Bab 30 - Kesepakatan Baru (End)

4.7K 349 68
                                    

Kesepakatan Baru

Malam itu, Awan tak bisa berhenti tersenyum. Setelah kencan mereka tadi, malamnya juga mereka makan malam bersama. Candle light dinner yang sesungguhnya, bukan menggunakan lilin seperti saat mati lampu di villa dulu. Bahkan, ketika mereka pulang tadi, Adel berterima kasih untuk permen kapasnya.

Haduh, Neng, kalau cuma permen kapas sih, Bang Awan siap ngeborong semua permen kapas di dunia demi Neng Adel.

Awan tertawa sendiri setelah mengucapkan kalimat itu dalam pikirannya.

"Woy!" Bentakan itu menghentikan tawa Awan. "Kesambet nggak kira-kira!" Nugie menatap Awan kesal.

Awan berdehem. Memang, ketika Awan pulang tadi, ketiga temannya sudah menunggu di depan pintu apartemennya, duduk di lantai sambil main ABC 5 dasar.

"Lo kenapa, sih?" tanya Nugie heran. "Sejak lo balik tadi, lo aneh banget, tahu nggak? Rebahan di sofa sambil lihat langit-langit kayak ada cewek cantik aja di situ." Nugie mendongak, mengecek sendiri. "Padahal nggak ada apa-apa di situ."

"Anjirlah, makin seram aja si Awan sejak nikah," sebut Ramli.

Awan cuek bebek, ayam, angsa, bangau. Terserah dah Ramli mau ngomong apa. Dia tak tahu saja jika Awan tadi mendapat ciuman termanis dari Adel.

"Tuh kan, senyum-senyum sendiri!" sembur Ramli.

"Kalian mending pulang, deh," usir Awan yang sudah habis sabarnya. "Lagian, kalian ngapain sih, datang ke sini?"

"Kan, ini malming, Bro. Kita kasihan aja kalau lo sendirian di sini kayak jomblo ngenes, padahal lo punya bini," urai Nugie. "Lagian, tumben banget lo ngusir-ngusir. Biasanya malah senang kalau kita ke sini." Nugie menyipitkan mata curiga menatap Awan dari atas ke bawah.

"Ngapain sih, ngelihatin kayak gitu? Mesum banget!" kesal Awan.

"Jangan-jangan ... lo lagi jatuh cinta, ya?" tebak Nugie.

Awan yang terkejut seketika duduk di sofanya dan menggeleng.

"Tuh, beneran, kan? Njir, lo jatuh cinta sama bini lo?" lanjut Nugie.

Awan mengerjap.

"Wah, gila, otak lo ke mana, Bro? Kenapa harus sama dia sih, jatuh cintanya?" Ramli ikut bicara. "Palingan juga bakal ditolak."

"Enak aja!" tukas Awan. "Bukan gue yang suka sama dia, tapi dia yang suka sama gue!"

Ramli, Nugie, bahkan Wiki yang tahu kebenarannya, ternganga.

"Lo ... serius?" Wiki bertanya ragu.

Tak ingin dipermalukan di depan Ramli dan Nugie, Awan mengangguk. "Kemarin, dia confess ke gue."

Tanggapan pertama datang dari Ramli. "Wah, selain nggak ada akhlak, nggak ada otak juga bini lo."

Mendengar itu, Awan langsung melompat berdiri dan hendak menyerang Ramli, tapi ditahan Wiki.

"Sabar, Bro. Maklumin teman lo yang otaknya kurang. Jangan emosi." Wiki mengusap-usap dada Awan, membuat Awan risih dan memukul tangan Wiki dengan sebal. Yang ini otaknya penuh, tapi akhlaknya separuh.

Kemarahan Awan teralihkan ketika ponselnya berbunyi. Nama Mulut Pedas Level Seribu terpampang di layarnya. Adel!

Awan mendorong Wiki untuk mengambil ponselnya di sofa dan mengangkat telepon. "Halo, Del?"

Marriage For Sale (End)Where stories live. Discover now