Bab 41 - The Architect

4.8K 1.2K 75
                                    

Ptah bertemu para Atlantean kurang dari 10.000 tahun sebelumnya. Pesawat angkasanya rusak berat akibat tumbukan asteroid yang melintas di jalurnya tanpa terdeteksi. Mereka pun terlempar dan menembus atmosfer bumi dengan hanya menyisakan satu-satunya astronot yang masih hidup yaitu Ptah.

Mendarat di planet yang masih mengalami jaman es akhir —-membuat Ptah nyaris tidak bisa bertahan. Dengan sisa kemampuan yang ada, dia beradaptasi dengan gravitasi serta udara bumi yang terasa tipis. Untungnya Ptah juga bergantung pada oksigen sehingga dia  tidak perlu mengkhawatirkan pakaian pelindungnya yang rusak.

Tapi hawanya terlalu dingin untuk Ptah yang terbiasa berada di alam yang hangat. Ptah pun berjalan terus menuju daerah beriklim hangat tanpa berani memakan apapun yang dia lihat. Dia tidak terlalu mengenal bumi dan ragu kalau hewan yang hidup atau tanaman yang tumbuh di sana mungkin bisa saja beracun baginya.

Thoth menemukannya dalam keadaan hampir mati karena kelaparan. Pendeta tinggi Atlantis itu membawanya ke kuil dan merawatnya.

Ptah tidak pernah benar-benar jujur darimana dia berasal. Dia hanya bilang kalau mereka masih dalam galaksi yang sama dan planetnya mengorbit bintang tua yang mulai berubah merah dan membesar.

Thoth yang ketika itu sudah berusia tiga ratus tahun menerimanya dan membantunya beradaptasi di kehidupan para Atlantean. Ptah makan hidangan yang sama serta menggunakan pakaian yang sama. Ptah juga belajar bahasa yang sama dengan bangsa Thoth.

Setelah puluhan tahun berlalu, Ptah memastikan kalau dia benar-benar tidak bisa pulang ke planetnya. Pesawat Ptah tidak pernah berencana singgah di bumi. Bangsanya tahu keberadaan planet bumi namun belum tertarik mengeksplorasinya. Ptah ingin pergi ke satelit salah satu planet yang masih berada di sistem tata Surya mereka. Entah bagaimana sistem navigasi mereka rusak. Medan magnet misterius menimpa pesawat mereka dan membuatnya melakukan lompatan antar bintang tanpa direncanakan.

Ptah sendirian dan tersesat. Dia juga sudah nyaman dengan kehidupan di Atlantis serta terpikat dengan kedamaian dan sifat religius para Atlantean. Sebagai ras berperadaban maju—-ptah tidak pernah berdoa. Tapi di Atlantis, Ptah menjadi sering bermeditasi dan meyakini kalau alam semesta dikendalikan oleh Entitas Maha Kuasa.

Ingin bersumbangsih untuk rumah barunya—-Ptah berbagi ilmunya bagi para Atlantean. Atlantis ketika itu adalah peradaban yang cukup maju dan kompleks. Mereka memiliki sistem pemerintahan yang baik serta bisa membuat bangunan tinggi. Astronot yang dipilih dari planet Ptah adalah para ilmuwan terbaik.

Ptah menguasai teknologi dan mesin. Dia mengenalkan konsep energi bagi para Atlantean. Termasuk teknologi robotik dan digital. Ptah membantu mengembangkan penggunaan kristal bagi warga Atlantis. Negeri mereka kaya akan tambang mineral. Biasanya para Atlantean menggunakan kristal sebagai alat meditasi dan perhiasan.

Ptah memberitahu bahwa kristal-kristal itu bisa menjadi sumber energi. Atlantean menyerap sinar matahari dan memerangkapnya dalam kristal tertentu— kemudian menjadikannya penerangan di malam hari. Atlantean juga menyimpan data dan memori mereka di dalam kristal bahkan berhasil menghubungkannya pada saraf otak mereka. Kristal itu juga digunakan untuk menampung energi nuklir yang mereka ciptakan dari reaktor nuklir di salah satu tambang emas mereka yang kaya uranium.

Kurang dari dua ratus tahun kemudian. Para Atlantean berhasil membuat terobosan medis dimana kristal mereka bisa memancarkan radiasi khusus. Kristal medis bisa terus meregenerasi sel tubuh manusia dan mengembangkannya. Tubuh mereka menjadi lebih gagah dan besar serta tahan dengan penyakit apapun.

Karena jasa Ptah yang luar biasa—-dia diangkat menjadi salah satu pendeta tinggi di kuil utama Atlantis. Seumur hidupnya Ptah mengagumi Thoth dan kebijaksanaannya.

The Queen Of EgyptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang