"Hentikan..." Renjun berucap payah, sekarang Haechan malah mencengkram kedua pergelangan tangannya tanpa ampun, mungkin akan menimbulkan belas kemerahan nantinya. Ketahuilah, itu sakit, tetapi tidak sesakit dengan apa yang pria itu lakukan padanya. Ia menutup semua fungsi inderanya.

Renjun perlahan terisak, ia takut.

Kemana Lee Haechan yang tadi, yang merindunya, yang menyentuhnya penuh perasaan yang ada sekarang Lee Haechan telah berubah dalam sekejap mata. Pria itu kasar, menakutkan dan penuh ancaman.

"Aku mohon..." Renjun tidak bisa membendung airmatanya, airmata kesakitan yang ia terima dari Haechan. Sedangkan pria itu yang masih bermain dengan telinganya mengendurkan cengkramannya pada tangan Renjun, kepalanya mulai luluh dari lehernya meninggalkan deru napas berat dan parau darinya.

Renjun masih terisak, Haechan perlahan mengangkat tubuhnya yang sedari tadi menindih penuh tubuh Renjun tanpa memandangnya sekalipun.

Renjun kebingungan, sulit baginya menggambarkan semua yang terjadi dan dia heran atas perubahan seorang Lee Haechan yang begitu cepat. Ia pun bangkit dibarengi rasa nyeri dan sakit dipergelangan tangan serta rahangnya. Ia melihat Haechan terduduk disamping ranjangnya dengan menekuk kedua kaki dan menyembunyikan kepalanya disana.

Ia pun turun, mendudukkan diri disebelah Haechan, "Kamu marah? Apa aku ada salah?"

"Maaf.. Aku menyakitimu, " Haechan berucap pelan dan lirih.

"Ada apa?" Renjun mengusap rambut coklat yang berantakan itu, mencoba menenangkannya. Bukannya tenang, Lee Haechan justru menangis membuat Renjun bingung atas perubahan cepat sikap kekasihnya ini. Renjun meraih tubuh Haechan, membawa kedalam pelukannya, "Tidak apa-apa. Aku tidak sakit, aku hanya terkejut." Bohongnya.

Haechan balas memeluk erat tubuh mungil itu dan menangis histeris disana, "Jangan pergi, Aku takut kamu pergi..."

Haechan sebenarnya sedang marah. Marah pada dirinya sendiri, tetapi dengan bodohnya ia melampiaskan kemarahannya dengan menyakiti Renjun.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu apapun yang terjadi."



Lee Haechan sedang berada di balkon apartemen itu. Untuk apa lagi, jika bukan sedang merokok. Ia juga sedang menonton berita sela lewat ponselnya. Berita yang mengabarkan pembunuhan suami istri yang terjadi tadi malam, polisi belum menemukan bukti atau rekaman CCTV; rupanya kamera pengawas itu rusak sehingga polisi kesulitan mencari dan menemukan pembunuhnya.

Lee Haechan terkekeh pelan, satu keberuntungan memihak padanya. Tetapi ...

"Tidak biasanya kau menonton berita seperti itu." Suara itu mengalihkan perhatiam Haechan, Ia memandang sekilas Renjun, lalu kembali pada layarnya.

Sesekali ia membuang remahan tembakau dan menghisapnya kembali.

"Kau masih merokok?" Tanya Renjun yang dijawab dengan anggukkan dari Haechan lalu menyemburkan asap berbau tembakau mint ke udara, "Kau hanya khawatir padaku, tidak memintaku berhenti bukan?" Haechan berkata sambil menaikkan sebelah alisnya sekilas.

"Sekarang berhenti," Renjun mengambil putung rokok tersebut lalu membuang dan menginjaknya, kemudian ia mengalungkan kedua lengannya pada leher Haechan, "Bukankah ada hal lain yang menjadi candumu?" Ucapnya menaikkan kedua alisnya dan sedikit mendongak.

Haechan mengernyit dengan sikap dan ucapan Renjun yang terkesan menggoda, seakan ia tidak tahu hal apa yang membuatnya kecanduan lebih dari rokok, "Apa itu?"

Renjun merotasikan matanya, lalu ia menggigit bibir bawahnya, "Entahlah. Aku rasa kau tahu apa itu, tetapi pura-pura bodoh."

"Kau sedang menggodaku, hm?" Haechan menarik pinggang ramping itu agar lebih dekat dengannya, Renjun mengulur jemarinya mengelus rahang Haechan. Jangan lupakan jika mereka sedang menikmati deru napas masing-masing melalui jarak wajah yang begitu dekat. "Tidak."

[✔️HYUCKREN] Fall For YouWhere stories live. Discover now