01

570 46 31
                                    

Semoga berkenan vote ya
sebelum baca, hehe thanks❤️

Between Friends — Affection

WAKTU menunjuk pukul tujuh malam, suasana di apartemen Anika yang semakin sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WAKTU menunjuk pukul tujuh malam, suasana di apartemen Anika yang semakin sepi. Lantaran, kedua sahabatnya Aduy dan Ayla masih ada perlu di kampus— katanya. Sembari menunggu kedatangan mereka, Anika merebus mie duluan.

"Udah diguntingin semua belom bumbunya?"

Suara perempuan dari dapur seketika membuat Lian yang satu-satunya orang di ruang tengah menoleh. Anika mengeluarkan empat piring dari buffet, dengan balutan kaus biru kebesaran dan celana piyama panjang satin biru. Rambutnya dicepol asal ke atas.

Lian yang tadinya berkutat pada ponsel langsung menoleh dengan cengiran lebar.

"Kan." Suara Anika melemah. "Padahal tinggal guntingin doang si, Yan."

"Iye iyeee... ini gue gunting."

Setelah mematikan kompor, Anika menuangkan mie yang sudah kering direndam susu ke atas piring. Lian hadir di dapur, mengeluarkan gunting dari laci konter wastafel dan mulai mengguntingi satu persatu bumbu mie.

"Eh— astaga!" Seru Anika, tiba-tiba teringat sesuatu. "Demi apapun ketinggalan dong kejunya, Yan!"

Laki-laki berkaos hitam Black Sabbath itu sudah selesai menuangkan bumbu dan minyak. Lalu ia hanya menoleh dengan raut aneh. Ia merasa itu bukanlah hal penting sama sekali. Bodo dah, yang penting makan, pikirnya.

"Yaudah lah, gak usah pake keju-kejuan segala. Gini doang juga pasti tetep abis."

"Yakan ini carbonara, Yan... kagak lucu elah gue udah borong susu sama mienya, malah kejunya kelupaan?" Anika tiba-tiba merengek, kelabakan sendiri.

Lian tak kuasa untuk tidak memandangi perempuan di sampingnya dengan raut lelah. Gak ribet bukan Anika namanya, pikirnya.

"Kalo lo mau simpel yaudah gitu aja, kalo tetep mau yang ribet balik lagi gih ke Indomaret."

"PR banget sih nih keju!"

Lian menghela napas, menunjuk piring dengan dagu. "Ini udah rame, Nik. Sosis ada. Kornet ada. Lu gak sekalian aja, Nik tambahin selada, daging giling, terus kulit ikan dah kalo perlu."

Anika mendecak keras-keras dan menggerutu sebal. Sedangkan Lian, tak menanggapi. Mata hazel laki-laki berparas Eurasian itu menjelajahi seisi ruangan, diam-diam mengagumi design minimalis modern yang terasa begitu homey.

"Asli, Nik. Ini tuh kost-an lo yang ke berapa deh?"

"Empat."

"Goks." Lian melangkah ke meja makan dengan kedua tangan menenteng piring. "Gak capek apa lo pindah-pindahan terus kayak gini?"

[BHC #3] Pukul Dua Belas (on hold)Where stories live. Discover now