BAB 11 🐾 Everything Will be Fine 🐾

3.3K 399 46
                                    

Part 11 | Everything Will be Fine

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Part 11 | Everything Will be Fine

Semuanya akan baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu.

🐾🐾🐾






H-2 Konser NCT Dream

Begitulah tulisan yang tercatat pada kalendar kecil yang selalu Renjun bawa. Selama persiapan konser, dia selalu menghitung tanggal menuju hari di mana akan bertemu dan bersenang-senang bersama para penggemar di venue.

Ah, bersenang-senang.

Renjun mendesah pelan. Ia sedikit merenung.

"Apakah suatu hari nanti aku akan merasakannya lagi tidak ya?" gumamnya pelan kemudian terkekeh kecil.

Retorik memang karena mungkin jawaban pasti. Akan tetapi, tidak ada yang tahu bagaimana dengan masa depan. Yang jelas, Renjun tidak mau membayangkannya selama konser masih berjalan. Ia ingin menikmati waktu menyenangkan ini selama belum merasakan sakitnya kemoterapi nanti.

Renjun mengotak-atik ponselnya sebentar, mengirim pesan singkat pada seseorang. Meski dia tahu kalau pesan tersebut tidak mungkin di balas. Namun, sedikit berharap boleh, kan?

"Hyung!"

Renjun tersentak. Ia menolehkan kepalanya mencari sumber suara yang barusan menyerukan namanya.

Ah, ternyata ada Jisung yang melambaikan tangannya memberi isyarat agar mendekat. Selain si anggota termuda, ada juga empat anggota lainnya yang menatap dari kejauhan.

Renjun meringis, tapi tetap mengangguk. Kalendar kecil dan ponselnya dimasukan kembali dalam tas punggung, lalu beranjak menghampiri mereka.

"Kau ini sedang apa? Sibuk sekali," tanya Haechan sedikt heran.

Renjun mengusap belakang kepalanya sambil memamerkan cengirannya. "Bukan apa-apa, hanya bertegur sapa dengan seseorang lewat chat."

Jeno meliriknya dengan sebelah alis yang naik, merasa kalau curiga dengan jawaban tersebut.

Dan Renjun menyadarinya. Makanya, dia segera menambahkan agar tidak menimbulkan kesalah pahaman. "Bukan dengan dia kok! Aku sudah tidak menghubunginya. Setidaknya tidak kalau saat bersama dengan kalian," ujar Renjun cepat sambil mengibaskan kedua tangannya. Sebagian kalimatnya dia teruskan di dalam hati.

Gawat kalau misalnya anggota yang lain mengetahuinya. Bisa-bisa Renjun disidang sebelum konser dilaksanakan.

Haechan menyipitkan matanya, curiga. "Benarkah? Kau sedang tidak berbohong?"

Renjun menggelengkan kepalanya cepat.

"Baguslah, aku tidak mau kalau kau terus terbayang orang itu dan jatuh sakit. Cukup lupakan saja," cetus Haechan serius.

"Haechan Hyung benar, jangan pernah menghubunginya lagi," timpal Chenle diikuti anggukan tiga member lainnya.

Renjun mengulas senyum kecil kemudian mengangguk. Mengiyakan apa yang dikatakan mereka. Walaupun sedikit mengingatkannya pada kisahnya yang telah lalu.

Akan tetapi, dari pada melupakan, berdamai itu pilihan yang cukup baik, kan?Karena tidak ada yang membuka suara lagi, mereka kembali melatih koreografi untuk konser nanti. Berusaha sekeras mungkin untuk menampilkan yang terbaik.

🐾🐾🐾

Malam harinya, selama perjalanan menuju dorm, mereka tampak saling melemparkan candaan. Terutama Haechan, Jaemin dan Chenle yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Renjun. Walaupun tawanya memekakan telinga Renjun.

Akan tetapi, untuk kali ini Renjun tidak akan memarahi mereka. Ia terlalu lelah setelah menghabiskan waktunya untuk berlatih. Sehingga, kelakuan teman-temannya itu sedikit menghiburnya.

Jisung yang duduk di depan bersama dengab Jaemin menolehkan kepalanya ke belakang. "Renjun Hyung."

"Apa?"

"Kau tidak apa-apa?"

Renjun menatap heran maknae itu kemudian mengangguk. "Kenapa memangnya?"

"Bukan apa-apa, aku hanya mau Hyung selalu baik dan semakin baik," ujarnya lalu kembali menatap ke depan.

Renjun memiringkan kepalanya ke kanan dengan pandangan bingung. Perkataan Jisung tidak dapat dipahaminya. Entah apa yang dimaksud oleh si termuda itu, mungkin dia tidak mau kalau Renjun sakit? Bisa jadi. Tapi, yang jelas Renjun tidak terlalu memikirkannya.

Toh, dia sendiri merasa baik-baik saja ... kan?

Bagaimana aku merasa baik, sedangkan penyakitku bukan main-main, batin Renjun tersenyum kecut.

"Renjun tentu saja akan selalu baik, dia itu kuat, kau tahu."

Suara Jaemin yang bersemangat mengalihkan atensi Renjun.

"Kau benar. Jadi, jangan terlalu mencemaskan aku, karena dengan bersama kalian aku merasa sehat. Lagi pula, kalau kau cemas dengan kesehatanku, malam ini kalian yang masak ya? Aku mau tidur aja," sahut Renjun dengan senyum liciknya.

"Yak! Yang benar saja!" protes Chenle

"Kenapa kau protes? Kau kan pintar memasak. Ada Haechan dan Jaemin juga." Renjun melirik Chenle.

"Gege." Chenle merengek, membuat yang lainnya terkekeh.

"Iya, iya, bukan kau yang akan memasak, tapi Haechan dan Jaemin," ujar Renjun enteng.

"Yak!"

Renjun tertawa karena berhasil menjaili teman-temannya. Terutama Haechan. Karena kalau ia dan Haechan saling menjaili, selalu dirinya yang kalah dan berakhir digoda sampai kapan pun.

🐾🐾🐾

Renjun mendudukan dirinya di kursi sambil menatap beberapa tablet obat di tangannya. Padahal, yang lainnya sudah mulai tidur karena hari semakin larut. Apa lagi mereka kelelahan setelah berlatih dengan keras untuk konser yang tinggal satu hari lagi.

"Hah ... kalau bukan perintah, enggan sekali aku memakan semua obat ini," gumamnya pelan.

Setelah itu, Renjun segera memasukan beberapa butir obat ke dalam mulutnya kemudian menegak air. Matanya memejam beberapa saat ketika pahit obat itu terasa oleh lidahnya. Membuatnya meringis.

Entah sampai kapan dia harus mengonsumsi obat-obatan seperti ini, yang jelas Renjun menginginkan semuanya segera berakhir.

"Bersabarlah, Huang Renjun. Everyting will be fine, kau mampu."

🐾🐾🐾

To be continued

p.s kemungkinan part ini bakalan dirombak lagi setelah beberapa chapter

I'm (not) Fine ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt