°•°•°•°

"Jadi begini, kami sudah melakukan penanganan dini terhadap pasien. Terdapat patah tulang dibeberapa bagian serta luka ringan serta benturan dibeberapa bagian tubuh saja. Kami hanya butuh satu tanda tangan orang tua pasien untuk melakukan operasi pada beberapa tulang yang patah" jelas dokter tersebut sambil nenunjukkan potret x-sray milik Revan.

Revin bersyukur Revan hanya patah tulang saja tidak ada hal serius lainnya.

"Orang tua kami masih dalam perjalanan dari luar kota apa mungkin bisa kalau saya yang menyetujui?" tanya Revin penuh harap.

Dokter tersebut nampak meniman-nimang pertanyaan Revin. Sedetik kemudian dokter itu mengangguk sembari menyodorkan sebuah surat persetujuan.

Revin bernafas lega untung saja dokter ini tidak monoton dengan peraturan rumah sakit yang hanya menyetujui tanda tangan orang dewasa.

Dengan cekatan Revin menerima uluran bolpoin dan surat persetujuan berlanjut membaca dan menorehkan tanda tangan miliknya.

"sudah?"
Revin mengangguk mendengar pertanyaan dari dokter di depannya.

"Kami akan lakukan operasinya segera, tidak perlu cemas berdoa yang terbaik saja" nasihat dokter berlanjut menerima surat persetujuan dari Revin dan membawanya keluar.

Masalah apa lagi sekarang gumam Revin menatap langit-langit ruangan. Setelah ia kini berganti Revan yang terkena masalah.

°•°•°•°

Semua menoleh melihat dokter kembali masuk ke ruang ICU dengan beberapa perawat lagi dan peralatan.

"separah apa sih?" tanya Nino dengan suara berbisik pada Leta yang hanya mengedikkan bahu tanda tidak tau.

Tak lama Leta mendengar suara langkah kaki yang nampak terburu-buru mendekati mereka.

"Tante Vina, om Rescha" lirih Amora menghadap lorong rumah sakit sambil berdiri menyambut kedatangan mereka. Yang lain pun ikut menoleh tak terkecuali Leta.

Vina nampak kacau dengan air mata mengalir menghiasi wajah awet mudanya. Sedangkan Rescha nampak cemas menggandeng istrinya.

"Gimana keadaan Revan?" tanya Vina histeris pada semua orang. Rescha berusaha menenangkan istrinya. Mendekap Vina kedalam pelukannya sambil mengelus punggung Vina yang bergetar.

"Dimana Revin?" tanya Rescha pada semua orang.

"Disini pa" ucap Revin mendekat kearah mereka. Rescha menoleh bahkan semuanya menoleh. Muka santai Revin sedikit membuat mereka tenang.

"Revin baik-baik aja cuma patah tulang ringan" jelas Revin ikut mengelus pundak mamanya.

Vina mendongak menangkup pipi Revin meminta keyakinan.
Revin sedikit tersenyum menampakkan lesung pipitnya mengusap air mata Vina.

"Mama tenang aja, Revan ngga kenapa napa" ucap Revin disertai anggukan Vina yang sudah cukup merasa yakin.

Leta tersenyum melihat luluhnya sikap dingin Revin pada mamanya. Ini sungguh pemandangan langka. Ia berpikir apa harus ia memotret atau memvideokan.

Married Dadakan Where stories live. Discover now