#15 : Stalk Me All You Want

201 39 47
                                    

Noreen Fortino

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Noreen Fortino

"N...Noreen Fo...Fortino?"

Suara itu membawaku kembali pada kenyataan yang terlampir di hadapanku. Jantungku masih berdebar kencang dan mungkin saja akan lepas dalam sekejap kalau aku tidak segera melakukan teknik pernapasan yang diajarkan Kate. Baiklah. Tetap tenang dan perhatikan baik-baik wajah di depanmu.

Aku menatap cowok di depanku yang berdiri menunggu jawaban. Cowok berkacamata kotak tebal dengan bintik-bintik di wajahnya (alias freckles, untuk sejenak aku sampai lupa namanya), mengenakan baju polo rapi dengan tas ransel yang disampirkan di pundak kanannya, setumpuk buku yang dibawa dengan tangan kirinya yang penuh urat, serta tubuh yang seakan selalu membungkuk. Struktur wajah yang seakan-akan dipahat sempurna, bibir tebal yang masih dalam batas wajar, tulang pipi tegas dan rahang ramping, dilengkapi dengan sepasang mata sipit yang dalam, membuatnya cocok jadi model majalah, kalau saja dia tidak terlihat kikuk begitu di depanku.

Tunggu dulu. Siapa orang ini? Perasaan tidak ada di keluarga Barracuda yang berpenampilan seperti ini? Sudah begitu, bicaranya gagap pula. Apa dia saudara sepupu dari saudara sepupuku yang jarang kutemui? Apa dia diangkat anak oleh salah seorang bibiku yang hobi mengadopsi anak?

"Apa kita kenal?" Aku mengangkat sebelah alis sambil melipat kedua tanganku di dada.

Cowok berkacamata tebal itu membetulkan kacamatanya yang baik-baik saja sambil menatap sepatunya sendiri.

"I...itu, kamu sudah terima pesannya?"

"Yang mana? Gue nggak pesen ojek."

"B...bukan itu, In Omnia P...Paratus. Sud...sudah kamu t...terima?"

Aku menggaruk-garuk kepalaku, frustrasi.

"Lo haus?"

"He?"

"Lo denger apa yang gue bilang. Lo haus?" tanyaku sekali lagi dengan nada jutek yang menurun dari masterku, Kate.

"Eh... ng...nggak. Aku sudah minum a...air segentong ta...tadi."

Aku mengangkat sebelah alisku, ingin menahan senyum karena dibalik kegagapannya yang membuat darahku mendidih, tersimpan humor garing yang sanggup membuatku geli, walaupun jantungku sedang berdebar tidak karuan dan mengira-ngira permainan apa kiranya yang disuguhkan padaku.

"Oke. Kalau gitu apa maksud lo menyampaikan pesan tadi ke gue? Apa yang lo tahu?"

"Ak...aku hanya dis...disuruh menyamp...paikan pesan."

Aku mulai parno, jadi aku memeriksa keadaan di sekitarku dari pantulan jendela kaca di samping kanan dan kiriku, lalu menelisik hingga ke balik semak-semak serta pohon-pohon yang biasanya jadi tempat persembunyian terbaik dan paling mudah ditebak. Selain anak-anak Fakultas Kedokteran yang riwa-riwi sambil membicarakan hal serius, hanya ada aku dan Si Gagap ini. Tunggu, lebih baik kutanyakan saja namanya.

PERSONA (2020)Where stories live. Discover now