Bab 4 - Kesepakatan

3.8K 369 58
                                    

Kesepakatan

"Jadi, itu tadi maksudnya apa sih, No?" tanya Ramli. Seperti biasa, dia yang paling lama loading.

"Jadi, Ram, si Awan bakal nikah, dan dibayar pula!" terang Nugie.

"Wah, lucky banget lo, Bro! Selamat, ya! Akhirnya, lo nggak bakal ngutang gue lagi dan nggak perlu pacaran sama sembarang cewek demi sesuap nasi," ucap Ramli dengan nada bahagia.

Lucky sih, lucky, tapi ngeri juga. "Lo teman gue apa musuh gue sih, Ram? Tangan gue gatal pengen nabok lo soalnya," balas Awan.

Ramli nyengir. "Ya kan, benar. Lo sekarang nggak perlu khawatir tentang biaya hidup dan bisa fokus ..."

"Jadi, kapan kalian akan tanda tangan?" Pertanyaan itu membuat Awan dan ketiga sahabatnya menoleh ke depan, di sofa seberang, tempat Adel duduk dan menatap mereka tajam. Wanita itu mengedik ke arah berkas-berkas di meja kaca di antara mereka.

"Gimana, Bro?" tanya Wiki pada Awan.

Awan menghela napas. Kenapa juga Wiki masih pakai bertanya. Sudah jelas jawabannya apa. Awan memimpin mengambil bolpoin dan menandatangani berkas yang tadi diantarkan sekretaris Adel. Setelahnya, menyusul Wiki, Nugie, dan Ramli bergantian menandatangani. Hanya saja, Ramli sempat salah ikut menandatangani di berkas milik Nugie. Memang dunia ini adil. Manusia ganteng, tinggi, tajir kayak Ramli, ada error-nya juga.

Adel mengambil keempat berkas di meja kaca itu dan mengeceknya. Wanita itu mengangguk, lalu berdiri dan membawa pergi keempat berkas itu. Namun, baru dua langkah, wanita itu berhenti dan menatap Awan.

"Kalian mau di situ sampai kapan? Kalian boleh pergi."

Sopan sekali Anda! Awan mendesis sinis dalam hati.

"Itu kita nggak dapat salinannya?" tanya Awan.

Adel menelengkan kepala. "Aku khawatir kalian ceroboh bawa berkas ini dan bikin kesepakatan ini kesebar ke mana-mana. Tenang aja, aku nggak akan ngelanggar kontrak dan bayar kamu sesuai yang ditulis di kontrak. Dan malam ini juga, aku akan bayar DP untuk penandatanganan kontraknya. Maksimal dalam tiga puluh menit, uangnya akan masuk ke rekeningmu."

"Emangnya kamu tahu rekeningku?" tembak Awan.

Adel mendengus meremehkan. "Aku bahkan tahu ukuran 'anu'mu."

Lalu, wanita itu pergi ke arah tangga. Meninggalkan Awan dengan ketiga temannya yang langsung menatap ke arah 'anu' yang disebutkan Adel tadi.

"Itu ... emangnya tadi pakai diukur buat syarat kesepakatannya ya, Bro?" tanya Nugie.

"Enggak, lah! Cewek itu aja yang sok tahu!" geram Awan.

"Tapi, lumayan juga, Bro. Tahu-tahu dapat istri cantik, tajir, meski galaknya minta ampun," Nugie nyengir.

"Tapi, kalau kita ngelanggar kontraknya, dendanya tiga kali lipat, lho. Jangan sampai bikin kesalahan!" Wiki menuding Ramli. "Terutama elo, Ram!"

"Iya, gue bakal hati-hati. Kalau sampai bayar denda dan minta duit ke Babeh sebanyak itu, bisa dicoret dari KK gue," balas Ramli.

"Trus, kalau ada yang tanya gimana lo nemuin bini cantik nan tajir itu, jawabnya gimana, Bro?" tanya Wiki.

Awan berpikir sebentar. "Cinta pada keributan pertama aja, deh. Bilang aja gue keserempet mobilnya, trus kita saling tatap, trus jatuh cinta."

"Njir, gue mual. Mendadak pengen muntah," celetuk Nugie.

"Gaya lo, Gie, biasanya lo juga gitu, Bucin!" Awan menoyor Nugie. "Tapi, ntar gue tanyain lagi sama dia, deh. Salah ngomong dikit bisa digorok gue."

Marriage For Sale (End)Where stories live. Discover now