Bagian 39

11.3K 963 25
                                    

Waktu menunjukkan pukul 05.00 pagi hari. Raffi mengerjapkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya. Melihat dirinya berada di ruangan dengan latar langit-langit berwarna putih. Menengok ke segala arah ada dua pasangan yang masih tertidur lelap 2 laki-laki disofa dan 2 perempuan disebelah lelaki tersebut yang tampak kelelahan. Raffi menengok ke sebelahnya, dia melihat sosok raffa yang masih menutup matanya dengan tenang.

Perlahan raffi mulai duduk di brankar. Mengambil tiang infus di sebelahnya. Kemudian dia turun dari brankar dan mendekat ke brankar raffa. Mendudukkan dirinya di brankar raffa yang sama besarnya dengan brankar raffi, mengelus pelan rambut raffa dan menelisik muka raffa yang masih terdapat luka lebam begitu juga dengan lengan ditangan raffa dan pergelangan raffa yang meninggalkan bekas ikatan yang cukup ketara.

"Affa pasti kesakitan hmm"lirih raffi sendu

"Maaf kakak belum bisa menjaga affa dengan baik." Tambah raffa lagi kemudian mengecup pelan kepala raffa

Raffa yang mendengar lirihan raffi mulai membuka matanya

"Kak affi" lirih raffa

"Tidur lagi hmm. Masih terlalu pagi" lirih raffi dengan lembut sambil mengusap rambut raffa

"Raffa baik-baik aja. Kakak tidak perlu cemas" lirih raffa dengan senyumnya untuk menyakinkan raffi bahwa di baik-baik saja.

Mungkin secara fisik raffa terluka dengan banyak bekas lebam ditubuhnya yang tertutup oleh baju rumah sakit yang dikenakannya. Tetapi luka tersebut masih dapat raffa tahan. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan hati raffa yang merasa bersalah kepada raffi kakaknya. Raffa merasa dirinya telah membuat raffi terluka walau tidak secara fisik tapi secara mental. Karena raffi masuk rumah sakit gara-gara raffa.

"Maafin raffa kak" batin raffa

Hati raffa seperti berkecamuk. Tapi raffa harus meyakinkan kakaknya bahwa dia baik-baik saja sehingga raffi tidak khawatir dan tidak sakit lagi.

"Iya kakak tau, sekarang affa tidur ya. Kakak temenin" ucap raffi

Kemudian raffi sedikit menggeser tubuhnya dan menidurkan dirinya disebelah raffa. Dengan hati-hati agar tidak mengenai luka raffa yang lebam. Raffi tidur menyamping menghadap raffa agar raffa tidak hilang dari pandangannya.

Raffa hanya diam dan membiarkan apa yang raffi lakukan.

"Kakak juga tidur hmm" lirih raffa

Raffi mengangguk mengiyakan.

▪️▪️▪️▪️

"Sayang, makannya lagi yah" bujuk mommy.

"Gamau mom." Tolak raffa lembut

Sekarang sudah pukul 08.30 pagi dan waktunya raffa dan raffi sarapan. Raffi juga sudah kembali ke brankarnya dan sudah melepas infusnya tadi pagi pukul 07.45 oleh aran karena kondisi raffi yang sudah membaik. Sekarang raffi juga sedang sarapan yang disuapi oleh mamah adelia.

Tapi hal tersebut justru berbanding terbalik dengan kembarannya yang enggan untuk sarapan. Sudah dibujuk rayu ini itu, tapi tetap saja raffa tidak mau memakan makanannya lagi.

"Makan dulu dong sayang, nanti bisa langsung minum obat biar raffa cepet sembuh yah?" Rayu mommy

"Raffa ngga mau mommy" elak raffa

"Tapi baby harus makan lagi sayang, badan baby masih demam dan baby harus minum obat" tukas daddy

"Gamau daddy" elak raffa lagi sambil menutup mulutnya  dengan salah satu tangannya. Dan matanya melihat ke arah opa dengan memelas agar membantu dirinya untuk tidak melanjutkan sarapannya.

"Sudah boy. Jangan dipaksa baby opa." Ucap opa. Kemudian opa mendekat ke arah raffa.

"Minum obat dan vitaminnya ya baby" tukas opa pada raffa.

"Kamu juga boy jangan lupa vitaminnya" tambah opa pada raffi

Raffi mengangguk.

Saat raffa mulai meminum vitamin dan kemudian obat dibantu oleh valeri dengan telaten. Raffa memaksakan untuk meminumnya walau sebenarnya perutnya sejak tadi sudah bergejolak meminta untuk di keluarkan tetapi masih coba raffa tahan.

Namun belum sampai obat tersebut masuk ke lambung raffa, mual raffa bertambah parah dan raffa juga sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Mom mual" lirih raffa.

Setelah berucap raffa langsung menutup mulutnya untuk mencegah makanan itu keluar dan tidak mengotori ruangan tersebut. Valeri yang paham langsung mengambil wadah agar raffa bisa memuntahkan isi perutnya.

Setelah wadah tersebut sudah dihadapan raffa, raffa mulai membuka tangannya dan mengeluarkan makanan beserta obat yang baru masuk ke dalam lambungnya.

Hoek hoek hoek

Bram membantu memijat tengkuk raffa agar raffa merasa lebih nyaman saat mengeluarkan makanan dari dalam mulutnya.

"Keluarkan semua sayang" ucap mommy

Perut raffa terasa sedikit melilit. Makanan yang baru dia makan juga sudah keluar semua. Bahkan ditambah dengan cairan yang agak berbusa karena sudah tidak ada lagi yang bisa raffa keluarkan kecuali cairan yang berbusa tersebut dan berefek pada perutnya yang terasa lebih menyakitkan. Tanpa sadar raffa meremas bagian perutnya. Namun tangan raffa langsung ditahan oleh bram.

"Perutnya jangan diremas. Nanti tambah sakit" ucap bram lembut disela-sela raffa muntah.

"Sudah?" Ucap mommy

Raffa mengangguk lemas. bram membantu raffa bersandar dibrankar dan mengelus pelan perut raffa. Raffa hanya menutup kedua matanya. Badannya sudah terasa sangat lemas mungkin karena efek muntah dan tidak adanya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh raffa.

Diruangan rawat hanya ada opa, oma,valeri, bram, adelia, raffi dan raffa. Karena thomas meminta kepada varo dan brian untuk mengurus perusahaan ketiga siswa yang dinyatakan sebagai pelaku, verrel yang kuliah, elang yang sekolah. Aran dan vino akan selesai bekerja pukul 09.00 nanti. Thomas ke perusahaan memimpin perusahaan sementara. Karena perusahaan harus tetap berjalan.

Tak lama aran masuk ke ruangan raffi dan raffa karena masa kerjanya telah selesai. Dia yang melihat raffa dalam keadaan lemas sambil bersandar dibrankar langsung mendekat dan memeriksa raffa.

Raffi yang belum bisa membantu mengenai apa yang harus dia lakukan. Cukup memperhatikan setiap pergerakan yang raffa lakukan dan tidak melepaskan pandangannya walau hanya beberapa detik saja.

Dengan cekatan aran memeriksa raffa dan menyuntikkan beberapa cairan agar raffa lebih stabil.

Tak lama setelah cairan raffa sudah masuk ke dalam tubuh raffa. Perlahan raffa mulai melemaskan guratan  diwajahnya serta melonggarkan tangannya yang masih mencekram tangan bram pertanda dia sudah berada dalam pengaruh obat yang membuatnya tertidur dengan tenang.

"Asam lambung raffa naik mom, begitu juga dengan imun raffa yang semakin melemah sehingga raffa mudah drop. Untuk saat ini raffa sudah aran berikan vitamin dan obat agar raffa bisa beristirahat lebih lama" tutur aran

"Bagaimana hasil pemeriksaan raffa, aran" ucap daddy

"Semuanya aman dad, kecuali lebam raffa dan imun raffa yang semakin menurun. Mungkin proses penyembuhan raffa akan sedikit lebih lama" jelas aran

"Baiklah" sahut bram

Bram merasa tidak tega melihat anak bungsunya yang terlihat begitu lemah pada tubuhnya. Mungkin hanya sedikit saja tersenggol anaknya tersebut bisa melebur. Apalagi sekarang tubuhnya dipenuhi oleh beberapa lebam yang cukup ketara dan pasti sangat sakit jika orang lain bisa merasakan. Namun anehnya, kenapa anaknya tidak pernah mengeluh bahwa dia kesakitan. Apakah dia ingin membuat keluarga tidak khawatir tetapi hal tersebut malah membuat keluarganya semakin bertambah khawatir karena bungsu memendam perasaannya sendiri.

▪️▪️▪️▪️

RAFFA (Overprotective Family)Where stories live. Discover now