#13 : In Omnia Paratus

157 43 51
                                    

Noreen Fortino

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Noreen Fortino



Mungkin.

Mungkin Ruth masih hidup.

Untung saja aku sedang berada di kamar mandi ketika video itu dikirim dengan nomor acak melalui WhatsApp. Aku sampai harus menenangkan diri selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk melanjutkan melihat video itu.

Video amatir itu dimulai dengan sekumpulan orang yang mengenakan pakaian serba gelap dengan wajah tertutup, sedang menghampiri seorang cewek seumuran Ruth yang tergeletak dengan posisi membelakangi kamera, tentu saja aku masih sangsi kalau itu adalah adikku. Mereka berjumlah tiga orang, salah satunya mengenakan kacamata hitam yang bertugas sebagai eksekutor yang mengurus sosok di depannya.

Ketika kamera didekatkan pada wajah Ruth, aku langsung mengenali tahi lalat yang terdapat di dekat pelipisnya, serta wajah Ruth yang pucat dengan kepala berdarah serta perut yang juga mengeluarkan darah, seperti bekas tusukan. Sesuai dengan apa yang kulihat waktu itu.

"Lihat siapa yang sedang tertidur pulas. Apa di sini hangat, hmm?

Suara itu terdengar cempreng, namun jelas suara seorang laki-laki. Tangannya menyampirkan rambut yang menghalangi Ruth, menampakkan dengan amat jelas wajah adikku itu. Aku yakin betul itu pasti Ruth.

"Jangan malu-malu." Lanjut orang itu dengan nada yang terdengar bermain-main. "Kakakmu lari dari tanggung jawab, pasti kamu sedih, hmm? Kakak kurang ajar, tidak tahu kalau adiknya kesakitan."

"Brengsek." Aku berbisik cukup pelan menahan amarah. 

"Rumi Barracuda, kalau kamu melihat ini, mari kita bermain. Pertanyaan pertama, apa adik tercinta masih hidup?"

"Sialan!" desisku tidak tahan lagi sembari menyucurkan air mata. "Di mana kamu, Ruth?!"

"Sepertinya, Ruth tidak bisa bertahan lama, hmm? Jangan buang-buang waktu lagi, Rumi. Saatnya pulang ke rumah dan menjemput adik."

Kemudian, video itu berhenti, bersamaan dengan seseorang yang menggedor bilik yang kutempati, membuatku nyaris membanting benda itu. 

"Woy! Jangan nonton drama telenovela di kamar mandi! Yang antri udah banyak! Buruan keluar!"

Akhirnya, aku buru-buru keluar sambil tidak lupa menyeka air mata, menatap orang-orang yang sudah berbaris dengan wajah pucat yang tidak sabar ingin segera masuk. Dilanda perasaan campur aduk, aku sampai salah-salah ingin menekan nomor siapapun yang dapat kuberitahu saat ini, tapi kemudian, suara teriakan seseorang membuyarkan kepanikanku.

"Gila, gila! Ada yang celaka lagi di depan studio komputer! Lihat yuk! Keburu korbannya diangkut!"

Celaka lagi? Di depan studio komputer? Apa ini pancingan yang dimaksud Ben?

PERSONA (2020)Where stories live. Discover now