Bab 42 - The Prophecy

4.4K 1.1K 65
                                    

Aula kuil Thoth terasa hening. Para bangsawan Atlantis itu menyimak cerita masa lalu Hermes dengan seksama. Hermes selanjutnya bercerita tentang segala latihan dan pengajaran yang diberikan Thoth kepadanya. Termasuk bagaimana dia bisa menggunakan senjata dan segel milik Thoth. Kini hanya Hermes yang bisa membuka relung rahasia di patung Sphinx. Hanya dia juga yang mengetahui dimana saja Sarkofagus para dewa disembunyikan.

Mayoritas dari makam itu sudah terbuka. Para bangsawan itu hidup kembali dan siap hidup kembali di bumi bersama para manusia biasa. Kecuali untuk Seth dan para pendukungnya.

"Thoth, adalah dewa yang netral. Kenapa kamu menyalahi keputusannya untuk tidak berpihak? Kau hanya membangkitkan mereka yang berada di pihak Horus. Kenapa Seth tidak?" Hathor, Dewi kecantikan. Bertanya.

"Karena Thoth yang menginginkannya,"

"Bagaimana mungkin?" Seru Atlantean lainnya.

"Karena ramalan dewa Ra tentu saja,"

Hermes memandang beberapa dari mereka dengan ekspresi serius. Dia tahu kalau banyak dari bangsawan itu yang tidak mempercayai perkataan dewa Ra. Apalagi karena dewa Ra memutuskan untuk meninggal dunia lebih dari lima ribu tahun sebelumnya.

"Kami ingin bicara pada Ra," kata Amun dengan suara kecil.

"Iya, biarkan kami mendengar ramalan itu sekali lagi," kata yang lain.

Hermes tidak langsung menjawab. Dia sendiri tidak terlalu yakin. Berbeda dengan mengurus relung rahasia di patung Sphinx serta para makam bangsawan—-Ra adalah sesuatu yang tidak terlalu dia kuasai. Bahkan walau dia memiliki ingatan dan keahlian dari Thoth. Tampaknya Thoth sendiri kesulitan mengatur Ra.

"Saya tidak tahu, apa kalian yakin?" Hermes memastikan. Dia bukan Atlantean. Dia hanya pengganti peran Thoth. Seluruh teknologi Atlantean yang berada di tangannya sekarang bukanlah miliknya. Kalau para bangsawan itu mendesaknya. Dia tidak bisa menolaknya.

"Lakukanlah, Hermes," Desak Anubis, yang menyebut nama Hermes setengah ragu.

Hermes pun mengangguk dan melakukan sesuatu dengan tongkatnya. Dia memutarnya tiga kali sampai cahaya yang meliputi kristal di puncaknya berubah merah dan lebih terang.

Ruangan di kuil Thoth berubah menjadi sedikit redup. Tapi para Atlantean itu tidak merasa itu hal yang aneh seolah-olah mereka sudah mengalaminya sebelumnya.

Tampilan hologram kemerahan kini tampak tercetak melayang di tengah mereka. Kepala sesosok manusia yang mengenakan penutup kepala serupa dengan burung Falcon tampak menguap dan tersenyum pada mereka.

"Rakyatku!" Bayangan itu berseru setelah mendapati para Atlantean duduk memandang dirinya yang hanya berupa hologram kepala melayang.

"Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku muncul? Ha? Hermes? Titan kurang ajar itu—-mana dia?" Sosok itu berubah muram dan marah dalam hitungan detik.

"Aku di sini, dewa Ra, sehat dan tetap tampan walaupun kau kerap mengutukku," Hermes tersenyum merasa menang. Dia memang tidak pernah akur dengan program buatan itu.

Dewa Ra telah lama meninggal dunia. Namun Thoth dan para pendeta menyimpan memorinya di sebuah kristal dan membuat tiruannya dalam wujud digital. Teknologi Ptah mampu menghidupkan kembali dewa Ra dalam bentuk program yang memiliki kendalinya sendiri. Ptah bilang itu adalah kecerdasan buatan yang memiliki memori dewa Ra.

Ra adalah seorang raja yang berwibawa, sekaligus orang yang disucikan. Perkataannya selalu diikuti rakyatnya dan dia disebut pandai membaca tanda-tanda alam dan sering mencetuskan ramalan. Demi kenangan sekaligus merasa sayang untuk mengubur begitu saja pengetahuan dan kebijaksanaan dewa Ra, Thoth dan para Atlantean memutuskan untuk menghidupkan kembali memorinya.

The Queen Of EgyptWhere stories live. Discover now