Bab 12 - Princess Research

6.8K 1.4K 43
                                    

Mena tidak yakin apakah dia bisa benar-benar mempercayai orang asing bernama Cyllenius itu. Pertama dia bukan orang Mesir, apapun yang dia katakan bisa saja karena memikirkan kepentingan negerinya sendiri. Kedua, dia bahkan bukan penganut kepercayaan orang Mesir, aneh jika ada seorang dewa Mesir yang malah mengunjungi benak manusia yang bukan pengikutnya.

Ketiga, kalimatnya terlalu sinting untuk diucapkan seorang pejabat tinggi Yunani yang seharusnya merupakan orang waras. Bahkan seorang Firaun saja tidak bisa semudah itu mengumumkan kalau para dewa memberikan pesan padanya. Padahal Mena sudah merasa akrab dengan wakil gubernur kota Athena itu, namun kini dia merasa harus lebih berwaspada.

Mena tidak menanggapi perkataan Cyllenius dengan serius ketika itu. Dia hanya tersenyum kemudian segera menyudahi acara ramah tamah mereka. Mena sendiri sempat merasa tersinggung karena Cyllenius membahas tentang dewa Thoth dengan nada sedikit meremehkan. Seakan-akan dewa Thoth adalah entitas manusiawi.

Thoth, adalah salah satu dewa yang konsisten disembah oleh rakyat Mesir selama ribuan tahun. Dalam kepercayaan rakyat Mesir, popularitas para dewa terus berganti. Beberapa ratus tahun belakangan dewa Amun adalah dewa yang paling banyak disembah rakyat Mesir. Namun juga pernah ada saatnya dewa lain seperti Ra, dewa matahari atau Ptah menjadi dewa utama mereka.

Rakyat Mesir gemar menambahkan dewa baru dan di antara para dewa itu, Thoth adalah dewa yang paling konsisten disembah. Dia adalah dewa yang selalu eksis di setiap jaman, siapapun dewa utamanya. Dia adalah dewa ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang dipercaya menciptakan huruf Hieroglif dan mengajarkannya pada rakyat Mesir.

Thoth juga salah satu dewa yang bersama Anubis memandu arwah para rakyat Mesir mengarungi sungai akhirat Osiris (Dewa dunia bawah). Dia seringkali digambarkan memegang timbangan yang menimbang berat jantung manusia dan sehelai bulu untuk menentukan apakah roh mereka diizinkan untuk mengarungi sungai Osiris untuk bergabung dengan leluhur mereka?

Dua hari setelah pertemuannya dengan Cyllenius, Mena yang tidak bisa tidur tenang akhirnya mengunjungi gedung arsip, tempat para pejabat pemerintah menyimpan segala dokumen dan papyrus berisi apa saja yang dikerjakan oleh pemerintahan Mesir. Gedung itu adalah tempat yang dihindari oleh para bangsawan seperti Mena, apalagi perempuan. Karena tidak banyak wanita yang bisa membaca Hieroglif.

Mena juga tidak pandai menulis Hieroglif. Karena huruf itu memiliki sekitar 700 karakter berbeda yang merupakan gabungan simbol hewan dan alam yang hanya bisa dipelajari maksimal setelah mendalaminya selama empat tahun di sekolah khusus para scribes.

Tapi Mena bisa mengenali hurufnya dan melafalkannya. Itu cukup membantunya untuk yang dia lakukan kali ini. Dibantu salah seorang pustakawan dia membongkar gudang arsip untuk mencari informasi.

Cyllenius bilang, kerajaan Mesir telah mengancam diri mereka sendiri dengan melakukan gerakan militer ambisius. Mena tidak percaya, karena Mesir, sebagai negara yang besar dan disegani, tidak terlalu antusias untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya. Mesir adalah negara damai dengan gaya militer cenderung bertahan ketimbang menyerang.

Namun Mena harus memastikannya. Urusan militer memang tidak selalu menjadi perhatian dari Firaun. Sang pemimpin cenderung fokus untuk mengontrol lumbung kerajaan, memastikan rakyatnya akan cukup mendapatkan pangan selama musim banjir sungai Nil. Dia sudah merasa cukup puas seandainya tidak ada pemberontakan atau serangan musuh.

Setiap kegiatan, setiap bulir gandum dan emas yang digelontorkan oleh kerajaan demi kepentingan negara selalu dicatat oleh para scribes tanpa kecuali. Tugas mereka hanya mencatat sehingga minim ada upaya penyelewengan atau manipulasi data.

Mena meneliti arsip-arsip yang masih baru dan berbau segar, tidak ada debu menempel dan tintanya juga seakan masih terasa lembab. Di sana Mena menemukan data yang dia cari, data yang bisa membuktikan omongan Cyllenius tempo hari. Gadis itu duduk terpekur di meja dengan nafas terasa berat. Kalau pemikiran dia benar, semua informasi yang dia kumpulan ini memang akan berpengaruh besar terhadap keamanan Mesir.

Mena menggulung papyrus-papyrus yang dia butuhkan kemudian membungkusnya dengan kain linen. Dia harus mengatur pertemuan dengan Cyllenius lagi untuk melanjutkan pembicaraan mereka.

***

"Putri Amen-ra, apakah anda sudah tidak lagi menganggap saya sinting?" Cyllenius sedikit menunjukkan seringainya.

Hari masih cukup pagi ketika Mena mengunjungi vila sang wakil gubernur. Mena membawa beberapa pelayan kepercayaannya sebagai saksi kalau pertemuan mereka murni hubungan diplomatik.

"Anda tidak punya kepentingan soal ini di Mesir, tuan Cyllenius, bahkan kalau benar Thoth bicara pada anda, anda bisa saja mengabaikannya," Mena mulai bicara.

"Tidak juga, kalau Mesir hancur, Athena akan terkena dampaknya. Kami juga melakukan perdagangan di sini kan? Mesir adalah salah satu partner bisnis kami yang terbesar, tentunya saya berharap negeri kalian tetap sejahtera," Cyllenius menanggapi.

"Yang anda lakukan ada benarnya, tapi kalau anda mengatakan semua itu pada pejabat lain dan sampai di telinga Firaun, anda bisa dianggap melakukan penghinaan kepada Firaun,"

"Kenapa?"

"Karena Firaun tidak pernah salah, meragukan keputusannya artinya anda telah menghinanya," Mena menghela napas.

"Menurutmu, Firaun tahu semua ini?"

"Dia tidak tahu, Firaun Akhenatum pencinta damai dan cenderung menghindari peperangan," Mena menggeleng.

"Lalu bagaimana dengan data yang anda temukan tuan putri? Karena itu kan anda mencari saya? Anda akhirnya menganggap serius perkataan saya?" Cyllenius tersenyum.

"Apa yang dikatakan oleh dewa Thoth? Ceritakan semuanya pada saya,"

"Pertama, Mesir belum cukup kuat untuk menyerang, hadapilah kenyataan itu, Militer mesir saat ini, tidak dirancang untuk melakukan ekspansi dan penjajahan secara masif.  Kedua, pasukan kalian akan luluh lantak ketika memasuki Medan musuh,"

"Aku tahu, dokumen ini menyebutkan kalau sudah ada penggalangan perwira dan prajurit untuk memasuki wilayah bangsa Hittite," Mena merasa ngeri memikirkannya.

Bangsa Hittite bukan bangsa yang bisa diremehkan. Mereka sudah melalui sejarah perseteruan yang panjang dan puncaknya adalah pada pemerintahan Firaun Ramses II. Mereka akhirnya melakukan perjanjian damai dan gencatan senjata. Meskipun begitu masih ada pihak-pihak tertentu di Mesir yang ingin menang sepenuhnya melawan bangsa Hittite.

"Tunggu apa lagi? Kau harus menyampaikannya kepada Firaun, katakan kalau ini semua tindakan bodoh dan sia-sia. Kekuatan militer kalian mungkin setara tapi biayanya sangat besar dan saya rasa Firaun juga tidak mau melakukannya,"

"Kau tidak kenal Firaun! Seandainya pun dia tahu kalau ini semua adalah tindakan sepihak dari para panglimanya, dia mungkin akan tetap melanjutkannya. Harga dirinya terlalu tinggi. Kalau aku mempertanyakan keputusannya, aku bisa dianggap menghina Firaun dan dia bisa memenggalku,"

"Tapi kau anak kandungnya," sergah Cyllenius tidak yakin.

"Hubungan keluarga di lingkungan istana Mesir rumit dan sebaiknya anda tidak usah repot memikirkannya. Intinya aku tidak bisa begitu saja melaporkan ini kepada Firaun,"

"Baiklah, lalu apakah anda punya rencana?"

"Mungkin, saya mempertimbangkan beberapa hal,"

"Apakah anda membutuhkan saran dari saya?" Cyllenius menawarkan diri.

"Saya rasa tidak, bagaimanapun anda adalah orang asing tuan cyllenius," Mena menggeleng sambil tersenyum.

"Tapi saya khawatir, saya tahu anda tidak punya sekutu. Anda tidak perlu mengungkapkan semua rencana anda tapi jika anda membutuhkannya saya bersedia." Katanya lagi.

Sang putri tampak mempertimbangkan. Apakah bijak jika dia melibatkan orang Yunani itu dalam aksinya? Tapi dia mungkin membutuhkan beberapa hal yang dimiliki cyllenius seperti kapal dan kargonya.

"Mungkin saya perlu meminjam kapal anda nanti," kata Mena berkompromi.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang