;MPLS;

6 2 0
                                    

Hari pertama MPLS yang sama seperti MPLS pada umumnya, datang ke sekolah harus menggunakan totebag sekolah yang layaknya ibu-ibu ke pasar dan itu berlaku selama MPLS berjalan. Zeline tetaplah Zeline yang datang masih menggunakan tas punggungnya tanpa memperlihatkan totebag nya.

Menggunakan motor matic kesayangannya, Zeline menerabas sepinya jalanan yang sekarang ia lewati, dengan menghirup segarnya udara pagi, Zeline merasa harinya untuk saat ini akan sedikit menyenangkan daripada sebelumnya. Tak sedikit pula, Zeline bertemu dengan pengendara lain yang menggunakan seragam sama persis dengannya, hanya saja bedanya, yang ia lihat sejauh ini hanyalah kaum adam dengan motor gedenya dan tak lupa suara motor yang membuat telinga sakit.

Setibanya dekat dengan sekolahnya, Zeline memelankan laju motornya dengan tujuan ada teman untuk masuk ke area sekolah yang mungkin bisa ia buntuti untuk mengetahui dimana letak parkiran sekolahnya. Pasalnya, sewaktu Pra-MPLS, Zeline belum sempat keliling lebih jauh mengenai sekolahnya, ia hanya tau cerita dari dua kakaknya saja. Tepat sasaran, Zeline melihat motor Libra dari arah spion dan ia pun menunggu Libra untuk segera mensejajarkan motornya atau bahkan mendahuluinya, benar saja, Libra mensejajarkan motornya dengan motor Zeline.

"Tumben ga ngebut, Zel?" Dengan menaikkan kaca helmnya, menaikkan satu tingkat suaranya, Libra menanyakan hal yang tak perlu lagi di jawab oleh siapapun, termasuk Zeline.

Zeline pun melakukan hal yang sama, "jelas karena gue gatau parkirannya dimana, untungnya ada lo."

Libra langsung mengeluarkan tawa kencangnya ketika ia mendengar jawaban polos dari temannya ini, pasalnya, ia sendiri pun masih belum tau dimana letak parkirannya, ia takut jika salah parkir, nanti menimbulkan sebuah bullying yang sering terjadi di kalangan sekolah. Tanpa rasa takut atau malu, mereka berdua memutuskan untuk tetap masuk ke area sekolah dan mecari parkiran motor yang berhasil membuat Zeline dan Libra saling bertanya. Selama pencarian area parkir, tak henti-hentinya Zeline dan juga saling bar-adu mulut seakan apa yang di bilang itu benar. Tapi, perdebatan mereka berdua salah ketika mereka telah menemukan dimana area parkirnya.

"Lah, sial. Baru aja sampai parkiran, bel udah bunyi." Gerutu Zeline dan di benarkan oleh Libra.

Dengan buru-buru Libra dan Zeline berlomba lari untuk segera sampai di kelasnya, meskipun telat. Betapa terkejutnya mereka berdua ketika sudah berada di depan pintu kelas. Kosong, itulah yang mereka saksikan sekarang.

"Libra, coba lo lihat, sekarang jam berapa," Tanpa mengalihkan pandangannya dari kelas, Zeline hanya diam, mencoba mengingat ulang kejadian beberapa menit yang lalu.

"Demi dugong Alaska. Sekarang masih jam enam lewat lima belas?" Saking kagetnya melihat kenyataan, ia pun langsung berteriak sekencang mungkin.

Mendengar itu, Zeline langsung masuk ke dalam kelas dan membanting tasnya di atas meja. Ia juga langsung menenggelamkan kepalanya di kedua lipatan tangannya.

****

"Zel, bangun, bel masuk udah bunyi." Lita dengan rasa takut, membangunkan Zeline yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

Dengan perasaan yang dongkol, Zeline menyudahi acara tidur dadakannya dan mengulas senyumnya, "makasih, Lit."

Sesuai dugaan Zeline, dua seniornya kemarin kini telah masuk ke dalam kelas dengan wajah angkuhnya, tak lupa dengan tampilannya yang sedikit acak-acakan. Zeline muak sekali dengan mereka berdua setelah kejadian Pra-MPLS kemarin.

Zeline tetaplah Zeline, seorang gadis yang sulit untuk memperhatikan jika ia sudah merasa jengkel atau bahkan tak suka dengan seseorang, seperti sekarang, ia lebih memilih memainkan ponselnya daripada memperhatikan dua seniornya di depan. Tapi, bukan berarti Zeline tak mendengarkan apa yang di ucapkan. Seperti biasa sebelum melakukan kegiatan berdoa di mulai dengan khusyu' begitu pula dengan Zeline.

Why, Me? [ON GOING]Där berättelser lever. Upptäck nu