CHAPTER 4

1.9K 243 11
                                    




"Hari ini tak seramai biasanya yah?"

"Kayaknya begitu. Apa mungkin gara gara pemuda itu yah"

"Yang mana yang mana"

"Yang ituloh. Yang teriak mengatakan kopinya pahit"

Anggaplah seperti itu bisik bisik tetangga yang didengar oleh ketiga pengunjung yang baru saja melewati pintu masuk.

Gulf mengepalkan tangannya menahan diri. Sejujurnya masih ada rasa malu yang tersisa dari kejadian kemarin.

Gulf mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Benar saja kata wanita wanita tadi, hari ini pengunjung tak seramai kemarin. Ada rasa bersalah yang mulai muncul di hatinya. Jika benar itu karenanya maka selain mengucap terimakasih ia juga harus mengucap maaf kepada sang CEO.

"Apa pesanan kalian?" Tanya Sammy bersiap meluncur ke meja bar.

"Aku suka yang kemarin" sahut Mild tanpa memandang lawan bicara.

"Gulf?"

Lamunan Gulf terbuyarkan.

"Kau ada requestan yang lain?"

"Tidak" jawabnya singkat kemudian beralih fokus pada ponselnya.

Sammy mengangguk mengerti. Sebelum pergi tadi Gulf sudah mengatakan bahwa ia tidak akan minum kopi lagi disana. Bukan karena rasanya sangat buruk tapi ia takut kejadian kemarin terulang lagi.

Sekitar 20 menitan mereka menikmati duduk duduk santai di coffee shop itu hingga Mild memutuskan untuk cabut lebih dulu dikarenakan pekerjaannya sudah memanggil. Yang itu berarti Sammy juga demikian karena ia menumpang di mobil Mild.

Sementara kedua sahabatnya sudah pulang lebih dulu, Gulf masih anteng duduk tak memesan apapun. Jangan tanyakan bagaimana pandangan para pekerja disana yang tampak tak bersahabat.

'apa dia tidak pernah datang ke kedainya sendiri?' batin Gulf yang tak melihat batang hidung si pemilik dari tadi. Pantatnya sudah panas berdiam diri di tempat yang sama tapi seseorang yang sedang ia tunggu tak kunjung muncul.

Bahkan barista yang bernametag Love sedari tadi memandanginya membuatnya tidak nyaman. Ah masa Iyya dirinya harus pulang tanpa hasil. Apa salahnya numpang duduk sebentar sih? Pikir Gulf yang mulai jengkel ditatap bak seorang penyusup.

'kedainya akan tutup tidak lama lagi mengapa dia belum datang juga?' cemas Gulf tak melepaskan pandangannya dari pintu masuk.

Hembusan nafasnya terdengar frustasi. Akhiri di sini saja. Semoga tuhan menyampaikan rasa terimakasihnya yang tulus kepada CEO itu.

Gulf berdiri dan melangkah lesu keluar dari coffee shop. Bahkan ia tak peduli telah menyenggol siapa yang berpapasan dengannya. Tta...tapi tunggu. Lelaki yang barusan masuk seperti familiar.

Kan benar. Itu dia!!

Tapi wanita disampingnya merusak pandangan Gulf.

'jelek' ejeknya tanpa sengaja.

Bibirnya terus saja mencibir si wanita yang datang bersama Mew tadi.

"Bagaimana caranya aku bisa masuk kesana yah? Tidak mungkin aku masuk lagi tanpa memesan apapun."

Seakan tuhan merestui setiap langkahnya, Gulf mendapat jalan yang bahkan bisa membuatnya lebih dekat dengan Mew.

"LOWONGAN KERJA"
"Syaratnya sangat sederhana. Apa susahnya menjadi pramusaji. Tinggal antarkan menu dan selesai" ucap Gulf percaya diri. Ia menarik selebaran yang tertempel disana dan membawanya pulang.


*****

Keesokannya Gulf benar benar datang melamar pagi pagi sekali. Dengan dagu terangkat mantap ia berjalan menuju ruangan kerja Mew. Semalam ia sudah mengirim permintaannya di email dan hari ini ia harus berhadapan langsung dengan sang CEO.

Tak ada rasa takut sedikitpun, meskipun banyak kabar burung bahwa pria itu sangat pemilih. Ia tidak segan segan menolak pelamar yang tidak sesuai kriterianya tapi inilah Gulf dengan tekad besarnya.

Gulf menarik nafas dan menghembuskannya. Tangannya mendorong pintu ruangan Mew dengan pelan.

"Permisi Khun"

Fokus Mew teralihkan dari laptop menuju ke sumber suara. Matanya menyipit memastikan penglihatannya tidak salah.

"Silahkan masuk"

Gulf tersenyum lebar. Setelah dipersilahkan duduk ia langsung menghempaskan bokongnya semangat disofa tamu.

Mew belum berucap apapun lagi. Ia dengan jeli memeriksa lembar lamaran Gulf. Sejujurnya tak banyak syaratnya memang. Cukup yang berpengalaman dan yang mengerti betul akan berbagai jenis suguhan kopi, terutama di dalam menu coffee shopnya ini.

"Apa ini sungguhan? Dua tahun menjadi barista tapi anda melamar jadi pramusaji?" Tanya Mew agak ragu.

"Seperti yang tertulis disitu" ucap Gulf semangat dengan menunjukkan deretan gigi rapinya.

Mew mengangguk setuju.

"Baiklah, saya masih harus melihat kinerja kamu selama tiga hari untuk membuktikan kamu benar benar layak"

Tentu saja Gulf kegirangan. Senyumnya tak berhenti merekah.

"Siap Khun boss"
"Mulai hari ini kan?"

Mew terkejut akan antusiasme Gulf. Tak bisa berkata kata lagi, ia hanya mengangguk merespon pertanyaan Gulf barusan.

Gulf keluar dengan suasana hati amat bahagia.

"Aku begitu menginginkannya" gumamnya sebagai reminder diri sendiri.














Tbc.

I WANT IT, I GOT IT (END)Where stories live. Discover now