17. Pacar saya

Começar do início
                                    

"Capeknya," keluh Leta berjalan sambil melakukan sedikit peregangan. Matanya terus meneliti setiap anak kelas duabelas yang melintas mencari sahabat karibnya Nino.

"Leta,"

Leta berhenti kala namanya diserukan dari belakang. Ia berbalik mendapati Amora dan beberapa temanya sedang berjalan mengarah kearah dirinya sekarang.

"Gue mau bicara sama lo," pinta Amora ketika sudah berhenti didepan Leta.

Leta tertawa sinis, adik kelas zaman sekarang memang tidak tau batasan. Memanggil namanya begitu saja dan berbicara layaknya dengan teman sebaya.

"Kalau gue ngga mau?," tanya Leta membenarkan seragamnya yang sedikit berantakan. Ia harus bersikap santai dengan pelakor ini. Leta yakin kalau gadis didepannya ini hanya akam membicarakan tentang Revin, suaminya.

Amora menarik nafas meredam emosinya, ia berdecih "Sombong lo, baru jadi kakak kelas udah begini."

Mendengar perkataan Amora membuat Leta ikut terpancing emosi, sebenarnya siapa yang salah disini. Harusnya ia yang berkata begitu pada Amora.

"Ngaca dulu dong lo, hormat lo mana sama gue?,"

"Kalau lo nolak gue akan tambah nafsu buat ngrusak lo Let," tegas Amora dengan nada mengancam. Ia rela melakukan apapun untuk mengusir Aleta.

Leta menarik senyum sinis, Amora benar-benar mirip sikopat. "Lo mau bicara kan? Bicara sekarang,."

Amora tertawa remeh, takut juga Leta ini dengan ancamannya. Ia memberi isyarat pada temannya untuk menjauh, meninggalkan dirinya dan Aleta berdua di koridor yang nampak sepi sekarang.

"Tinggalin Revin,"

Leta yang awalnya menatap kearah lapangan beralih menatap Amora yang sedang menatap serius kearah dirinya. Gadis ini benar-benar gila.

"Gue akan kasih lo uang, berapapun yang lo minta," lanjut Amora kemudian. Leta tertawa lepas, membuat Amora jengah.

"Lo mau gue jual Revin? Gila lo! Berapapun uang yang lo kasih gue gak akan tergoda. Dengerin gue mor, gue gak akan ninggalin Revin walaupun maut yang minta," jelas Leta menekankan setiap kata yang ia ucapkan. Leta sudah berjanji pada dirinya, bahwa ia akan memperjuangkan Revin sampai lelaki itu tunduk pada cintanya.

"Hey lo jangan berlagak gak butuh uang Let! Apa lo pikir gue gak tau kalau lo yatim piatu hah!? gue yakin suatu saat Revin bakal ninggalin lo dan gak akan ada satupun tempat di dunia ini yang mau nampung lo Let, gue tawarin sekali lagi, jawab iya dan gue gak akan ngrusak hidup lo,"

"Gak, terserah lo mau rusak hidup gue terserah lo, tapi sekali gue bilang gak, tetep gak. Gue rasa cukup sampai sini aja pembicaraan kita, jangan urus hidup gue lagi dan jangan sekali kali berani deketin Revin," Leta berbalik meninggalkan Amora dengan nafas menderu.

"DENGER ALETA! MULAI HARI INI, GUE AMORA BAKAL CARI TAU KELEMAHAN LO! DAN BIKIN LO PERGI DARI REVIN MAUPUN KELUARGA ARDIAZ, ITU SUMPAH GUE!" Amora berteriak pada Leta yang sudah berjalan menjauh, mulai sekarang hidupnya hanya untuk mendapatkan Revin, lelaki yang sudah ia cintai sedari kecil. Teman masa kecilnya.

Leta terus berjalan, memantapkan hatinya. Hidupnya tidak akan tenang sekarang, dan ia sadar. Lagi pula bukannya masih ada Nino, sahabat yang selalu mendukung dirinya bagaimanapun keadaannya.

°•°•°•°

"Kurang ajar tuh cewe gue perkedel nyaho nih," kesal Nino setelah mendengar cerita Leta mengenai Amora. Ia tidak habis pikir, ada perempuan yang begitu terobsesi pada laki-laki sampai berbuat jahat saja mau.

Married Dadakan Onde histórias criam vida. Descubra agora