Bab 21 - Family is Family

3.3K 386 76
                                    

Family is Family

"Jadi, semalam gimana, Bro?" Pertanyaan Wiki itu diikuti dua kepala menyembul dari belakang, membuat Awan kaget dan refleks memukul dua batok kepala itu.

Sore itu, mereka berencana pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Safa bersama-sama. Tadi Ramli menjemput Awan dengan mobilnya, lalu mereka mampir menjemput Nugie dan Wiki dari kantor dan kampus mereka.

Wiki dan Nugie yang duduk di belakang seketika protes, tapi Awan tak mau disalahkan. "Ngagetin, tahu! Kirain tuyul, kan!"

"Tuyul kan botak!" balas Nugie.

"Nggak juga," debat Ramli yang menyetir. "Kalau pakai wig." Lalu, Ramli tertawa sendiri.

Dah lah, malas. Mau ketawa malas, mau nanggapin lebih malas lagi.

"Semalam jadinya gimana, Bro? Gue kira lo udah mati," kata Nugie.

"Nggak usah mancing-mancing. Dari kemarin-kemarin udah gatal tangan gue pengen nabok mulut orang," balas Awan.

"Lagi sensi dia, PMS," Ramli memberitahu. "Tadi gue jemput dia telat sepuluh menit gara-gara mandi aja diomelin."

"Sepuluh menit botak lo, Ram!" sembur Awan. "Satu jam gue nangkring di lobi udah kayak satpam. Elonya yang jamnya mati, jadi telat bangun. Bangun-bangun masih sempat-sempatnya mau mandi dulu. Makin luntur otak lo makanya!"

"Tuh, kan, sensi banget," sahut Ramli enteng.

Awan menarik napas dalam. Percuma marah-marah pada Ramli. Boro-boro peka, bikin darah tinggi yang ada.

"Tapi, Safa sakit apa, Wan?" tanya Wiki.

"Kemarin sih, demam. Tapi, masih belum tahu kenapa. Makanya, ini gue ke sana," jawab Awan.

"Rumah sakitnya kok kayak tempat waktu itu lo dirawat, Bro?" tanya Nugie.

"Kerjaan si Adel. Kemarin dia ikut gitu pas gue pergi ke rumah sakit setelah dikabarin Amri. Dia nggak sabaran nunggu tes darah dan nyuruh pindah rumah sakit," terang Awan.

"Sultan mah bebas," celetuk Ramli.

"Mau otak limit kayak elo juga bebas ya, Ram?" nyinyir Nugie.

"Bebas lah, emangnya elo, gue, dan kita semua? Rakjel," sahut Awan.

"Trus, kemarin gimana waktu Adel ketemu sama Bulan?" tanya Wiki.

"Biasa aja," sahut Awan cuek. "Cuma gue difitnah aja sama dia."

"Difitnah gimana?" Nugie penasaran.

"Dia bilang ke Bulan kalau kami nikah karena saling cinta dan gue harus tanggung jawab," Awan sambil mengusap perutnya, "sambil kayak gini."

"Emang calon bini lo akhlak-less-nya nggak ngotak." Nugie geleng-geleng kepala.

"Kalau Adel dengar, pala lo seotak-otaknya yang nggak seberapa auto hilang, Bro," Awan mengingatkan.

Nugie auto komat-kamit baca mantra. Mantra yang akhirnya mengiringi perjalanan mereka hingga tiba di rumah sakit.

Tiba di kamar rawat Safa, Awan melihat ada banyak makanan dan buah-buahan di meja tamunya. Ketiga teman Awan, setelah menengok Safa yang sedang tidur, langsung pergi ke sofa dan tanpa sungkan melahap makanan dan buah yang ada di meja.

"Itu dari siapa, Lan?" tanya Awan sembari mengedik ke makanan yang sudah menjadi korban kebarbaran ketiga temannya.

"Orang tuanya Kak Adel," beritahu Bulan. "Mereka baik banget, Kak. Aku jadi nggak enak."

Marriage For Sale (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang