"Ada lah. Karena aku masih mau kita balikan lagi."

"Tapi aku nggak mau. Udah deh, nggak usah paksain yang bertepuk sebelah tangan. Sakit hati ntar."

"Yakin kamu nggak ada perasaan lagi sama aku? Aku makin ganteng gini, apa nggak bisa bikin kamu makin cinta?"

Saira menatap Gara kesal. Nih cowok kepedean banget sih. Dari dulu sampe sekarang, jiwa narsisnya nggak pernah hilang.

"Nggak tuh."

"Ah masa?" Gara kini malah menggodai Saira dengan memajukan wajahnya ke arah perempuan itu yang justru memalingkan pandangan ke arah luar jendela mobil.

"Udahlah, Ga. Kalau aku nggak mau, jangan paksain plis. Bertepuk sebelah tangan malah bikin kamu sakit hati. Kayak aku dulu."

"Kayak kamu dulu? Emang kamu pernah pacaran kek gitu?"

Saira seketika tertawa miris mendengar pertanyaan Gara. Nih cowok nggak peka atau nggak sadar diri sih? Saira menghela napas, lantas balik menatap laki-laki di sampingnya dengan berani. Malam ini juga dia harus menyelesaikan masalah ini. Saira nggak mau sembunyi lagi.

"Pernah. Sama kamu. Aku tahu, sebenernya dulu kamu pacaran sama aku cuma jadiin aku pelarian kan?"

Gara seketika tersentak. Ia malah terdiam sebentar, dan memandangi Saira yang balas menatapnya. "Maksudnya?"

"Nggak usah pura-pura bego, Ga. Aku tahu, dulu kamu cintanya sama Nadia, bukan aku. Dan kamu pacaran sama aku, cuma mau ngetes perasaan Nadia. Iya kan?"

Gara menelan ludahnya pelan. Nggak mengelak apa yang dikatakan Saira. Memang dulu ia pernah menyukai Nadia, sahabatnya. Tapi itu dulu.

"Aku sempet nggak percaya loh, kamu nembak aku waktu itu. Karena aku ngira kamu sama Nadia kejebak friendzone karena kalian deket banget, jadi rasanya nggak mungkin kamu suka sama aku. Eh, ternyata bener dugaanku."

"Aku sama Nadia dari dulu emang murni cuma sahabatan."

"Iya, cuma sahabatan tapi saling suka. Aku ada di sana loh, pas kamu ngungkapin perasaan kamu ke Nadia."

Gara langsung memutar arah duduknya agar bisa lebih menghadap Saira. "Kapan?"

"Coba diinget-inget lagi, Ga."

Gara menarik napasnya, lantas menghembusnya pelan. "Oh, jadi cuma gara-gara ini kamu jadi benci sama aku sampe ngejauh? Harusnya dulu kita bisa ngomongin ini baik-baik, Ra. Kenapa nggak bilang dari dulu sih?"

Saira diam. Ia kini melipat tangannya di dada.

"Oke. Aku jujur sekarang. Awalnya, aku jadiin kamu karena cuma pelarian. Karena Nadia jadian sama Rey, dan aku nggak mau kalah." Perkataan Gara seketika membuat Saira berdecak. "Tapi sejak kita jadian, sebenernya aku udah mulai suka juga sama kamu."

"Jadi suka sama dua orang sekaligus?" pertanyaan Saira seketika membuat Gara menggaruk dahinya. "Dasar fakboi."

"Tapi sejak kamu bilang putus, kamu jauhin aku, sampai kamu menghilang. Di situ aku baru sadar kalau aku bener-bener merasa sebagian jiwaku ada yang hilang."

"Apaan lebay banget. Sampe sebagian jiwa. Udah ngegombalin berapa lusin orang, Ga?"

Gara terkekeh. "Baru kamu."

"Pendusta."

Lagi-lagi Gara terkekeh. Ia hendak meraih tangan Saira yang kini berpangku di pahanya. Namun, perempuan dengan cepat menepisnya, ditambah lagi wajah Saira yang makin galak.

"Lucu ya, selama ini aku ngira kita putus karena kamu mau jadi siswa teladan banget. Taunya karena kecemburuan kamu ke Nadia."

"Siapa pula yang cemburu? Buktinya, aku biasa aja pas kamu lebih pentingin Nadia ketimbang aku."

"Kalau nggak cemburu, kenapa sampe minta putus?"

Saira membuang napas keras. Gara nih nggak ngerti apa gimana sih? Kenapa jadi muter-muter lagi pembicaraannya.

"Udah ya. Sekarang urusan kita kelar. Alasan aku minta putus sama kamu udah jelas. Jadi, nggak ada balikan lagi. Tapi kita masih bisa temanan, kalau kalau kamu."

"Nggak mau temenan. Maunya nikah. Aku udah siap nih."

Saira menggeram dalam hati. Nih cowok beneran bebal banget sih.

"Oh, mungkin karena Nadia bentar lagi mau nikah, kamu juga ikutan. Nggak mau kalah. Terus aku dijadiin pelarian la--"

"Astaga! Kenapa sih negatif mulu pikirannya. Jangan bawa-bawa Nadia lagi, ya. Dan nggak ada yang mau jadiin kamu pelarian di sini." sambar Gara saking gemasnya melihat Saira. "Oke. Aku minta maaf, dulu jadiin kamu pelarian. Tapi sekarang, aku beneran serius."

Saira menggeleng. Dan itu membuat Gara makin frustasi. Gimana caranya meyakinkan nih cewek biar percaya kalau Gara tuh beneran serius.

"Nggak bisa. Kita nggak bisa balikan. Karena aku udah punya calon suami."

Bersambung…

Kalau Masih Cinta, Bilang (TERBIT di LOVRINZ)Where stories live. Discover now