Bab 27 - The God of Wind and Sky

7K 1.1K 148
                                    

Para dewa Mesir, sudah tertidur selama lima ribu tahun. Selama mereka bernafas pelan dan teratur dengan mata terpejam dalam Sarkofagus mereka yang terkubur, para manusia melanjutkan hidup tanpa mereka.

Manusia membangunkan kuil untuk mereka, patung megah dan melukis simbol-simbol pemujaan untuk mereka. Nama mereka abadi dalam rapalan dan mantra yang mereka ucapkan. Walau para dewa itu tidak bisa mendengar, masyarakat Mesir mengimani mereka sepenuh hati.

Para dewa yang tidak lagi hadir, membuat para manusia itu menjadi kreatif dan fleksibel terhadap konsep kepercayaan mereka. Terhitung ada sekitar 2000 dewa yang dimiliki orang Mesir saat ini. Jumlahnya berkembang tergantung dari kebutuhan para manusia.

Orang mesir, juga gemar menyatukan nama dewa mereka. Seperti dewa Sobek yang berkepala buaya yang diubah menjadi Sobek-Ra artinya dewa Sobek dan dewa Ra (Matahari). Atau dewa Amun-Ra artinya adalah dewa angin dan matahari yang juga disebut dewa kesuburan. Orang Mesir menganggap, menambahkan nama Ra akan membuat dewa itu lebih kuat. Ra adalah dewa Mesir generasi pertama yang juga disebut sebagai bapak para dewa dan dewa matahari.

Amun, tentunya terkejut. Ketika dia bangun dari tidur panjangnya, dia kini menjadi dewa utama di Mesir. Padahal dia dulu hanyalah dewa minor yang bahkan terbiasa berjalan di belakang Horus atau Anubis. Tapi kini, patungnya disembah dimana-mana oleh manusia dan disebut sebagai pemimpin para dewa. Amun Ra, di mata manusia sejajar dengan Zeus yang adalah pemimpin para dewa Yunani.

Tentu saja dewa Dewi lain tidak setuju. Osiris dan Horus lebih pantas menyandang gelar pemimpin menurut mereka. Amun kini berjalan berdampingan dengan Thoth, dengan gestur sedikit canggung. Dia diminta melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.

"Apa kau yakin? Bisa ada korban jiwa," kata Amun merasa ragu.

"Para manusia sudah memperingatkan orang yang tinggal di pesisir, mereka akan baik-baik saja. yang kau lakukan adalah mewujudkan ramalan. Ini penting, agar calon Firaun yang kudukung tidak kena masalah," Thoth menegaskan.

Hari sudah petang, bintang tata Surya telah bersembunyi ke belahan bumi lainnya, digantikan oleh bulan yang bersinar penuh. Lautan sedang pasang dan tenang seakan tidak ada angin berhembus. Mereka tentunya tidak menaiki perahu, melainkan kendaraan angkasa berwujud Piramida yang melayang nyaris tanpa suara di udara.

Thoth merasa gerah dan melepas jubah dan topengnya. Menunjukkan wajah tampan khas kaukasianya serta postur tubuh tegap berkharisma. Amun memandangnya curiga. Thoth membalas tatapannya bimbang.

"Kenapa? Apa kau mau mengataiku buruk rupa juga? Tidak apa, aku sudah terbiasa," Thoth berujar tegar.

Amun segera menggeleng.

"Tidak-tidak, kami hanya belum terbiasa melihat wajahmu, jelas kamu bukan Thoth. Aku tidak tahu bagaimana tapi--"

"Aku Thoth," tegas dewa pengetahuan itu sambil memamerkan emblem dan tongkatnya.

"Y-ya, baiklah, lalu kau membutuhkanku untuk melakukan apa? Bisa kau jelaskan lagi?" Amun memutuskan untuk mengabaikan keraguannya dan fokus pada tugasnya.

"Buat gelombang besar dengan kekuatanmu, tapi tidak terlalu besar, jangan sampai air masuk terlalu jauh ke daratan. Kita hanya ingin mewujudkan tafsir mimpi, bukan benar-benar menyakiti manusia," Thoth menjelaskan.

"Se--sekarang?" Kata Amun gugup.

"Besok saja, atau lusa, terserah --ya sekarang lah!" Sergah Thoth tidak sabar.

"Ya, sabar, baiklah aku akan turun dulu dari kapal ini," Amun terlihat sedikit jengkel.

Thoth yang dia ingat, lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Lima ribu tahun rupanya sudah cukup lama sampai bisa mengubah karakter seseorang sampai sedrastis itu.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang