Pengganggu

78 75 67
                                    

**

Saat ini Rayhan, Tata, Viana dan juga Husain sedang berada direstauran dekat sekolah. Rayhan menepati janjinya untuk pergi makan bersama dengan Tata tapi disini Tata malah sangat kesal lantaran sahabatnya dan juga sahabat dari lelaki itu juga ikut dengan mereka, padahal Tata sudah membayangkan hal-hal romantis yang akan ia lakukan bersama Rayhan tapi harapan itu pupus ketika Rayhan mengajak Husain dan Viana yang tiba-tiba saja meminta ikut bersamanya.

"Ta, kalo gak mau makanannya mending buat gue dari pada mubadir didiemin doang"cletuk Husain yang kini duduk disebelah Rayhan.

Sementara Tata hanya memandang makanannya dengan kesal.

"Kenapa kak Husain ikut sih!, terus nih Viana kenapa ikutan juga ha?"
"padahal Tata kan cuma mau makan berdua doang sama kak Rayhan. " Tata mengeluarkan semua kekesalan yang ia pendam sedaritadi pada Husain dan Viana.

"disuruh Rayhan" jawab Husain polos.

"gue laper" jawab Viana seadanya sembari mengunyah makanannya.

Sedangkan Rayhan hanya fokus pada ponselnya tak peduli dengan kekesalan Tata. Tata menggeram marah atas jawaban mereka berdua. Jujur saja Tata rasanya ingin menangis ia sangt amat kesal dan marah jika bisa Tata saat ini sangat ingin memakan orang melampiaskan kemarahannya.

Tata menatap tajam Husain dan Viana lalu mununduk menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan diatas meja. Tak lama suara isakan terdengar sontak saja membuat semua orang yang ada dimeja itu menatap Tata.

"Ta lo nangis ya" tanya Viana khawatir. Inilah yang Viana takutkan sedari awal dia tidak mau ikut tapi karena paksaan dari kedua kakak kelasnya itu akhirnya viana pun mengikuti kakak kelasnya ini meskipun ia tau Tata tak akan mengijinkannya untuk ikut terlebih lagi jika Tata sampai menangis seperti ini membuat kepala Viana pusing saja, karena pasti akan sangat sulit untuk membujuk Tata agar diam.

"eh Ta jangan nangis dong, ya ampun" Husain ikut menenangkan Tata panik sembari melihat orang disekelilingnya yang mulai menatap kemeja mereka aneh.

"eh Ray jangan diem aja, bantuin"geram Husain.

Rayhan menghembuskan nafas beratnya. Menyusahkan batin Rayhan berkata.

Tata masih menangis wajahnya sembab penuh dengan air mata.

"Tata. " panggil Rayhan sabar, Tapi Tata tetap tak mau mengangkat kepalanya.

"Tata liat gue sekarang" Tetap pada posisinya Tata tak menggubris sama sekali dengan panggilan Rayhan yang cukup membuatnya beringsut takut karena suara Rayhan yang sedikit ditinggikan.

"sekali lagi gue panggil dan lo gak denger, gue cabut dari sini sekarang" sontak saja ancaman Rayhan membuat Tata langsung mendongakan kepalanya dengan masih sesenggukan dan muka yang berantakan Tata dengan berani menatap Rayhan yang sedang emosi.

Sekali lagi Rayhan menghebuskan nafas beratnya untuk mengurangi emosi yang meluap-luap. "Tata dengeri gue, lo udah besar jadi please jangan bersika kekanak-kanakan seperti ini." ucap Rayhan pelan sembari memberikan tisu dan diterima dengan baik oleh Tata.

"ma-maaf"ucap Tata lirih menghapus jijak-jejak airmata dipipinga.

"Tata taukan kita bukan muhrim, itu kenapa gue ngajak Husain sama Viana biar gue ataupun lo gak khilaf, walaupun ini tempat ramai sekalipun mengerti" Rayhan mencoba untuk menjelaskan secara pelan agar Tata tak menangis lagi dan Tata hanya mengangguk faham.

"sekarang makan" titah Rayhan dan Tatapun hanya mengikuti ucapan Rayhan.

"setelah selesai kita pulang" ucap Rayhan lagi.

"tapi-"ucapan Tata dipotong oleh Rayhan"jajanji lo cuma makan" Rayhan mengingatkan dengan tampang datar menatap Tata.

Tata kembali menunduk dan memakan makanannya, sedangkan Husain dan Viana sedaritadi hanya menyimak interaksi dari keduanya.

Begitu lah Rayhan dia tak akan mau pergi berjalan berdua dengan lawan jenisnya, dia masih mengingat pesan bundanya untuk tidak berdekatan dengan yang bukan muhrim, tapi bukan bearti dia tidak boleh berteman dengan perempuan dia boleh berteman tapi harus tau batasan dan berteman dengan sewajarnya saja.

Chasing True Love (On Going) Where stories live. Discover now