Entah dari mana, tiba-tiba saja muncul pikiran untuk singgah ketika menuju jalan pulang sehabis kerja bersama Stefi. Hanya berdua saja, karena Okta dan Michelle ada urusan.
Kedua ibu-anak ini tengah melihat-lihat beraneka aksesoris, mulai dari kalung, anting, gelang, cincin, bahkan bando di salah satu kedai yang mereka singgahi. Saat tengah memilih, perhatian Gracia sejenak tertuju pada satu bando berwana ungu. Satu benda yang entah bagaimana tiba-tiba saja memunculkan kembali satu ingatan masa kecil.
“Mau yang ini aja, Mom,” tunjuk Stefi pada bando yang ternyata masih menjadi perhatian si ibu.
Gracia menaikkan alis, sedikit kaget, namun kembali bersikap tenang. Menampakkan senyum manis saat sang anak menoleh padanya. Gracia dengan sebelah tangannya menggapai si bando ungu
“Buk, yang ini berapa?” tanya Gracia pada si ibu penjual.
“Dua puluh ribu, Neng. Tapi khusus buat si Eneng lucu ini, Ibuk kasih bonus jepit rambut,” ucap si ibu penjual sambil tersenyum ramah.
“Waaa Ibuk baik bangeeettt!!” seru Stefi bertepuk kecil, kegirangan. Gracia cepat menahan dengan kedua tangan tubuh putrinya agar tidak jatuh. Si ibu penjual tertawa gemas melihatnya.
Setelah merasa Stefi sudah tenang, kembali menahan dengan sebelah tangan, Gracia memberikan bando itu untuk dibungkus.
“Mau langsung pake aja, Mom,” pinta si kecil.
Gracia menoleh singkat, “Yaudah, turun bentar ya. Mom mau bayar dulu.”
Gracia lalu memberikan uangnya dan menerima bando ungu serta satu jepit rambut dai si ibu penjual. Mengucap terima kasih, keduanya pun beranjak pergi. Gracia menggandeng tangan mungil putrinya ke arah bangku taman. Mendudukkan si kecil, kemudian ikut duduk di sebelahnya.
“Mana bandonya Mom? Ntep mau pake,” pinta Stefi tak sabar.
Gracia terkekeh kecil, “Mom pakeiin, sini. Dah! Uwuuu kamu cantik bangeeettt, sih!”
“Hehehe..”
Kesenangan ibu-anak itu pun terus berlanjut, kembali berjalan-jalan sambil membeli camilan, baju, serta pernak-pernik lainnya. Mumpung ada uang dan besok juga keduanya libur, jadilah malam ini memuaskan diri. Kebahagiaan sederhana Gracia dan Stefi.
---
Gracia masih memutar otak, berpikir keras apa yang harus ia lakukan sekarang. Tarikan kecil di ujung bajunya mengalihkan perhatian pada gadis kecilnya.
“Mom..” panggilan pelan dengan raut lelah.
Gracia tak tega. Hatinya sedih melihat kondisi sang putri yang sedang demam. Dengan sangat terpaksa harus ikut membawanya pergi mengantarkan pesanan kue pada salah satu pelanggan setia toko roti tempatnya bekerja.
Tak ada yang bisa ia mintai tolong kali ini. Michelle disuruh pulang dan tak tau kapan baliknya, sedangkan Okta ada acara keluarga. Para tetangga juga sibuk dan tak mungkin juga menitipkan di toko roti.
Gracia melirik sekali lagi ke arah meja resepsionis, seketika menghela napas lega saat akhirnya melihat si gadis salah dua dari semua karyawan di gedung ini yang ia kenal dekat. Sebenarnya tak sedikit juga karyawan yang sudah ia kenal, tapi tidak mungkin juga meminta tolong pada mereka untuk menjagai sang putri.
“Ntep ikut Mom sini, yuk.”
Gracia berjalan pelan sambil menggandeng tangan mungil gadisnya, sementara sebelah tangannya yang lain memegang kantong berisi kotak pesanan.
“Hai Angel,” sapa Gracia pada gadis yang berdiri di belakang meja resepsionis.
Gadis yang dipanggil menoleh dari kegiatannya yang fokus pada komputer.
YOU ARE READING
Invisible String (with you)
General Fiction"Hell was the journey but it brought me heaven" ...and at the end, I'm with you <3
