Bab 1 - The Temple of Ra

16.3K 2.3K 40
                                    

Beberapa Bulan Sebelumnya

Thebes adalah ibukota Mesir. Letaknya berada di selatan dan cukup jauh dari mulut Delta sungai Nil. Seorang Firaun memimpin bangsa Mesir dari singgasananya. Firaun adalah raja sekaligus inkarnasi dewa.

Pendeta mereka mengajarkan bahwa menentang Firaun artinya dia juga melawan dewa. Ketika ajal mereka tiba, dan jiwa mereka dipandu oleh dewa Anubis ke akhirat, para pendosa itu tidak akan bisa mengarungi sungai akhirat Osiris. Pada akhirnya mereka tidak bisa berkumpul di surga dengan para leluhur mereka dan berakhir di perut dewa Ammit yang berkepala aligator.

Namun para Firaun juga dibekali ilmu kebijaksanaan dan beriman kepada para dewa.  Artinya mereka tidak selalu bisa bersikap egois apalagi zalim. Mereka adalah pemimpin politik sekaligus pemimpin agama rakyat Mesir. Tugasnya adalah mensejahterakan rakyatnya. Dalam sejarah panjang peradaban Mesir, ratusan Firaun sudah mengabdi. Beberapa dikenal bijaksana, beberapa lainnya juga dikenal keji.

Para Firaun seringkali memiliki keinginan untuk dikenang oleh rakyatnya ketika mereka meninggal. Karena itu beberapa dari mereka membangun Piramida, kuil-kuil besar dan patung-patung yang bisa membuat orang terkesima.

Membangun Piramida dan bangunan fantastis lainnya, membutuhkan biaya sangat besar. Karena itu tidak jarang sebuah dinasti di Mesir jatuh karena terlalu banyak menggunakan kekayaan negara demi membangun monumen.

Firaun Akhenatum, tidak ingin menjadi penyebab dinastinya runtuh karena ambisi sesaat. Akhenatum adalah Firaun yang biasa-biasa saja. Tidak terlalu ambisius dan juga tidak terlalu lalai akan pekerjaannya. Dia juga tidak terlalu religius dan mengikuti saja apa yang dilakukan oleh pendahulunya dulu. Walaupun kebanyakan orang di sekitarnya menganggap dia sebagai inkarnasi dewa, Akhenatum yakin tidak pernah sekali pun dalam tidurnya ada dewa memberi pesan atau wahyu kepada dirinya.

Tapi dia tahu kalau dia bisa saja berbohong dan bilang, kalau Dewa Amun bicara padanya agar setiap rumah mengumpulkan beberapa karung gandum atau keping emas ke kuil. Akhenatum sedang menghadapi beberapa masalah di perbatasan. Seperti adanya serangan perampok yang bergerombol atau mulai memberontaknya negara-negara kecil yang ikut berdiam di sepanjang sungai Nil untuk melawan kuasa Mesir.

Dia butuh uang yang sangat banyak untuk membiayai para prajurit yang kini mulai beralih profesi, karena merasa kurang diapresiasi. Akhenatum seharusnya memenggal salah satu gubernurnya yang berdasarkan investigasi diduga kuat melakukan penyelewengan dana. Tapi dia urung karena si gubernur adalah salah satu sepupunya yang punya banyak pendukung dari kalangan bangsawan. Dia bisa saja memberontak dan itu akan merepotkannya.

Akhenatum memutuskan untuk memutasinya jauh ke perbatasan. Dia mungkin diam-diam akan menyuruh seseorang untuk menghabisinya, membuatnya seolah-olah tertimpa musibah alami. Akhenatum mengangguk-angguk sendiri dengan pikiran melanglang buana.

"Firaun, ritual sebentar lagi harus dilaksanakan," salah seorang pendeta kuil Ra menghadapnya dengan kepala tertunduk.

"Di mana Putri Amen-ra? Aku belum melihatnya," Sang Firaun tampak kecewa. Ini adalah ritual bulanan untuk menyembah dewa Ra. Acara hari ini terbilang penting karena ketika Firaun Akhenatum melakukan persembahan di kuil, akan ada sangat banyak warga yang berkerumun. Amen-ra adalah nama resmi yang diberikan oleh Firaun ketika Mena lahir.

"Para pengawal sedang menjemputnya," menterinya menyahut.

Putri Amen-ra atau Mena, sudah berusia hampir tujuh belas tahun dan mulai sering tampil di hadapan rakyatnya. Dia mungkin tidak akan segera menjadi Firaun, karena Akhenatum sendiri baru berusia empat puluh tahun. Namun walaupun dia adalah pemimpin pilihan para dewa, Akhenatum tidak bisa menebak kapan dan bagaimana dia bisa menyambut ajalnya.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang