5

60 5 1
                                    

Mendekati pertengahan Agustus.
Bulan merah putih.

SMAN 178 sekolahku. Akan mengadakan lomba agustusan. Tandanya tidak ada KBM dihari itu.
Pengurus kelasku sibuk mempersiapkan anggota. Ricuh riuh terjadi dikelas karna banyak siswa yang susah dibujuk untuk ikut berpartisipasi. Rafael dan Siska mengurus semua itu. Aku? Aku tidak menjadi pengurus kelas. Meskipun ingin, tapi aku tidak mengincar jabatan.

-

Seusai pelajaran terakhir dikelas hari ini, aku bergegas menuju kelas X.3 dengan ransel unguku.
Kali ini niat utamaku bukan untuk menemui Rey. Tapi aku ada janji berkumpul teman SD ku. Ya meskipun teman SD ku itu termasuk Rey.

Ketika aku sampai dan menghela nafas, sudah ada Rey, Salma, Keysi, dan Nela rupanya. Mungkin aku sedikit terlambat.

"Hai ma, Key, Nel!" Sapa ku kepada mereka seraya memberikan telapak tangan kananku untuk bertosan.

"Reylan nya gak disapa Vi?" Sambung Keysi dengan senyum ledeknya.

Ya sebenarnya aku sengaja tidak menyapa Rey. Hari ini dia sangat menyebalkan. Aku ribut berkali kali dengannya.

"Sombong emang dia Key, biarin aja." Rey tiba tiba membalas ledekan Keysi dengan lirikan sinisnya padaku.

"Ga guna manggil dia." Nada bicaraku yang tajam membalas lirikan matanya itu.

"Eleh, ga guna apa ga guna?" Rey lagi lagi menjawab perkataanku.

"Apasilu." Sungguh aku kesal.

"Udah udah, Rey, Vi. Mending Gc deh Jadian. Kita udah nungguin nih dari dulu, masa masih aja ribut ribut sampe sekarang." Ucap Salma menguraikan kami.

"Tau nih, kapan si Rey tanggal mainnya? Gua udah siap nih nadangin PJ lu bedua." Nela menyambung ucapan Salma.

Sejak SD. Aku dan Rey selalu menjadi bahan ledekan ketika kumpul. Kita selalu dijodoh jodohkan dan mereka sangat mendukung kedekatan kami. Jujur aku senang dengan ledekan itu. Lucu rasanya. Tapi aku tidak pernah memperlihatkan rasa senangku ketika diledek mereka. Justru aku selalu menolak dan menghindar mentah mentah ledekan mereka yang menghubungkan aku dengan Rey.

Begitupula Rey. Dia pasti mengajakku menghindar bahkan sampai menolak keras. Kadang dari penolakannya itu aku menilai, bahwa Rey memang tidak mencintai ku.

"Ih najis najis. Ngapain gua jadian sama dia ma." Tolak ku duluan kali ini.

"Ogah ogah dah, gua jadian sama dia." Kini Rey ikut menolak keras.

"Liatin aja si gua mah." Nela membalasnya dengan tatapan Salma dan Keysi yang sangat meyakinkan.

"Udah yu kita bahas acara reoni nya aja." Aku mengupas topik utama.

Tiba tiba..

"Eeh.. tunggu tunggu, ah masa pada gak nungguin gua." Sasa datang dengan nafasnya yang terputus putus .

"Telat lu sa." Ucapku menyenggol tubuhnya.

"Kelas gua baru keluar. Sorry sorry." Terlihat jelas Rey membuang pandangannya ketika Sasa datang. Bahkan mimik wajahnya berubah seketika menjadi sangat datar.

"Rey." Sasa menegur Rey. Dan hanya Rey.

"Yo." Rey masih membalas teguran itu walau tanpa pandangannya.

Semurka itu kah Rey dengan Sasa? Batinku angkat bicara melihat sikap Rey.

-

Pembicaraan Acara Reoni kami selesai dan hasilnya adalah kita akan mengadakan Reonian dirumah Nela seusai lomba agustusan di sekolah pada tanggal 16 agustus lusa.

Hari terlelap menuju sore. Langit juga mulai redup tak seterik siang tadi. Sekolah sudah sepi, tinggal kami dan pak satpam yang masih berjaga.

"Hadueh, mama pasti gak jemput nih." Keluhku didepan gerbang.

"Ada yang gak dijemput nih." Aku lupa disisi ku masih ada Rey.

Aku tidak menggagas ucapannya yang membalas keluhku tadi. Mataku masih berlalu lalang memutari jalanan yang ramai. Memastikan mama ada dijalan itu.

"Yaelah, udah yu bareng gua aja. Rumah kita kan deketan." Rey mengganggu pandangan fokusky dengan ajakannya.

"Hm.. bentar bentar siapa tau nanti mama jemput." Aku menahan ajakannya.

"Ayo vi. Udah sore nih. Liat deh tinggal kita disini." Ajaknya kembali. Memang benar ternyata tinggal aku dan Rey disini. Angin sore mengapa terasa sehangat ini, dengan nada suaranya yang lembut kali ini entah kenapa meruntuhkan rasa kesalku padanya.

"Yaudah iya deh." Kami mulai melangkahkan kaki bersama menipiskan jarak bersama senja.

"Ini benar benar hari yang lucu. Pertama aku kesal dengannya. Tapi juga tertawa bersamanya. Lalu aku luluh dengan senyumannya. Hampir seharian ini kita bersama. Dan sekarang langkah kaki kita tak jarang bersentuhan." Andai kamu dengar batinku Rey. Cinta ini semakin tumbuh. Dan kapan kamu menyiramnya?

-

21.00

Aku belum terlelap. Mataku masih terpancar tanpa sayu dilayar handphone. Jemariku masih menari dikolom whatsapp. Dan batinku masih membaca cepat semua chatt. Tubuhku masih terbaring nyaman disofa.

"Tok tok tok..assalamu'alaikum." Tiba tiba pintu rumahku tergetar karna ketukan tamu diluar.

"Siapa ya? Malem malem gini." Batinku masih bertanya tanya. Aku membangkitkan tubuhku dari kenyamanan sofa dan melepas genggaman handphoneku.

Sepertinya mama sudah tidur. Jadi aku yang akan membuka pintu itu. Aku membuka nya perlahan tanpa menerka nerka siapa tamu disana. Tarikan pintuku diikuti tubuh pria tinggi yang mengenakan jaket biru.
Rey? Ada apa dia malam malam kerumahku?
Dengan membawa sekantung plastik putih ditangannya yang beruap.

"Wa'alaikumsalam. Loh? Rey?" Wajahku terkejut. Telunjukku menunjuknya. Alisku juga ikut naik rupanya.

"Dih kaget gitu." Rey terlihat sangat santai menemui ku yang sudah berpakaian tidur.

"Lu ngapain?" Tanya ku.

"Ini nih, ada titipan dari mama gua buat Angelica katanya." Rey menyodorkan kantung plastik itu pada tanganku.

Aku tidak mungkin menolaknya. Tentu saja aku terima dengan penuh senyuman.

"Wih apanih?" Aku membuka isi plastik itu dan melihat sekotak makan yang masih hangat disana. Entah apa isinya.

"Mama lu mana?" Rey kembali bertanya.

"Udah tidur. Lagian udah malem gini." Kami terus mengobrol dikesunyian malam depan rumahku.

"Untung lu belom tidur Vi."

"Yaudah udah malem nih, pulang sana besok sekolah, nanti telat lagi." Mataku mulai sayu menatap matanya.

"Ih ngusir." Gerutunya mulai menyandarkan diri ditembok sampingku.

Wangi tubuhnya sangat dekat dengan nafasku. Oh Rey. Haruskah aku luluh diantara bintang-bintang malam ini?

"Yeh. Ngantuk tau."

"Yaudah gua balik dulu."

"Btw makasii mama Rey. Baik banget deh."

"Iya iya"

Aku menunggu ia pergi. Tak akan ku sia siakan bayangannya dimalam ini. Seperti yang ku bilang, keluarga kami memang sangat dekat. Bahkan keluarga kami sering membicarakan aku dan Rey untuk berhubungan lebih.
Keharmonisan kami akan selaluku jaga. Tidak akan kubiarkan siapapun merebutnya. Aku berharap kami akan segera utuh. Meskipun mungkin, dimulai dari mimpiku malam ini.

-Banyak nya bintangmu malam ini, pasti akan kalah dengan kebahagiaanku.-

-it's actually you-Where stories live. Discover now