O6. Potongan Masa Lalu?

Start from the beginning
                                    

"Sudahlah, aku mau pergi. Minumanku sudah habis."

Kinar baru saja berdiri dan langsung limbung, beruntung tidak benar-benar jatuh tertimpa mejanya sendiri. Hendery cekatan memegangi pundak Kinar, tetapi energinya tidak cukup banyak saat ini. Ia tidak bisa menyentuh Kinar.

"Kau tidak bisa minum alkohol? Lalu kenapa memaksa?!" omel Hendery di sampingnya. Ia kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan karena Hendery begitu peduli dengan Kinar, tetapi saat ini hanya Kinar yang menjadi harapan untuk membantunya.

Dengan angkuhnya, Kinar kembali menegakkan tubuh meski masih agak sempoyongan. Kepala gadis itu menggeleng keras. "Tidak, aku biasa minum alkohol. Tapi ...."

"Tapi apa?" sahut Hendery cepat.

"Hanya dua botol." Selanjutnya, Kinar terbahak sendiri menatap empat botol di mejanya.

"Dasar gadis bodoh. Cepat pulang sebelum ada pria mesum yang ingin memperkosamu!" paksa Hendery mencoba mendorong pundak Kinar.

Perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu lima menit tertunda karena Kinar sejak tadi terus berjalan tidak jelas. Kakinya melangkah berat ke sisi kiri jalan, kemudian berjongkok dan menunduk beberapa menit. Setelah Hendery terus meneriaki, Kinar kembali bangkit berjalan beberapa langkah dan kemudian berjongkok kembali dalam beberapa menit.

Ingatkan Hendery untuk menjitak kepala gadis ini jika sudah sadar.

"Nar, cepat bangun! Kau ingin tidur di sini? Tidak takut dengan hantu tanpa kepala yang sejak tadi mengawasi?" bujuk Hendery pada Kinar yang masih menenggelamkan wajah di antara kaki.

Hendery tidak berbohong, sejak tadi banyak hantu yang mengawasi mereka termasuk hantu tanpa kepala dengan kampak di tangan kanannya. Namun, Hendery berusaha mengabaikan keberadaan mereka selama mereka tidak melakukan hal-hal aneh pada Kinar.

"Naraaa," panggil Hendery kembali. Tiba-tiba suara isakan kecil terdengar.

"Dejun," lirihnya dari dalam sana. Hendery mendekat, berusaha menajamkan pendengaran. Benar saja, isakan dan suara kecil itu milik Kinar.

"Kau kenapa?" Dari sini Hendery sadar bahwa gadis ini mungkin telah melalui hal buruk hari ini hingga membuatnya begitu gencar meminum soju.

"Apa aku sungguh menjadi beban?" racau gadis itu lagi. "Apa aku melewati batas? Kau adalah satu-satunya temanku yang paling kupercaya. Tapi bukan berarti aku memiliki maksud lain dan ingin menghalangimu bersama gadis lain."

Tidak terpungkiri lagi, Kinar benci situasi ini. Situasi di mana ia harus menghindari seseorang yang membuatnya nyaman. Apa Kinar terlalu egois? Ia takpernah memaksa Dejun untuk terus bersamanya, tetapi ia memang senang berteman dengan Dejun. Apakah hubungan pertemanan seorang perempuan dan laki-laki memang tidak diwajarkan? Mengapa hal itu terus membuat orang-orang salah paham? Mengira bahwa mereka saling memendam cinta dalam diam, mengira bahwa keberadaan Kinar akan menghalangi Dejun untuk mengenal gadis selain dirinya. Dan Kinar tahu, hanya ia yang akan dihakimi seperti itu. Tidak ada yang salah dengan Dejun, hanya ia yang salah karena mendapat perhatian dari Dejun.

Hendery menghela napas setelah tahu apa yang mengganggu gadis itu. "Bangunlah, Dejun mungkin menunggu kabarmu. Jelaskan saja semuanya, jangan membuatnya khawatir."

Setelah melalui alur yang panjang, tibalah keduanya di depan bangunan berlantai tiga dengan cat putih tulang. Ada papan cokelat menggantung di samping pagar bertuliskan 'sedia kamar kosong pria'. Hendery diam mengawasi gerakan Kinar yang mendorong pintu itu

"Kinar?"

Seorang gadis dengan sweater hitam dan hotpants itu memanggil dari belakang. Hendery ikut menoleh. Dari yang ia lihat berdasarkan penampilan gadis itu, Hendery yakin ia juga tinggal di sini.

FINDING YOU | Hendery WayVWhere stories live. Discover now