24

9.2K 1.1K 610
                                    

Sudah terhitung tiga hari sejak Jay tahu tentang yang sebenarnya terjadi, sejak itu pula Jay menjauh dari ketiganya, dari Jungwon terutama. Dia pikir dia mampu menyelesaikannya hari itu, namun setelah melihat Jungwon menatapnya dengan matanya yang berbinar saat dia pulang dari minimarket hari itu, mendadak perasaan sesak tak terduga datang menghampirinya.

Berapa besar rasa sakit yang sudah dia berikan pada anak itu?

Hanya itu yang ada dipikiran Jay bahkan hingga saat ini.

Jay mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa dia bisa sebodoh ini? Kenapa dia benar-benar seakan menutup mata dengan apa yang terjadi di sekelilingnya?

Jay menghela napas, setelah hari itu juga kebiasaan barunya adalah menjauh dari Jungwon dimanapun dia bertemu dengan cowok itu. Mulai dari depan rumah, koridor, kantin, pokoknya dimana saja.

Katakanlah Jay pengecut, tapi dia benar-benar belum siap berhadapan dengan Jungwon. Rasa bersalah, sesak, sedih, marah semuanya muncul begitu saja hanya dengan melihat cowok itu.

Jay mengambil minuman kemasan yang dibelinya tadi di kantin, membukanya kemudian meminumnya. Sekarang hanya demi menghindari Jungwon, Jay selalu mengasingkan diri ke tribun belakang sekolah. Walaupun di tribun dilengkapi naungan, tetap saja di jam istrahat seperti ini akan terasa panas sekali.

Jay menutup kembali botol minumannya, menatap lurus ke depan. Dia tahu dia tidak boleh bersikap seperti ini terus-terusan, tapi dia juga bingung harus memulai dari mana untuk meluruskan segalanya.

"Kak Jay ..."

Jay terlonjak, benar-benar terkejut ketika suara itu memasukki pendengarannya. Jay spontan menoleh ke sebelahnya dan dia merutuk dalam hati ketika melihat Jungwon menatapnya dengan mata polosnya.

Jay mengalihkan pandangnnya dari Jungwon, "Ke-kenapa kesini?"

Jungwon memberikan sebuah roti pada Jay, "Kakak belum makan kan?"

Jay menatap roti itu, kemudian menatap Jungwon dengan perasaan campur aduk. "Gak usah."

Bukannya menyerah, Jungwon malah meletakkan roti itu dipangkuan Jay.

"Kenapa?" tanya cowok manis itu.

"Apanya?"

"Kenapa kakak jauhin aku dan hindarin aku beberapa hari ini? Apa aku ada salah?" Jungwon menatap Jay, terlihat kilat kesedihan dimatanya. Hal itu membuat perasaan Jay menjadi semakin tidak karuan.

"Perasaan lo aja."

Jungwon menunduk, "Aku minta maaf kalo ada salah, Kak."

Jay menghela napas, "Kenapa lo selalu bersikap kaya gini, Won?"

"Maksud kakak?"

"Kenapa lo selalu baik sama gue? Kenapa lo selalu care sama gue? Kenapa lo selalu khawatirin gue? Rawat gue? Bahkan ngasih perhatian sama hal-hal kecil yang gue lakuin, kenapa?"

Jay menatap Jungwon frustasi, sedang cowok itu terlihat sedikit terkejut dengan lontaran pertanyaanya.

"Ka-karena kita sahabat, Kak. Kak Jay udah kayak kakakku sendiri." balas Jungwon dengan penuh ketidakyakinan.

"Bullshit, Won."

Jungwon menatap Jay tidak percaya, baru kali ini Jay terang-terangan mengumpatnya. Cowok manis itu langsung menunduk.

"Lo suka sama gue kan?"

Detik itu juga Jungwon merasa detak jantungnya berhenti sesaat, dirinya membeku, bahkan untuk bernapas saja tiba-tiba terasa sulit.

Every (Little) Thing ; Jaywon ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora