“Kak Gre! Mau nganter pesanan?” tanya Angel yang sudah paham tujuan perempuan di hadapannya setiap kali mampir ke kantor ini.
“Iya. Uhm, Angel lagi sibuk?”
“Gak juga sih Kak. Ada apa?” tanya Angel balik dengan raut penasarannya.
Gracia terlihat sedikit sungkan, tapi dia harus menyelesaikan pekerjaannya. Menggeser sedikit tubuhnya memperlihatkan gadis kecil yang masih ia gandeng.
“Boleh nitip dia sebentar, Ngel? Gak lama kok. Abis nganterin pesanan aku jemput lagi,” pinta Gracia.
Angel menjorokkan tubuhnya melewati meja agar bisa melihat siapa yang dimaksudkan. “Siapanya Kak Gre? Haloo gadis kecil!”
“Putriku, Ngel,” jawab Gracia tenang.
Angel cepat mengalihkan perhatiannya, tapi kemudian menghela napas maklum melihat raut Gracia dengan senyum seadanya.
“Boleh kok Kak Gre,” Angel menarik diri, kemudian berjalan keluar dari balik mejanya menghampiri dua tamunya.
Angel berjongkok di hadapan gadis kecil yang baru ia temui.
“Hai, siapa nama kamu gadis cantik?”
Stefi sedikit meringkuk di balik kaki ibunya, mendongak kala Gracia melepas gandengan dan mengusap-usap puncak kepalanya.
“Kakak ini baik, kok. Ayo, kenalan,” bujuk Gracia tersenyum menenangkan.
Stefi kembali menoleh pada kakak di depannya.
“Uhmm nama aku Stefi, Kak.”
“Haloo Stefi! Aku Kak Angel, salam kenal yaa.”
Gracia tersenyum senang pada interaksi Angel dengan putrinya. Gadis ini memang ramah.
“Ntep sama Kakak ini bentar, ya. Mom mau nganter pesanan dulu.”
“Iyaa, Mom jangan lama-lama,” balas Stefi menurut.
Gracia menyamakan diri, bertumpu pada kedua lutut agar bisa merengkuh sang putri dalam dekapan hangatnya.
“Janji gak lama. Jangan nakal, ya,” berbisik pelan dan mengecup sisi kepala juga kening Stefi. Setelahnya bangkit berdiri lagi.
Basa-basi sejenak, Gracia menghela napas lega karena Stefi mau dititipkan pada Angel. Meski ada rasa khawatir yang cukup mengganggu hatinya, Gracia harus percaya Angel bisa menjagai putrinya. Setelahnya ia izin masuk ke dalam menuju ruangan si pemesan kue.
Tak sulit menemukan ruangannya karena sudah acap kali mampir. Membalas sapaan karyawan yang berselisih jalan, Gracia pun sampai di depan sebuah pintu satu-satunya ruangan di antara banyaknya kubikel di lantai ini. Menghela napas sejenak, tangannya pun terangkat mengetuk pintu. Setelah terdengar suara dari balik pintu, Gracia lalu membuka pintu.
Hal pertama yang ia lihat adalah seorang perempuan yang mendongak dari layar laptop, menoleh kepadanya. Tersenyum manis menyambutnya.
“Hai Anin.”
---
“Sekali lagi terima kasih atas kerjasamanya, Bu Indira. Semoga proyek ini berjalan lancar.”
“Sama-sama Pak.”
“Kalau begitu kami pamit pergi dulu.”
“Silahkan.”
Shani masih berdiri diam memandangi punggung mereka berjalan menjauh. Menghela napas pelan sebelum mengalihkan perhatian pada sekretarisnya.
“Habis ini ada apa lagi, Kak?” rautnya datar meski kentara rasa lelah, namun mengabaikannya.
YOU ARE READING
Invisible String (with you)
General Fiction"Hell was the journey but it brought me heaven" ...and at the end, I'm with you <3
