Chap-1 Sheren

17 1 0
                                    

#Sheren
.
.
.
.
.
.
.

"Sheren"

Aku menoleh, menatap wajah Nara yang juga menatapku dengan tatapan sulit diartikan. Aku merasakan perasaan tak enak dari tatapannya.

"Ayo kita putus."

Aku hanya terdiam. Ini sulit bagiku.

"Sheren?" Melihatku yang hanya terdiam dan tidak meresponnya, Nara memanggilku lagi.

"Kenapa? Kita kan baik-baik saja sebelumnya." Ucapku berusaha bersikap tenang. Aku sungguh tidak suka ini.

"Sheren. Lo tahu kan gue harus fokus sama skripsi gue, let's break up oke?"

Apa-apaan itu? Fokus skripsi? Aku tahu, ini memang tahun terakhir Nara sebagai mahasiswa dan aku paham sekali dia pasti sangat sibuk dengan segala macam study akhirnya. Meskipun aku termasuk mahasiswa tahun pertama, aku sangat mengerti betapa sibuknya kakak tingkat ku ini.

Tapi kenapa harus putus? Aku bisa kok tak mengganggunya selama dia sibuk, aku bisa menjauh darinya selagi dia sibuk dengan kegiatan kuliahnya. Bisakah tak harus putus? Aku masih ingin mempertahankan hubungan ku dengan Nara.

Sudah hampir tiga bulan aku dan Nara berpacaran, awalnya hubungan kami baik-baik saja. Tapi selama satu bulan ini, tiba-tiba Nara berubah, ia tak lagi peduli padaku seperti dulu bahkan kami jarang sekali punya waktu untuk bertemu kecuali aku yang datang sendiri ke fakultasnya. Oke, aku tak masalah jika dia sibuk dengan kegiatan kampusnya. Tapi yang membuatku terluka bukanlah karena Nara yang semakin menjauh dariku. Aku tahu semuanya, seorang gadis cantik di fakultasnya tengah mendekatinya dan bodohnya aku masih ingin mempertahankan hubungan ini meskipun aku tahu Nara sudah tak menatapku dengan tatapan cintanya lagi. Bahkan selama sebulan ini, sudah kelima kalinya Nara mencoba mencari alasan agar bisa putus dengan ku.

Nara menyentuh daguku, membuatku menoleh kearahnya. "Sheren. Let's break up oke?" Ucapnya dengan tatapan yang kupikir dia ingin aku mengiyakan ajakan putusnya.

Dan pada akhirnya aku hanya hanya mengangguk sambil berusaha menahan air mataku yang sepertinya akan tumpah. Ini menyakitkan, tapi aku tak tahu lagi harus bagaimana. Nara tak lagi menginginkanku bersamanya.

Aku tak tahu apa yang dikatakan Nara selanjutnya, lelaki itu memelukku sekilas dan meninggalkanku dikantin kampus.
Aku menatap tak nafsu makanan yang kubeli tadi dan segera bergegas pergi ke toilet untuk sekedar mencuci mukaku. Aku tak mau menangisi ini. Nara bukanlah pacar pertamaku dan bahkan mantan-mantanku sebelumnya bersikap lebih buruk dari Nara. Kurasa ini kutukan bagiku, karena setiap kali berpacaran, tak sampai empat bulan pasti hubunganku hancur. Atau....mungkin ini bukan kutukan...

Aku menatap bayangan diriku pada cermin toilet. Pantas saja aku selalu diputusi, wajah tidak cantik dan berdada rata. Siapa yang mau berlama-lama pacaran dengan gadis seperti ku? Aku tahu bahwa aku kurang menarik, aku tahu bahwa seberapa keras aku berusaha memperbaiki diri, tetap saja aku tidak menarik.

Aku mengambil face wash didalam tasku, wajah kusam dan berminyak ini membuat penampilanku semakin kacau, ditambah beberapa menit yang lalu aku diputusi mantan pacarku. Selesai mencuci muka, aku berjalan keluar dari toilet dan terkejut mendapati Cecil yang tengah menatapku tajam.

"Lo dari mana aja sih? Gue nyari dari tadi. Lo gak biasanya bolos kelas gini." Tatapan tajam gadis imut itu berubah menjadi khawatir.

Aku mem pout kan bibirku dan langsung memeluk Cecil. Cecil terlihat terkejut tapi dia segera membalas pelukan ku.

"Lo kenapa lagi sama kak Nara?"

"Putus."

"Lo fine kan?" Tanyanya, tangannya mengusap-usap pundak ku. Seakan memberi semangat padaku.

SHERENजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें