O6. Potongan Masa Lalu?

Start from the beginning
                                    

"Saeron?" balas Kinar dengan pandangan nanar.

"Kau mabuk? Astaga! Ke mana Dejun?" Gadis yang dipanggil Saeron itu kemudian melingkarkan lengan Kinar di lehernya. Ia meraih ponsel dan menelpon seseorang sambil menuntun Kinar masuk.

Hendery menghela napas lega setelah akhirnya Kinar bertemu dengan seseorang yang bisa membantunya. Ia kemudian berbalik, merasa harus pergi dan tidak perlu mengikuti lebih jauh lagi. Kini, ia ingin bertemu dengan Lucas guna menanyakan kejadian tadi. Kejadian di mana ia merasa de javu masih terbayang dengan jelas dan terasa begitu nyata. Diusapnya liontin itu dari balik kaus, berharap Lucas akan muncul lagi seperti tadi.

Namun, nihil. Tidak ada siapapun yang datang kecuali para hantu yang ia dapati mengintip di masing-masing sisi jalan. Lagi, Hendery merasa diawasi. Hal yang takpernah ia rasakan sebelumnya selama ia menjadi arwah. Tiba-tiba saja, ia merasa harus melangkah cepat. Selain karena perasaan tidak nyaman yang timbul saat ditatap berbagai macam mata yang menyeramkan, Hendery merasa ada sosok lain di belakangnya.

Ia kemudian berbalik cepat guna memastikan dan sontak menghindar saat mendapati hantu tanpa kepala yang sempat ia lihat tadi berusaha memenggal kepalanya dengan kampak yang ia genggam. Hendery terjatuh dan menyeret tubuhnya mundur. Sialnya, hantu itu masih belum menyerah, terus menebas-nebas kampaknya di udara.

'Sial, kenapa dia mengincarku?' Hendery bertanya-tanya.

Dari arah berlawanan, yaitu di belakang Hendery, hantu berseragam tentara dengan mata merah nyalang menghampiri. Sementara ia masih terus menangkis serangan dari hantu tanpa kepala itu, Hendery taksempat menghindar dari cekikan di belakang. Kulitnya seketika itu terasa sangat panas, Hendery mundur beberapa langkah sambil berusaha membebaskan diri. Namun, sangat sulit karena si tanpa kepala itu juga tidak berhenti menyerangnya maju.

Selain dua hantu itu, hantu-hantu lain seolah menonton entah itu duduk di atas pohon atau mengintip dari balik dinding gedung kosong. Hendery mulai lemah, kewalahan mengatasi dua hantu yang menyerangnya secara langsung hingga tiba-tiba saja, di satu titik di mana ia hampir menyerah, hantu-hantu itu menghilang.

Hendery terkapar di jalan. Semuanya sepi kecuali langkah kaki yang perlahan mendekat. Sosok itu berjongkok di hadapan Hendery seraya menjentikkan jari.

"Bangun, kau sudah aman."

Itu Lucas.

Hendery berusaha bangkit, memegangi lehernya yang masih terasa panas. Ia kemudian duduk di tangga salah satu toko roti di sana. Sementara Lucas berdiri menyandarkan punggung di dinding toko.

"Kenapa mereka menyerangku? Apa belum cukup aku terpisah dengan ragaku saja? Kini aku juga harus menghadapi mereka yang berusaha meleyapkanku tanpa sisa?"

"Sudah kubilang, tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama sepertimu."

"Jadi mereka menginginkan ini?" Hendery merogoh kalungnya.

"Siapa yang tidak ingin hidup kembali?"

"Oh, gosh! Kurasa aku hampir saja hangus terbakar karena tangan itu. Mereka benar-benar menyeramkan."

Lucas bersedekap. "Kau harus lebih berhati-hati. Kau tau, kan, aku tidak bisa terus bersamamu setiap detik. Aku memang mengawasimu, tapi juga melakukan tugasku yang lain. Kau kira aku hanya milikmu seorang? Itu sebabnya aku memintamu mencari tau sendri karena aku terlalu sibuk."

"Yah, untung kau sempat menyelamatkanku. Pantas saja mereka terus memandangiku." Hendery bergidik ngeri, mencoba menghapus bayang tatap tajam para hantu yang seolah ingin mengulitinya hidup-hidup semenjak ia mendapatkan kalung itu.

Lucas sudah hampir menghilang lagi sesaat sebelum Hendery menahannya, "Tunggu! Ada hal lain yang ingin kutanyakan."

Pria itu berbalik, menatap Hendery yang berdiri di depannya. "De javu yang aku alami tadi, apakah itu potongan dari masa laluku?"

"Ya, potongan-potongan itu yang akan membantumu mengingat semuanya," jawabnya. "Dan ingat, aku bukan jin yang akan muncul saat kau mengusap liontin itu." Detik kemudian, Lucas menghilang. Menyisakan asap putih yang menyebar di sekitar wajah Hendery.

Lari? Lampu lalu lintas? Dan Nara? Apa mungkin Hendery mengalami kecelakaan? Apa mereka saling berhubungan? Tapi, kenapa Nara tidak mengenalinya?

Tidak, Hendery belum sepenuhnya yakin. Ia tidak mau mengambil kesimpulan terlalu dini. Dirinya kemudian kembali berjalan tanpa arah. Kali ini lebih berhati-hati menghindari hantu jahat yang berusaha menyerangnya. Di sisa malam itu, Hendery berpikir keras.














to be continued
•••

(masih menangisi foto hendery huhuhuhu)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(masih menangisi foto hendery huhuhuhu)


tap vote (bintang) for the next chapter!❤

FINDING YOU | Hendery WayVWhere stories live. Discover now