Unexpected

956 51 13
                                    

Sean menyeramkan, itulah satu satunya yang tercetak di kepala White sekarang. White yakin wajahnya dan Black sama persis, tapi Sean seperti sudah mengetahui dia bukan kakaknya bahkan sebelum White membuka mulutnya. Sebenarnya apa hubungan Sean dan kakak kembarnya?

White bersyukur Black pernah bercerita betapa konyolnya Sean yang pernah dengan suka rela memberi tau Black passcode handphonenya hanya karena Black ingin melanjutkan game online yang dia mainkan di handphone Sean.

White tidak tau pasti, tapi dia merasa Sean bukan orang jahat, Sean hanya peduli dan khawatir pada kakaknya. Sama seperti White sekarang yang nekat menyamar demi mengetahui siapa yang berkhianat pada kakaknya.

Rahang White masih sakit, Sean mencengkram rahangnya dengan begitu kuat. Lima menit yang lalu White yakin dia akan mati di tangan Sean.

Black selalu bercerita tetang Sean yang konyol, dan gampang dibodohi, tapi Sean yang ditemuinya tadi adalah orang yang berbeda.

Sean terlihat sangat mengintimidasi, aura yang menakutkan juga keluar dari tatapan mata Sean. Gampang dibodohi darimana? Sean bahkan langsung tau kalau dia bukan Black. White sekarang curiga, jangan jangan Black selama ini sudah membohonginya.

White tidak habis pikir, jika Sean saja bisa terlihat sangat mengintimidasi seperti tadi lalu bagaimana dengan kakaknya? Sebenarnya seperti apa kakaknya diluar sana?

Black yang dikenal White adalah kakaknya yang ceria, selalu melindunginya, dan tidak pernah sekalipun terlihat menakutkan di matanya. White kira dia tau semua hal tentang kakaknya, tapi seperti nya Black yang dia kenal bukanlah Black yang sekarang harus dia tiru gerak geriknya.

******

Jam pelajaran terakhir hampir usai, berpura pura menjadi Black di depan Yok dan Gram ternyata tidak terlalu sulit. Mereka berdua lebih sering bercanda, dan saling mengejek satu sama lain, White hanya perlu ikut tertawa dan mengangguk. Sama sekali tidak sulit

White bersyukur Sean tidak kembali ke kampus tiba tiba, dia masih belum tau bagaimana harus bersikap di depan Sean. Sahabat kakaknya yang satu itu seolah tau semua detail kecil tentang Black yang bahkan White sendiri tidak tau.

Siapa orang yang mengingat tipe kopi favorite teman mereka? White bahkan tidak ingat sahabatnya di Chaing Mai sana suka makanan apa. Berpura pura menjadi Black di depan Sean sepertinya akan menjadi tugas paling berat untuk White sekarang.

******

Jam tangan Sean menunjukkan pukul 2 pagi, Sean memarkir mobilnya dipinggir trotoar, menarik puntung rokok terakhir dari kotak rokok yang baru 3 jam lalu dia beli. Otaknya kusut, Sean tidak bisa berhenti memikirnya Black dan si pendek.

Kalau saja si pendek sedikit lebih pintar berbohong mungkin semuanya akan lebih mudah bagi Sean. Paling tidak Sean bisa berpura pura tidak tau untuk ketenangan otaknya sendiri, tapi acting si pendek begitu buruk. Bagaimana mungkin seorang Black berjalan menunduk? Hah semakin kesal saja rasanya.

Tanpa sadar Sean menekan speed dial 1 di handphone nya, menunggu dengan sabar sampai suara di sebrang sana menyapanya.

"Halo?"

"Black, please kasi tau gue lo dimana? Gue tau yang tadi di kampus bukan lo"

"Lo ngomong apaan sih? Yang di kampus tadi ya gue emang siapa lagi?"

"Hpnya Black lo juga yang pegang? Please just let me know that he's okay"

"Sean... gue ini Black... dan gue oke"

Entah bagaimana, jawaban si pendek tadi seolah memberi isyarat pada Sean kalau Black-nya baik baik saja. Mungkin Sean memang sudah gila.

"Well whatever help you sleep at night, besok dateng ke condo gue. Buktiin kalo lo emang Black"

Just Friends 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang