Bab 43 - Hide and Seek

4.6K 1.2K 150
                                    

Terima kasih untuk kalian yang masih setia mengikuti cerita ini ❤️ kalau kalian suka jangan lupa vote dan komennya ya 🥰

***

Mena menjejakkan kaki telanjangnya yang indah dengan hati-hati. Marmer pelapis istana Fir'aun dipoles setiap harinya sehingga licin. Tapi bukan terjatuh yang dia khawatirkan. Dia takut langkahnya menimbulkan suara berdecit dan memberitahukan posisinya.

Tentunya itu semua sia-sia. Mata-mata Ahmose dan pengikut setianya berjaga nyaris di setiap sudut istana. Walau Ahmose berjanji untuk tidak mengurungnya di kamar—-mena tidak bisa sepenuhnya bebas. Para pelayan membantunya dalam hal apapun namun sebenarnya mereka juga mengawasinya. Begitu pun para penjaga yang bilang cemas karena ada yang mau membunuh Amen-Ra, kenyataannya mereka diperintah Ahmose untuk selalu menjaganya tetap di istana.

Saat ini, dia bersama Baba—-kera ajaib milik thoth—-mencoba meluputkan diri mereka dari para penghuni istana. Mena tidak bisa berdiam di istana dan dengan santai menikmati segala pelayanan mewah, sementara Ahmose mungkin akan membahayakan Mesir.

Katanya Ahmose bersekutu dengan Seth. Dia bahkan nekat membantu kebangkitan dewa Seth untuk membuatnya memimpin area sungai nil sekali. Mena menduga Seth mungkin punya tujuan lebih luas. Karena Thoth sempat bercerita kalau Seth adalah dewa yang ambisius. Ahmose hanya salah satu pionnya yang akan didepaknya begitu semua tujuan sang dewa perang tercapai.

Mena harus segera pergi dan membuat rencananya sendiri. Setidaknya dia harus melengserkan Ahmose, yang masih berstatus suaminya. Masalahnya Thoth belum bisa dihubungi dan hanya meminta dia dan baba menunggu.

Ahmose tahu kalau dia benar pernah berkomunikasi dengan Thoth. Karena itu Mena berusaha menyembunyikan baba dari Ahmose. Anat si Dewi perang sempat bersaksi kalau baba adalah kera ajaib peliharaan dewa. Kalau Ahmose melihat Baba, Firaun itu mungkin akan membunuhnya.

"Aku menemukanmu, Mena," Ahmose menangkap tangan Mena senang. Kehadirannya seperti hantu yang tidak bisa ditebak.

Mena tersentak mundur kemudian memaksakan senyuman yang terasa tidak tulus.

"Ahmose," Mena menyapa. Dia sudah lebih dari tiga hari tidak berjumpa dengan Ahmose.

"Apa yang kamu lakukan di bangunan terbengkalai ini? Katanya ini dulu istana para Harem Firaun kan?" Ahmose mengajaknya bicara.

"Aku hanya bosan. Di sini ada lebih sedikit orang yang mengawasiku. Aku butuh sendirian," mena mengaku dengan nada dingin. Dia tidak bisa mengarang cerita. Ahmose terlalu cerdas untuknya dan akan segera tahu kalau istrinya berbohong.

"Kita bisa kembali ke kamar dan aku akan meminta para penjaga pergi kalau kamu mau," Ahmose memeluk kepala Mena dan menyesap aroma parfumnya.

"Tidak, aku tidak mau tidur denganmu. Kau bukan suamiku lagi Ahmose," Mena tersenyum padanya dan mencoba sabar. Perlahan dia mendorong tubuh Ahmose menjauh. Sementara itu Baba berdiam di balok batu yang terletak di plafon dan menampakkan taring tajamnya. Bersikap seakan melindungi Mena dari kejauhan.

Mena sudah berpesan agar Baba tidak mencoba menyerang Ahmose. Dia prajurit terlatih dan bisa membunuh dengan mudah. Walaupun Baba adalah kera ajaib dan memiliki kekuatan dari dewa Thoth—-Ahmose sendiri adalah sekutu Seth. Dewa perang itu bisa saja telah memberinya kekuatan.

"Aku sudah mengatakan berulang kali, sampai kapan pun kamu tetap istriku, Mena," Ahmose meraih beberapa helai rambut hitam Mena dan menciumnya pelan. Kemudian sedikit meremasnya sambil memandang Mena mendamba.

"Aku sudah mengajukan perceraian ke kuil,"

Ahmose tersenyum lagi dan mengambil sesuatu dari balik pakaiannya. Selembar papyrus yang terlipat tampak kusut kini berada di tangannya. Mena menyadari benda apa itu dan sedikit terbelalak melihatnya.

The Queen Of EgyptWhere stories live. Discover now