Big Box

88 17 1
                                    

Jisoo duduk menyender di dinding kamar dengan ponsel yang berada di genggamannya. Dia sedang mempertimbangkan, haruskah dia menghubungi Jinyoung sekarang? Bagaimana jika Jinyoung tidak mengangkat teleponnya? Jisoo takut.

Dia kemudian melihat ke luar jendela, melihat salju yang turun. Di saat seperti ini, Jisoo sangat berharap Jinyoung berada di sebelahnya sekarang. Dia ingin meminta santa klaus untuk memberikannya Jinyoung sebagai hadiah natal, tahun ini. Meski dia tidak percaya dengan santa klaus sejak dia berusia 5 tahun, sejak melihat Kakek dan Ibunya meletakkan hadiah di bawah pohon natal. Sekarang Jisoo jadi berharap, kalau santa klaus benar-benar ada dan mengabulkan permintaannya tahun ini. Dia tidak menginginkan apapun, hanya Jinyoung yang dia inginkan.

Pandangannya tertuju pada mobil hitam yang masih terparkir di depan rumah Kangjoon, dan seorang pria yang dia yakini adalah tamu Kangjoon yang sedang mengeluarkan barang-barang dari bagasi. Jisoo memicingkan mata untuk melihat lebih jelas siapa pria itu. Namun butiran salju yang turun malam ini menghalanginya. "Kenapa dia?" gumam Jisoo, dari belakang sedikit mirip dengan Jinyoung? lanjutnya dalam hati. Jisoo menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak ... mungkin ini karena aku terlalu merindukannya sampai berhalusinasi."

Di saat yang bersamaan saat Jisoo menutup tirai, Jinyoung yang sedang mengeluarkan kardus yang dilipat di dalam bagasi menoleh ke arah kamar Jisoo. Dia tersenyum simpul, sebelum akhirnya kembali pada kegiatannya meski dia merindukan Jisoo. Tunggulah sebentar, Ji.

Malamnya, selesai makan malam , Jisoo dan keluarganya berkumpul di ruang tengah, menonton film bersama. Jisoo duduk menyender manja pada Tuan Kim, membuat Tuan Kim terkekeh dan membelai kepala putri bungsunya dengan lembut.

"Papa."

"Hm?"

"Apakah aku sudah terlalu tua untuk mulai berharap dengan santa klaus?"

"Bukankah kau berhenti mempercayai santa klau saat berumur 5 tahun?"

Jisoo tersenyum dan menunjuk pohon natal yang sudah mereka hiasi kemarin. "Aku tahu santa klaus tidak nyata saat melihat Mama dan Kakek meletakkan hadiah di bawah sana saat tengah malam."

Nyonya Kim menoleh saat mendengar percakapan suami dan putrinya. "Benar juga. Kenapa kau keluar malam itu?"

Jisoo melihat ibunya yang duduk di sebelah ayahnya. "Jika tidak salah, aku ingin pergi ke kamar mandi untuk pipis. Tapi siapa sangka, aku malah menemukan fakta yang mengejutkan," jawab Jisoo setengah tertawa. Jika saja Jisoo tidak keluar untuk pergi ke kamar mandi malam itu dan tidak memperogoki kakek dan ibunya menyembunyikan hadiah di bawa pohon natal, akankah Jisoo masih percaya kalau santa klaus itu ada hingga sekarang? Sudah lebih dari 20 tahun, dan untuk yang pertama kalinya setelah 20 tahun, Jisoo berharap santa klaus benar-benar ada dan akan memberikan Jinyoung padanya tahun ini.

Dingdong...

Suara bel yang berbunyi membuat Jisoo bangun dan berinisiatif untuk membukakan pintu. Begitu Jisoo membuka pintu, sosok Kangjoon yang berdiri membelakanginya langsung muncul. "Kak?" panggil Jisoo.

Kangjoon membalikkan badannya dan tersenyum pada Jisoo. "Hei ...."

"Kenapa baru datang? Kami baru saja selesai makan malam dan sedang nonton sekarang. Ingin bergabung?"

Kangjoon mengangguk, menerima tawaran Jisoo untuk bergabung nonton bersama keluarga Kim.

"Tamu Kakak sudah pulang?" tanya Jisoo yang hanya dijawab dengan senyuman dari Kangjoon.

3 jam berlalu dengan cepat, pukul 11 lewat 37 menit. Kurang dari setengah jam lagi, hari dan tanggal akan berganti—christmas!

Kangjoon mengajak Jisoo untuk keluar, ada sesuatu yang ingin dia katakan, katanya. Jisoo pun setuju dan memintanya untuk menunggu. Jisoo pergi ke kamar untuk mengambil mantel musim dingin, karena kebetulan salju sedang turun sekarang dan suhu yang sangat dingin.

All I Want For Christmas Is You - JINJIWhere stories live. Discover now