"Tapi, Namjoon ...."

"Aku baru bisa tenang jika melakukan sesuatu. Kamu tidak sendiri, sweetie."

Seokjin tengadah begitu Namjoon bangkit berdiri dan mendekatinya. Berlutut satu kaki untuk memeluk lutut sendiri dan tersenyum.

"Aku tidak memintamu langsung menjadi milikku, karena itu akan sangat tidak tahu aturan dan liar. Walau sebenarnya aku ingin." Namjoon menatap bergantian sepasang mata Seokjin lalu ke bibir yang setengah mengatup itu, "tapi, aku ingin kita pelan-pelan saling mengenal. Aku sangat menghargai kepercayaan yang sudah kamu berikan ini. Suatu saat, aku pun akan menceritakan diriku juga. Supaya adil."

Seokjin saling tatap lagi dengannya. Oh. Apakah mata itu berpendar lagi? Atau, apa itu yang berkilauan di dalam sana? Apa Namjoon menyimpan kumpulan bintang di matanya? Atau, oh, sejak kapan ada titik hitam di bawah bibirnya? Itu lucu sekali.

Namjoon tertawa rendah, menyadarkan Seokjin. Ternyata jari kanannya sudah menyentuh dagu dan wajahnya terlalu dekat.

"Aku juga memikirkan hal yang sama, sweetie. Sayang sekali itu untuk lain kali. Sekarang, kurasa kita berteman dulu. Pelan-pelan. Aku ingin menikmati setiap prosesnya sambil melindungimu. Aku tidak mau hubungan instan yang bisa mengingatkanmu pada cecunguk itu. Apa begitu lebih baik?"

Seokjin mengerjap. "Kurasa iya."

Namjoon terkekeh. Mencolek ujung hidung bangir Seokjin. "Walau kuakui, kamu cukup berani mengajakku masuk ke flatmu malam-malam begini dan mengira aku tidak akan melakukan apa pun padamu." Suaranya rendah dalam. Membuat Seokjin begitu saja meremang.

Seokjin tergagap, sulit mengatakan sesuatu. Namjoon sekali lagi mencolek hidungnya dan menarik diri. Tepat saat itu ponselnya berbunyi.

"M-mau minum sesuatu. Maaf, aku lupa menjamu dan langsung menarikmu duduk. Tunggu sebentar."

"Tidak perlu repot, sweetie."

Seokjin sudah membuka kulkasnya dan untungnya menemukan sebuah air mineral. Tinggal satu-satunya. Astaga.

Seokjin berpaling. Nyaris menabrak kulkas dengan punggung karena Namjoon sudah di depannya dengan long coat sambil mengantungi ponsel.

"Sudah mau pergi?"

"Yep." Namjoon mengangguk, meraih botol dingin di tangan Seokjin dan menegaknya. Mata terpaku satu arah sambil minum sampai menaikkan dagu untuk menegak habis. Sama sekali tidak memutus kontak matanya ke Seokjin ketika mengusap mulut dengan punggung tangan.

Seokjin menerima botol itu. Tangan mereka bersentuhan, dan Seokjin baru merasakan wajahnya panas. Sangat panas sampai ke telinga.

Namjoon merentangkan tangannya ke pintu kulkas. Seokjin meremas keras botol ke dadanya, saat wajah Namjoon mendekat. Nyaris hidung mereka bersentuhan.

"Undangan lain kali, kuharap bisa lebih dari sebotol air yang kunikmati. Aku cukup puas saat ini. Sayang sekali aku harus pulang."

Seokjin mengeratkan remasan botolnya juga memejamkan mata saat semakin mendekatkan wajah. Jantung Seokjin memukul-mukul dadanya seolah mau lompat keluar karena aroma wangi maskulin Namjoon memenuhi paru-parunya. Bahkan, desah napas berat pria itu menyentuh wajahnya.

Oh, DEAR LORD!!

"Sampai ketemu besok, sweetie pie."

Seokjin membuka mata. Sentuhan yang ditunggu tidak datang dan ternyata Namjoon sudah di pintu keluar. Bagaimana .....

"Istirahatlah. You did great today. See ya." Lalu membuka pintu dan melambai singkat.

Seokjin menurunkan tangannya pelan, masih merasa kurang yakin dengan apa yang barusan terjadi. Baru saat keheningan sekitar disadarinya, Seokjin menatap botol remuk di tangan. Tutupnya tidak ada. Begitu saja ingat Namjoon yang minum lahap dengan tatapan lurus padanya.

Tatapan yang ... lapar?

Seokjin menatap mulut botol itu dan menyentuhkannya ke bibir sendiri. Menegak setetes air di dasar botol. Setelah menelannya, wajah Seokjin panas lagi. Dengan pelan dijauhkannya botol itu, lalu menyentuh bibirnya sendiri.

Gerakan Namjoon yang menyeka bibir itu, kenapa bisa sangat seksi? Dan, demi apa Seokjin jadi tambah malu setelah menyentuh botol yang sama?!

Indirect kiss ....

Astaga. Seokjin sudah sinting. Iya. Dia pasti sudah gila karena membuka dirinya seperti itu.

Apa kali ini tindakannya benar? Seokjin mau sekali jika jatuh pada pria yang tepat.

Tidak akan dimanfaatkan lagi, bukan?

Soalnya, jantung Seokjin masih berdetak kencang dengan menyenangkan.

☕>>>

The Only Drugs That Allow | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang