Bab 12 - Ke Rumah Kakek tapi Bukan Liburan

3K 359 70
                                    

Ke Rumah Kakek tapi Bukan Liburan

Awan menarik napas dalam, lalu bergerak di tempat duduknya, berusaha membuat dirinya nyaman. Ini jok yang biasa ia duduki, jok mobil Adel, tapi malam ini kenapa terasa setak nyaman ini, sih? Di sebelahnya Adel nyaman-nyaman saja, tuh!

Awan teringat pesan ketiga temannya tadi pagi sebelum mereka meninggalkan apartemen Awan.

"Lo harus kelihatan berwibawa di depan mereka, Bro! Jangan sampai terintimidasi sama keluarganya calon bini lo," ucap Nugie.

"Iya, Bro. Status lo adalah calon suami pilihan Adelia Wiratmadja, cowok yang dicintai Adelia Wiratmadja pada pandangan pertama. Lo jual aja kisah cinta palsu lo sebanyak mungkin," tandas Wiki.

"Tapi, grup Wiratmadja itu ngeri-ngeri, lho. Yang kuat ya, Bro." Ramli menepuk pundak Awan. "Pokoknya, kalau nanti lo beneran pulang tanpa nyawa, gue pasti bakal nuntut keluarga Wiratmadja."

Awan ingat, ia tadi akhirnya menabok mulut Ramli yang mengatakan hal mengerikan itu.

"Apa pun yang diomongin kakek sama sepupu-sepupuku nanti, kamu nggak perlu jawab," ucap Adel tanpa menatap Awan. "Kamu cuma perlu senyum kayak idiot. Kayak kamu biasanya."

Tuh, tuh! Mulutnya si Adel emang nggak pernah sekolah, ya!

"Aku akan jawab semua pertanyaan yang mereka tanyain tentang kamu. Well, selain hal yang kemarin kamu ucapin ke orang tuaku, kamu nggak boleh ngucapin apa pun lagi. Nggak satu informasi menyedihkan pun tentang kamu, paham?" Adel melempar tatapan penuh peringatan sekilas sebelum kembali menatap ke depan.

Mulut pedas itu, selalu saja membuat Awan gemas. Gemas ingin menciumnya.

"Apa aku cuma ngomong sendiri di sini?" Adel terdengar kesal.

"Iya, paham," sahut Awan cepat. Temperamennya yang luar biasa buruk itu juga menakjubkan.

"Kamu juga harus bilang, kita udah tinggal di apartemenku," kata Adel.

"APA? KAMU MAU LIHAT AKU DICINCANG KAKEKMU?!" teriak Awan heboh.

Adel mengernyit terganggu dan menjawab sinis, "Jangan lebay, deh! Itu bahkan belum apa-apa."

"Apa maksudmu?" tanya Awan was-was.

"Kalau Kakek masih nggak biarin kita nikah, aku bakal bilang kalau aku hamil anakmu."

"APA?! SEKALIAN AJA KAMU NGUBUR AKU DI HALAMAN RUMAH KAKEKMU!" sembur Awan.

"Shut up! Aku yang urus itu nanti," kata Adel.

"Lagian, kita baru ketemu dua hari. Gimana bisa kamu udah hamil aja? Janinnya dari mana? Jatuh dari langit?" protes Awan.

Adel mengumpat, lalu menepikan mobil dan memutar tubuh menatap Awan. "Apa pun yang aku omongin ke kakekku nanti, kamu jangan ikut campur. Aku udah nyiapin banyak skenario dalam kepalaku. Bahkan the worst case scenario. Jadi, kamu jangan banyak omong di sana nanti dan tutup aja mulutmu itu."

Awan menarik napas dalam. Adel saat ini tampak cukup mengancam. Sebelum Awan sampai di rumah kakeknya, bisa-bisa Adel melindasnya dengan mobil lebih dulu.

"Oke, aku paham," Awan mengalah.

Adel menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Wanita itu mengibaskan rambut kucir kudanya sebelum kembali menatap ke depan dan membawa mobil itu melaju pergi menuju rumah kakeknya.

Awan tahu apa yang harus ia siapkan saat ini. Siap-siap saja untuk mati. Entah itu di tangan Adel, atau di tangan kakeknya.

***

Marriage For Sale (End)Where stories live. Discover now