Meski begitu, otaknya terus berputar menerka-nerka alasan gadis itu kembali melakukan hal yang telah lama tak dilakukannya.

Terakhir kali, Anneth melakukan itu karena Lyra terlalu sibuk hingga melupakan sang adik. Namun, kali ini perhatiannya terus ia berikan pada adiknya ini.

Kepalanya menunduk menatap kotak dengan ukiran cantik itu dengan datar. Tak sesuai dengan tampilan luarnya, isi kotak itu bisa saja sewaktu-waktu memakan korban.

Lyra tersenyum miring, matanya masih memandang kosong benda tersebut. Kotak itu benar-benar persis seperti adiknya, sangat cantik tapi mampu membunuh dengan sadis.

"Adam, periksa cctv. Aku ingin tau apa saja yang dilakukan Anneth malam tadi!" Perintahnya.

Seperginya Adam dari kamar sang adik, Lyra pun berdiri memeriksa setiap sudut kamar demi mencari tahu apa penyebab adiknya jadi seperti ini.

Tepat saat memeriksa kamar mandi Anneth, ia melihat jaket laki-laki tergantung di sana.

Gadis itu mendekat meneliti setiap inci jaket tersebut. Merasa asing dengan benda itu, Anneth tak memiliki jaket seperti ini sebelumnya. Lagi pula, benda itu lebih cocok digunakan oleh laki-laki.

Lyra menghela nafas panjang, apa ini terjadi karena trauma Anneth kambuh? Adiknya memang sudah berhenti melakukan terapi tapi itu tak menjamin mental sang adik sudah sembuh.

Ia memilih berbalik dan menemani adiknya. Menjaga gadis itu agar tidak berbuat aneh saat bangun nanti.

Kotak berisi koleksi Anneth itu akan ia singkirkan dari kamar ini, meski suka menyakiti orang lain, jika telah kambuh Anneth tak akan segan menyakiti dirinya sendiri.

Segera Lyra membuka ponsel yang sedari tadi ia genggam, mencari sebuah nomor untuk menghubungi seseorang.

"Halo."

"Di mana?" tanya Lyra tanpa basa-basi.

"Tempat biasa, Kak."

Lyra mengangguk, matanya terus menatap wajah manis yang tengah terlelap itu.

"Aku memintamu untuk menjaganya, bukan mencintainya!"

Sambungan Lyra tutup sepihak, orang di seberang sana tak bisa mencintai adiknya. Derajat Annetha berada jauh di atas laki-laki itu.

Bahkan, jika laki-laki itu menyerahkan nyawanya secara cuma-cuma pun tak akan cukup untuk menggantikan dosa-dosa Anneth selama ini.

Lyra berjongkok, memeriksa lagi keadaan sang adik.

"Anneth," panggilnya saat ada keanehan di sana.

Wajah gadis itu terlihat begitu pucat atau bahkan hampir membiru.

Digenggamnya tangan yang tertutup selimut itu, yang ternyata begitu dingin hingga menusuk kulit Lyra.

Tubuhnya gemetar saat kejadian ini terulang kembali, kejadian di saat ia hampir kehilangan adiknya.

"ADAM!!"

Tak ada sahutan, ia lupa jika telah meminta Adam untuk mengecek seisi mansion. Lagipula, ruangan Anneth kedap suara, tak ada yang bisa mendengar meski berteriak sekeras apapun.

Diambilnya telepon rumah yang berada jauh dari tempat tidur Anneth, menekan sesuatu dan menempelkan ganggangnya di telinga.

"Halo?"

"Siapkan mobil! Minta Adam untuk segera ke kamar Anneth!"

Sangking paniknya, Lyra lupa jika ia bisa menghubungi Adam menggunakan ponselnya.

Tak peduli resiko apa yang akan ia hadapi nanti, nyawa adiknya lebih penting dari apapun!

Jangan lupa votemen🌟
Sider dosaa🔪

💌💌💌

Holaaaaaaa apa kabar:D

Lama banget gak up, seketika liat komen ternyata udah pada nungguin:(

Makasihhhh udah setia menunggu Anneth yang suka ngaret ini😭

Ntar diusahain biar sering sering up;)

Sampai ketemu di part selanjutnya ❤️

Salam
Arsetia_

14 Jan 2021

Cute but PsycoWhere stories live. Discover now