[Bukan] Jodoh

35 16 1
                                    

~~~

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

~~~

"Putri."

Putri yang sedari tadi terdiam duduk di balkon kamar pun menoleh pada Mamah.

"Eh iya Mah, kenapa?"

"Mamah liat dari tadi kamu diem terus, kenapa?"

Kini Mamah Putri duduk di samping anak perempuannya itu, dengan meja yang memisahkan keduanya. Putri menatap minuman coklat  hangat dan roti bakar dengan selai kacang yang tadi dibawa oleh Mamahnya.

"Kok cuman satu Mah coklatnya?" tanya Putri.

"Loh emang kamu mau minum dua gelas coklat?"

"Maksudnya aku itu Mamah gak minum coklat juga?"

Mamah Putri menggeleng, menatap anaknya yang tak terasa sudah besar. Perlahan tangan Mamah menyentuh kepala Putri, membelai rambut sang anak dengan lembut.

"Gak kerasa kamu udah segede ini, perasaan baru kemarin kamu ngerengek gak mau mandi," kata Mamah dengan kekehan kecil.

"Ish Mamah." Bibir Putri mengerucut sebal, melihat tingkah anaknya Mamah tertawa kecil seraya mengambil roti bakar lalu memakannya.

Putri mengambil gelas yang berisi coklat hangat kesukaannya. Lalu menyesap sedikit demi sedikit. Hari yang memang sudah sore ditambah awan yang mendung membuat tubuh Putri menjadi lebih hangat akibat coklat itu.

"Putri."

"Iya Mah?" Putri menoleh kepada Mamahnya yang memang sudah menatap Putri sedari tadi.

Mamah tersenyum sejenak, "Kalau Putri merasa gak ada teman untuk Putri percaya berbagi keluh kesah kamu, Mamah dengan siap mau dengerin keluh kesah Putri. Jangan pernah merasa sendiri, karena kamu punya Mamah."

Putri terdiam, menunduk sebentar lalu mengangguk pada sang Mamah. Mamah Putri bangkit dari duduknya memeluk anak perempuannya dan menepuk punggung kecil itu sebentar, Putri membalas pelukannya tak kalah erat. Dia merasa sangat beruntung memiliki seorang Ibu yang selalu tahu apa yang dia rasakan. Mamahnya memang wanita yang paling hebat.

"Kalau gitu Mamah ke bawah dulu ya, kamu jangan kelamaan di sini nanti masuk angin, kalau udah selesai bawa piring sama gelasnya ke dapur, terus jangan lupa pintu balkonnya dikunci, ngerti?"

"Hahaha, iya Mah aku tau kok."

"Mamah sayang sama kamu."

"Telat, aku udah tau," ujar Putri.

Mamah hanya menggeleng kepalanya melihat kelakuan anaknya itu, kemudian melangkah pergi dari balkon. Putri menghela napasnya pelan, rasa rindu dan kecewa menyerang kembali hatinya. Teringat lagi kejadian setahun yang lalu.

Putri meminum coklat hangatnya dengan cepat, membawa nampan berisi gelas dan piring dengan roti yang belum disentuhnya kembali dibawa masuk, lalu menutup pintu balkon kamarnya. Setelah meletakan nampan, Putri bergegas berganti pakaian, dia berencana akan pergi kesuatu tempat sebelum adzan magrib berkumandang.

[Bukan] IdolaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant