# 21 : The Sky Is Red Today

293 39 22
                                    

BENEDICT COLLINS

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BENEDICT COLLINS

Sebelumnya, aku tidak pernah bermimpi saat tidur sore. Tapi hari ini, aku sedang dirundung kesialan. Bukan mimpi soal setan atau si sinting Jonathan Senowijaya alias Jon Snow dan komplotannya (aku tentu saja mengharapkan mimpi sedang berlibur ke Italia sambil minum anggur dan berpesta hingga pingsan), tapi suara Denada yang terus-menerus menghantuiku bagaikan monster di siang bolong.

"Marco, kamu jangan lari lagi. Aku tahu ini semua rencanamu. Kamu yang memerintahkan mereka untuk membunuh Ruth."

Bukannya aku tidak percaya kalau cewek itu berpotensi terlibat dalam kasus temannya sendiri. Tapi motifnya. Kalau memang dia ada sangkut pautnya dengan Marco dan Ruth, apa perannya? Dilihat dari ancamannya, mereka bukan sosok asing yang kebetulan saling mengenal satu sama lain. Setidaknya, mungkin mereka pernah mengobrol satu atau dua kali. Tapi Marco adalah Marco. Orang sepertinya mana sudi berteman dengan anak-anak yang tidak keren alias culun. Bisa-bisa, dia ditertawakan kutangnya sendiri.

Kembali ke Denada yang akhirnya memaksaku untuk bangkit dari tempat tidurku dan duduk di kursi goyang sembari menyesap anggur. Kate belum pulang, dia sedang mencari perlengkapan tambahan untuk Sinful Night, sementara Cora baru saja diajak Eric bertemu untuk membicarakan masalah mereka. Sarah datang berkunjung untuk mencari Kate dan Noreen, namun karena dua cewek itu memang belum kembali, Sarah bilang dia akan menunggu di bar saja.

Noreen adalah yang paling kukhawatirkan sejak tadi.

Setelah disambangi oleh Kenzo Dios si mafia banyak tingkah tak berperasaan, aku jadi semakin tidak tenang. Cewek berponi itu bilang dia akan menceritakannya padaku setelah kembali, namun ini sudah hampir gelap, dan dia belum membalas pesanku. Sejak tadi, status di bawah namanya hanya berkutat di kata typing... atau read saja. Aku juga tidak tahu ke mana Kenzo membawanya, namun entah mengapa, hati kecilku gusar. Terutama setelah cewek itu ditemui oleh Rion, kakak laki-lakinya yang tiba-tiba muncul di kampus. Seharusnya, kupasang alat pelacak pada cewek itu, jadi sewaktu-waktu aku bisa mengikutinya.

Apa sebenarnya yang diinginkan Ronan Barracuda?

Lantas, apa aku harus jadi pengangguran? Kate tidak memberiku tugas apa-apa, menegaskan posisiku yang jauh dari kata dominan dalam hubungan persaudaraan ini. Cewek itu meninggalkan Isabel di kamarnya, tapi aku tidak niat bermain dengan seekor kucing yang sejudes pemiliknya. Belum lagi, Isabel memang memiliki sentimen tersendiri terhadapku.

Di saat-saat seperti ini, aku tiba-tiba saja teringat akan sosok yang sejak detik pertama memberi tugas ini pada kami. Beberapa hari terakhir, kami jarang bertukar pesan karena dia sibuk dengan urusannya dan aku sibuk dengan duniaku. Apa coba kuhubungi saja?

"Kamu benar-benar anak tak tahu diuntung, Ben."

Aku mendengus kesal.

"Padahal aku sudah berbaik hati menelepon, kenapa malah dikutuk, Paman?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PERSONA (2020)Where stories live. Discover now