Who are you?

958 45 8
                                    

Matahari pagi memenuhi kamar Sean, memaksa lelaki tampan itu untuk terbangun. Belum apa apa saja Sean sudah bisa membayangkan senyuman Black yang manis menyapa harinya. Senyum bodoh sekarang tercetak di wajah Sean yang tampan, Black akan selalu menjadi bagian terindah dari harinya.

Mobil Sean terlihat terlalu mewah untuk terpakir di depan bangunan condominium tua yang dia sewa. Sean memang bukan dari golongan yang sama dengan Black dan gangnya.

Tampan, kaya raya, pintar, lalu kenapa Sean rela masuk ke salah satu kampus dengan grade paling rendah, dan tinggal di condominium tua? Sudah jelas Black adalah alasannya. Black tidak suka barang mahal, apartment mewah, atau kampus ternama, dan siapa Sean untuk tidak mengikuti keinginan pujaan hatinya?

Dari kejauhan Sean bisa melihat Gram, dan Yok berjalan kearahnya. Sean mulai terlihat bingung dan bertanya tanya dimana Black-nya, sudah seminggu Black seperti hilang ditelan bumi, Black memang biasa pergi tanpa memberi kabar tapi ini terlalu lama. Sean khawatir, pikirannya mulai melayang ke scenario scenario terburuk yang mungkin menimpa Black.

"Black mana?"

"Black mulu yang lo tanya. Gue sama Gram masih hidup btw kalo lo lupa"

"Paling dia bolos lagi ga sih. Gue sama Yok tadi ke tempat dia, motornya gada. Ga balik condo dia kayanya"

Kesal, Sean tidak mengerti kenapa Yok dan Gram masih terlihat santai padahal Black tidak bisa dihubungi sama sekali. Apa mereka tidak khawatir dengan Black? Black yang cendrung gegabah selalu membuat Sean tidak tenang. Seperti sekarang, yang Sean inginkan hanya mencari Black, persetan dengan kuliah, saat ini Black lebih penting.

"Gausah dipikirin sih, siapa juga yang berani macem macem sama Black? He's an Ace for a reason. Kalo gue atau Yok yang ilang baru lo khawatir gapapa"

"Tapi ga biasanya dia ilang lama banget gini"

"Nih ya, kalo lo maksa ngehubungin dia pas dia lagi sibuk yang ada lo kena amuk. Mending kita tunggu aja entar juga muncul anaknya"

Gram benar, Black adalah Ace yang tangguh, dia tidak seharusnya khawatir. Tapi hatinya tidak bisa berbohong. Sean peduli, mungkin terlalu peduli.

Mereka bertiga berjalan menuju kelas di lantai 5 ketika sosok yang sedang dikhawatirkan Sean sedang terlihat menunggu mereka bertiga di depan lift. Sean tidak bisa menyembunyikan senyum nya, Black kembali. Black-nya sekarang sedang berdiri dihadapan Sean dengan muka ditekuk, jika bukan karena Yok dan Gram disini mungkin Sean sudah memeluk Black sekarang.

"Kalian lama, gue udah nunggu dari tadi"

"Masuk juga lo akhirnya anak setan. Nih Sean khawatir banget" Sean rasanya ingin menyumpal mulut Yok dengan kaos kaki sekarang

"Gue gapapa kok. Thanks Sean udah khawatir"

"Black lo gapapa? Pala lo kepentok apa gimana? Lo biasanya langsung teriak marah marah, bilang geli lah, jijiklah, ini makasih? Lo demam" Gram menyudahi kalimatnya dengan raut bingung

Gram benar, Black terlihat aneh hari ini. Tubuhnya terlihat lebih kurus, sedikit lebih pendek, dan wangi vanilla? Sean hafal aroma kopi, menthol, dan campuran rum yang membuatnya mabuk setengah mati, dan Black yang dia kenal tidak mungkin berbau vanilla, lalu siapa sosok manis di depannya ini kalau bukan Black?

"Gue mencoba menjadi teman yang baik ya harusnya kalian bersyukur bukannya malah mikir gue aneh"

"Black, lo hari ini bawa motor?"

"Ga bawa motor gue dibengkel"

"Oh dark night lagi rewel?"

"Hah? Dark night?"

Just Friends 🔞Donde viven las historias. Descúbrelo ahora