.

"Kau mengejutkanku! Aku juga baru saja sampai."

Austin duduk di depan Crystal, mereka berhadapan. "Lalu, apa yang ingin kau bicarakan, baby?"

Tanpa membalas pertanyaan Austin, Crystal segera mengeluarkan map coklat dan meletakkannya di atas meja. "Buka dan baca."

Meskipun merasa heran, Austin tetap membuka map coklat itu. Kata rumah sakit membuatnya mengernyit, takut jika sesuatu terjadi pada Crystal. Tapi, pemikiran jelek langsung Austin tepis. Perlahan, Austin membaca dan memahami kata demi kata yang ada di sana. Hingga kata pregnant dan positif membuatnya terkejut.

Crystal melihat gerak-gerik Austin. Pria itu terlihat tidak bereaksi membuatnya takut dan was-was. Lama Crystal menunggu Austin, hingga pria itu mendongak membuat tatapan mereka bertemu.

"K-kau hamil?" tanya Austin dengan terbata.

Crystal mengangguk, kedua tangannya yang berada di bawah meja meremas dressnya. Austin yang tidak bereaksi membuatnya takut. Crystal menghirup napasnya dalam. "Kau terlihat tidak senang. Apakah aku harus menggugurkannya?"

Diam. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Austin membuat Crystal semakin kalut. Percayalah, jika Austin tidak siap Crystal semakin tidak siap. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya mengandung di usia muda. Itu seperti mimpi buruk baginya. "Kak, setidaknya tolong merespon," gumam Crystal dengan suara melemah.

Crystal mengangguk paham. "Ah aku tahu kau pasti juga tidak menginginkannya, kan? Aku akan menggugurkannya, sebelum terlambat." Crystal sudah berdiri, berniat untuk pergi. Baru saja Crystal berjalan dua langkah, Austin menarik tubuhnya untuk dipeluk dengan erat.

"Hey, bagaimana bisa kau berpikiran untuk menggugurkannya." Austin memeluk Crystal dengan erat. "Aku menyukainya, bahkan aku sangat bahagia. Karena aku akan menjadi ayah dari wanita yang aku cintai."

Austin melepaskan pelukannya, menatap Crystal tersenyum lebar penuh haru, bahkan pria itu sampai menangis. Crystal yang melihat itu hanya diam, ia tidak siap tapi ternyata Austin jauh lebih siap. Terlihat dari wajah pria itu yang sangat bahagia. Crystal tidak bisa menghancurkan kebahagiaan itu. Austin juga memang beberapa kali menyinggung perihal pernikahan dan anak setelah semua keadaan membaik. Tapi Crystal selalu berkata. "Bisakah kau menunggu sedikit lagi. Setidaknya setelah aku lulus kuliah. Kita bisa menikah dan memiliki anak."

"Tapi aku akan semakin tua, baby. Aku tidak yakin saat itu, kau masih mau bersamaku."

"Jangan berkata seperti itu. Tentu aku tidak akan meninggalkanmu. Kita akan bersama di masa depan. Menikah, memiliki anak dan menjadi keluarga yang bahagia." Crystal tersenyum lebar. "Bukankah itu terlihat sempurna?"

Austin mengangguk. "Baiklah. Berjanjilah padaku, kau tidak akan meninggalkanku. Jika ya, maka aku akan mengejarmu meskipun itu hingga ke ujung dunia sekalipun."

"Janji." Crystal menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Austin.

"Baby, aku tidak merespon karena bingung harus bagaimana. Aku terlalu bahagia mendengar kabar baik ini." Austin mengusap pipi Crystal.

Gadis itu diam, menatap Austin. "Apa kau yang tidak bahagia, baby? Kau terlihat ....."

Crystal dengan cepat menggeleng, gadis itu tersenyum lebar. "Tentu aku bahagia. Kau selalu memimpikannya dan aku bahagia karena bisa memenuhi impianmu."

Before After: Marriage ✔ Where stories live. Discover now