Seo Kangjoon

124 22 1
                                    

Jisoo dan kakak perempuannya, Jiyoon sedang berada di gudang. Mereka berdua disuruh untuk mengeluarkan kotak yang menyimpan hiasan pohon natal tahun-tahun sebelumnya. Jiyoon mencari, sedangkan Jisoo hanya melihat sambil menyender pada dinding. Raganya memang di sini, tapi jiwanya entah terbang kemana.

"Dek." Jiyoon memanggil, namun tidak dijawab oleh Jisoo yang sedang melamun. Jiyoon pun menoleh, dan melempar kaos kaki berdebu yang berada di tangannya ke arah adiknya yang sedang melamun. Jisoo sadar dari lamunan dan langsung terbatuk-batuk karena debu yang beterbangan.

"Kak!"

"Melamun terus! Lagi mikirin apa sih? Bukannya bantu cariin," omel Jiyoon. "Angkat kardus itu," perintahnya menunjuk kardus berdebu yang berisi barang yang mereka cari dari tadi.

"Iya, iya. Cerewet banget sih." Jisoo mendumel.

Melihat adiknya mengangkat kotak yang dia tunjuk, Jiyoon pun keluar dan menunggu Jisoo di depan gudang. Setelah itu, Jiyoon menutup dan mengunci pintu gudang.

Jisoo dan sekeluarga sedang berada di rumah lama mereka yang terletak di Sanbon-dong, Gunpo, kampung halamannya. Saat Jisoo SMA, mereka pindah ke Seoul karena ayahnya yang dipindahkan tugas ke ibu kota. Alhasil, rumah ini kosong, tidak ditinggali selama bertahun-tahun. Ayahnya memang ada menyuruh orang untuk membersihkan dan membereskan rumah tua ini. Tapi tetap saja, rumah ini kosong tidak berpenghuni.

Tahun ini, mereka memutuskan untuk merayakan natal dan tahun baru di rumah tua ini. Rumah dimana semuanya dimulai. Rumah ini tidak besar, dan juga tidak kecil. Yah, paslah untuk ditinggal sekeluarga yang anggota keluarganya terdiri dari Ayah, Ibu, Junghun, Jiyoon, Jisoo, dan Kakek-Nenek. Ah, dan jangan lupa juga, mereka sudah tambah anggota keluarga. Ada kakak ipar Jisoo, Doyoung yang baru saja masuk ke dalam keluarga Kim tahun lalu.

Jisoo dan Jiyoon meletakkan kadus yang mereka bawa dari gudang di atas lantai. Jiyoon kemudian menendang Junghun, si sulung yang malah santai tiduran di sofa, tidak membantu dan malah main hp. "Heh, kerja!"

"Apaan sih? Gak sopan banget sama yang lebih tua!"

"Oh, ngaku ya rupanya? Udah sadar paling tua, cowok, bukannya bantuin!"

Keduanya saling memberi tatapan tidak suka. Sedangkan si bungsu, Jisoo merebahkan diri di atas lantai sambil membelai Pocky, anjing keluarga yang datang menghampirinya.

Dingdong...

Suara bel berbunyi. Junghun dan Jiyoon yang masih saling tidak senang kompak memerintah Jisoo untuk membukakan pintu. Jisoo yang tidak mau pun menolak dan pura-pura tidur, pura-pura tidak mendengar. Tidak ada yang ingin mengalah dari ketiganya. Sampai suara bel kedua kembali berbunyi, ketiganya diteriaki oleh ratu yang sedang sibuk di dapur.

"Junghun, Jiyoon, Jisoo, apa kalian bertiga tidak mendengar suara bel?!"

"Tuh, Mama nyuruh kamu. Heh, Dek!"

"Apaan sih, jelas-jelas nama Kakak yang disebut paling pertama. Kakak lah yang buka sana! Orang kerja bukannya bantuin, malah asik pacaran terus. Sana buka pintunya!!"

Junghun berdecak sambil mengubah posisinya menjadi duduk. "Padahal udah jadi ibu rumah tangga. Bukannya jadi istri yang baik—"

"Heh, emangnya aku istri Kakak? Bukankan? Udah sana gak usah banyak cerewet. Udah kayak cewek aja." Jiyoon memotong kalimat Junghun, dan diakhiri dengan sindiran.

Baru aja mau berdiri, suara Doyoung yang baru saja turun dari tangga terdengar. Kesempatan untuk Junghun, mumpung jarak antara tangga dan pintu lebih dekat dari ruang tengah ke pintu. Dan terlebih, Doyoung jauh lebih polos dan baik dari yang dibayangkan. "Adik ipar, tolong bukain pintu. Istrimu sangat—" Belum menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah dibekap oleh Jiyoon.

All I Want For Christmas Is You - JINJIWhere stories live. Discover now