“Mom!” Stefi tak bisa lagi menahan seruanya saat kembali melihat sang ibu yang kini tampak celingak-celinguk di ujung sana.

Netra Shani mulai terfokus pada seorang perempuan berpakaian biasa, sosok yang baru ia lihat di kawasan kantor. Sudut bibirnya tak lagi naik. Raut yang ramah itu perlahan berubah datar seiring langkahnya menuju perempuan itu. Pupil tajamnya memandangi dengan teliti wajah dengan raut paniknya, berjalan cepat menghampiri saat menyadari gadis kecil di gendongannya.

 Sementara si perempuan itu, Gracia, mendengar suara gadis kecilnya langsung memutar badan. Manik hitamnya membulat kala fokusnya terpatri pada Stefi yang melambaikan tangan padanya. Cepat ia berjalan menuju gadis kecilnya itu.

“Ya Tuhan Stefiii...”

Mungkin karena saking cemas dan khawatirnya, Gracia tanpa sadar-tanpa permisi langsung merengkuh tubuh putrinya yang memang sudah menggapai-gapai dengan kedua tangan menjulur.

“Stefiii, sayang kamu kemana ajaa? Maafin Mom ninggalin kamunya kelamaan,” rasanya ingin menangis saja. Baru kali ini ia kehilangan sang putri, walupun untungnya sudah bertemu kembali. Gracia tak akan memaafkan dirinya sendiri kalau terjadi apa-apa padanya.

Stefi balas memeluk erat ibunya. Menyuruk masuk ke ceruk leher nan hangat dan ternyamannya.

“Ntep baik-baik aja kok Mom. Maafin Ntep juga gak nurut. Tadi Ntep pergi sama Shani.”

Gracia merenggangkan pelukannya hingga bisa bertatapan dengan sang putri. Sebelah tangannya terangkat, mengusap pelan kepala dan wajah Stefi.

“Shani?” tanya Gracia dengan satu alis naik, bingung.

Stefi menganggukkan kepalanya, kemudian memutar sedikit tubuhnya ke arah seorang perempuan di dekat mereka. Gracia baru sadar ada orang lain selain mereka. Tiba-tiba jadi canggung sendiri dan merasa tak enak pada perempuan itu.

Orang yang cantik.

“Umh maaf, Mbak eh..ummh sa-saya-”

“Tidak apa-apa. Saya Shani. Dia gadis kecil yang pintar. Maaf sudah membawanya tanpa izin.”

Balasan datar tanpa ekspresi dari perempuan bernama Shani itu kembali membuat Gracia menaikkan alis tipisnya sebelah.

  Kok aneh yaa..

“Shaniii ini Momnya Ntep! Namanya Gracia,” Stefi yang mengalungkan lengan di leher ibunya bersuara, menarik perhatian kedua perempuan dewasa ini.

Gracia baru ngeh, belum mengenalkan diri.

“Ah ya, saya Shania Gracia. Salam kenal Shani. Maaf juga merepotkan dan terima kasih sudah mau menjaga anak saya,” ucap Gracia kini lebih sopan.

Mulai memperhatikan kembali penampilan perempuan itu, terlihat berkelas. Sepertinya bukan karyawan biasa. Duh, Ntep sekalinya ketemu orang kok ya yang bikin minder sih..

Netra Shani sedari tadi masih terus memperhatikan perempuan yang sedikit lebih pendek darinya itu. Entah kenapa seperti ada satu perasaan familiar meski tak tau itu apa. Menghela napas pelan, raut datarnya melunak dan senyum kecil pun ia tunjukkan untuk perempuan asing ini.

“Boleh kita berbincang sebentar? Atau kalian udah mau pulang?” inisiatif yang tiba-tiba. Shani mengerutkan kening, sedikit salah tingkah dengan ucapannya sendiri.

“Ummh, eh-”

“Maaf, saya cuma khawatir pada Stefi. Badannya kerasa panas gitu. Periksa ke rumah sakit, mau? Saya anterin.”

Kaget. Gracia tak mengerti, aneh, ada apa dengan orang ini? Tadi berwajah datar meski sekarang rautnya sudah melunak dengan senyum kecilnya yang tampak menenangkan. Ucapannya pun, sepenggal-sepenggal, tanpa basa-basi, dan langsung ke inti.

Invisible String (with you)Where stories live. Discover now