10

26 2 1
                                    

Kebetulan hari ini hari yang renggang untukku. Tidak ada kegiatan tambahan disekolah, ataupun kerja kelompok yang penuh dengan kekonyolan semata.

Aku tak sabar untuk sampai dirumah. Menemui mama diparkiran sekolah dan bercerita banyak hal diperjalanan. Jalanan yang lancar tanpa macet menambah moodku siang ini.

Sampai dirumah, aku bergegas masuk kamar melepas kaus kakiku dan mengganti seragam batikku dengan kaus hitam tipis dan rok panjang abu abu. Aku mencuci muka dan merapihkan belahan rambut ikalku. Lalu ikut makan siang bersama mama dengan penuh canda tawa.

Aku teringat surat itu yang ada disaku rok putihku. Untung saja seragam itu belum mama giling di mesin cuci. Aku merogok saku itu dan mengambil secarik kertas yang sudah lecak sekarang.

"Kira kira apa ya isinya." Aku menerka nerka isi surat kecil itu yang kini ada ditanganku.

Aku memasuki kamar dan mengunci nya dari dalam. Memastikan tidak ada orang selain aku dikamar ini.
Entahlah tanganku gemetar saat ingin membukanya, jantungku tiba tiba mulai melaju seperti kereta.

"Huft.. kenapa deg deg an gini sih, padahal kan aku belum buka suratnya." Aku masih terdiam diatas kasur pink ku dan memandangi surat itu.

"Hmm.. okey aku buka. Sekarang." Tangan ku perlahan membukanya. Dari lipatan utama ke lipatan kedua ku buka amat perlahan. Surat ini sudah terbuka lebar didepan mataku. Dan...

-

To : Angelica Vionna.

Vi..
Aku, Gavano Reylan mencintaimu.
Dan kamu, Angelica Vionna mencintaku.

Aku ingin kita berada diikatan ini lebih dalam.
Maukah kamu Angelica Vionna, menjadi kekasihku?

Aku tunggu jawabanmu besok, dijam dan tempat yang sama ketika aku memberi surat ini.

I LOVE MY VIONNA :)

From : Gavano Reylan.

-

OH GOD! apa yang ku baca? Ini nyata atau mimpi? Aku ini halu atau bagaimana? Baiklah akan ku baca ulang.
Aku berkali kali mengacak cepat mata ku, meneliti setiap kata dan huruf dikertas ini. Apa ini benar? Dengan surat ini, Tandanya Rey menembakku?

Sekujur tubuhku membeku, mulutku membisu, otakku tak bekerja, air menitik dipipiku. Rambutku basah dialiri keringat yang seperti es. Aku tak mampu berkata kata, atau berprosa saat ini.

Aku benar benar ada diatas langit, menyebrangi merkurius sampai uranus. Senyumku tak bisa dilukiskan, air mataku menitik diatas tulisan itu. Bukan tandanya aku sedih, tapi aku sangat sangat bahagia.

Aku terkejut bangun dari haluan langitku dengan penuh senyum. Mengusap air mata ini dengan cepat. Aku menaiki kasur ku dan melompat lompat kegirangan, berputar putar diatas kasur, memeluki semua bonekaku, bahkan sampai mengecup kertas lecak ini beribu ribu kali. Aku sudah gila. Ini terlalu gila.

Pria mana yang memberiku surprise seindah khayangan ini. REY AKU SANGAT MENCINTAIMU!
Mulut ku hampir berteriak mengucapkan kata kata itu. Jika tidak mengingat ada mama dirumah. Aku sudah menjerit jerit kegirangan sejak tadi.

"Akan ku jawab besok Rey! Atau mungkin tidak perlu menunggu besok. Detik ini juga akan ku terima!" Lagi lagi aku monolog dengan  kegirangan.

"AKU ANGELICA VIONNA, BERSEDIA MENJADI KEKASIHMU GAVANO REYLAN!" kini aku benar benar berteriak mengatakan itu dikamar. Tidak peduli mama mendengarnya, surat ini telah membuat ku bodoh.

-
07/09/2017

Sinar mentari jum'at ini akan kalah terang dengan kebahagiaan diwajahku. Aku berangkat sekolah sangat pagi. Memasuki kelasku yang masih kosong dengan tawa gila. Sampai Rafael datang melihat sikap anehku.

"EL! Lu tau gak? Rey nembak gua!" Tanpa memulai basa basi aku menyampaikan berita ini ketika Rafael belum menduduki kursinya.

"Hah? Serius lu?" Wajahnya kaget. Tidak percaya seakan meragukan ucapanku.

"Iyaa.. kemarin dia ngasih surat ke gua. Dan ternyata isinya anuu.." antusiasku semakin meluap luap.

"Anjay! Selamat dong. Akhirnya jadian juga."

"Eits.. belom belom, kan belom gua jawab." Ucapku.

"Eleh tetep aja nanti diterima kan."

Ketika Kiana dan Kevin datang aku meluapkan berita ini lagi. Semangatku entah kenapa tak habis habis.
Bel istirahat 10 menit lagi akan melengking. Aku tak sabar menemui Rey.

Tapi tiba tiba batin ku meredup.

"Sebentar. Gimana sama Sasa? Kenapa aku melupakannya. Oh tidak.. aku gak bisa ngelakuin ini." Hatiku goyah. Binar wajahku meredup.

"Vi.." Kiana membuyarkan pikiranku.

"Lu kenapa, kok tiba tiba aneh gitu mukanya. Tadi seneng banget. Ayo dong semangat bentar lagi istirahat trus ketemu Rey deh." Kiana memupuk kembali semangatku.

"Na, gua baru inget sama Sasa. Gimana dia? Kalo dia tau gua sama Rey jadian nanti. Dia pasti ancur banget. Gua gak mau bikin dia sakit hati. Gua gak bisa." Jujurku.

"Oh iya ya, aduh gimana ya. Yaudah lah Vi, mending biarin aja si Sasa. Gapapa dia mah."

"Tapi gua gak bisa Na." Keluhku.

"Lu gak mungkin nolak Rey kan karna ini?" Ancamnya.

"Hm.." aku menegum raguku.

"Gak Vi, lu gak boleh sampe Nolak. Gua tau ini yang lu harapin dari dulu. Dan lu gak bisa buang hal ini dengan cuma cuma karna Sasa." Kiana menyakinkanku dengan penuh tatapan.

"Huftt.. gimana dong?" Aku menghela nafas gelisahku.

"Udah pokoknya lu tenang aja, biar nanti urusan Sasa gua, kevin sama Rafael yang urus. Yang penting lu nanti langsung ke balkon pas bel bunyi. Gak usah nungguin apa apa, gua bakal cegah Sasa biar gak ketemu sama lu. Okey?" Kiana mencatat jelas rencananya demi ku. Aku hanya mengangguk tanpa membantahnya.

"KRIIINGGGG!!!" Dan bel itu bunyi.

-mentari..awan.. dan kau merpati. Akan kah kalian menjadi saksi bersejarahku lagi?-

-it's actually you-Where stories live. Discover now