#3

565 163 32
                                    

"Kita adalah jiwa yang dipisahkan oleh raga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita adalah jiwa yang dipisahkan oleh raga."

"Assalamualaikum," Teriak Zio dari luar dengan Yura yang berada di gendongannya.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu seraya menyahut salam dari Zio "Wa'alaikumsalam, loh ini kok Yura nya digendong?"

Tania--Bunda Yura yang membukakan pintu.

"Biasa, ketiduran bun. Btw ini Zio ga disuruh masuk nih bunda?" Balas Zio diakhiri kekehan kecil.

"Oiya, ayo masuk masuk Zi, itu Yura nya langsung bawa kekamar aja ya," Kata Tania seraya mempersilahkan Zio masuk dengan Yura digendongan nya yang masih setia di alam mimpi.

"Iya bunda," Balas Zio mengayunkan kaki nya menuju kamar Yura.

. . .

"Nghhh," Lenguh Yura terbangun dari tidurnya.

Yura mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan lalu berhenti pada satu titik,

Foto masa kecilnya bersama Zio! lalu, Yura beranjak dari tempat tidurnya menuju bingkai yang terpajang di atas nakas, senyum kecil hinggap di wajah cantiknya seraya menatap dirinya dan Zio 'kecil' di foto tersebut.

Ceklek

Bunyi pintu dibuka membuat pandangan Yura teralihkan,

"Loh udah bangun, kok engga turun kebawah Yur? Ini juga kenapa belum ganti baju nya?" Tanya Bunda Yura melangkahkan kakinya kearah putri kesayangannya.

"Baru bangun bunda," jawab Yura diiringi senyum tipis, lalu kembali  memandang bingkai dihadapannya.

"Oalah," Gumam Bunda Yura lalu ikut memandang bingkai tersebut seraya mengelus pelan kaca bingkai guna membersihkan sedikit debu yang hinggap.

"Udah gede ya kalian," Ucap Bunda Yura lirih.

Yura menyenderkan kepalanya dibahu sang Bunda yang dibalas elusan penuh kasih sayang.

"Yura yang dulu suka nangis udah gede,"

"Yura yang dulu selalu ngadu ke bunda kalo dijahilin Zio udah gede,"

"Baru kemarin rasanya Bunda gendong kamu, sekarang udah gede, cantik," Lanjutnya memandang Yura dengan mata berkaca-kaca.

"Bunda," Yura berbisik lirih lalu memeluk Bundanya

"Jangan tinggalin Bunda ya sayang," Ucap Bunda Yura seraya membalas pelukan Yura.

"Iya," Balas Yura seadanya dengan tangan yang masih melingkar, memeluk tubuh Bundanya.

"Udah yuk turun, tadi Mamamya Zio bawain opor kesukaan kamu," Mendengar hal tersebut Yura melebarkan mata gembira.

"Serius Bun? Kok ga bangunin Yura sih," Kata Yura dengan nada manja.

"Bukannya ga dibangunin, kamunya aja yang kebo, Udah ayo ganti baju terus turun" Ucap bunda Yura, mencubit pelan pipi putrinya tersebut dengan gemas lalu melangkahkan kakinya keluar kamar Yura terlebih dahulu meninggalkan Yura yang terdiam ditempat dengan tangan yang mengelus-elus pipinya.

"Bunda mah ih, Yura ga kebo tau cuma kecapean aja tadi," Balas Yura lalu masuk kedalam kamar mandi mengganti bajunya.

_____

"Lama lo ah," Mendengar suara tersebut mata Yura berbinar lalu dengan cepat berlari menuju asal suara tersebut.

"Abang, Yura kangen," Bisiknya lirih lalu memeluk Azkanio--abang Yura

"Gue engga tuh," Candanya memeluk balik adik kesayangannya.

Azka memang sudah lama tak berkumpul bersama keluarganya dikarenakan ia melanjutkan kuliahnya diluar Kota.

"Kenapa ga dateng waktu gue kelulusan?" Tanyanya sebal.

Yura melepas pelukannya lalu berkata, "Jadwal sekolah Yura padat jadi ga bisa izin,"

"Halah, sok sibuk lo," Balasnya menoyor kepala Yura.

"Udah-udah baru tadi juga melow melow udah berantem lagi kalian ayo makan ga baik berantem didepan makanan, pamali," Ucap Bunda lalu menghidangkan makanan dipiring kedua anaknya.

"Ayah ga pul-

"Assalamualaikum,"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya suara seseorang mendominasi ruangan yang membuat pandangan semua orang mengalihkan pandangannya.

"Wa'alaikumsallam," Jawab mereka serempak.

"Tumben pulangnya cepetan yah?" Tanya Bunda Yura.

"Iya, sengaja biar bisa kumpul-kumpul,"

Dia, Pranantha Maheswari laki-laki pekerja keras yang selalu mementingkan pekerjaannya tapi tak pernah sedikitpun melupakan keluarganya.

"Oalah, yaudah ganti baju dulu yah biar kita makan bareng,"

"Bentar-bentar, ini ayah berarti tau kalo bang Azka pulang hari ini?" Tanya Yura menatap ayahnya penuh selidik.

"Iya, makanya ayah sengaja pulang lebih cepet," Jawab Ayah lalu melangkahkan kakinya ke kamar.

"Loh kok engga kasih tau Yura sih?" Protes Yura tak terima yang hanya dibalas kekehan oleh sang Ayah

Keluarga, satu kata yang menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Yura. Baginya, keluarga adalah segalanya.

 Baginya, keluarga adalah segalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18 Mei 2021

Jangan lupa follow akun wattpad author ya supaya bisa tau info update selanjutnya!

Instagram : @lipowipp
            @inii.oliiviaa

AKU KAMU TEMAN || NEW VERSIONWhere stories live. Discover now