KESEMPATAN KEDUA - 22 : Nyaman

29K 3.1K 154
                                    

Repub tanpa edit 21/6/21

Pernah merasakan nyaman?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernah merasakan nyaman?

Merasakan hal itu merupakan hal yang biasa saja jika terjadi, bahkan cenderung menikmatinya. Padahal hal tersebut baru di lakukan pertama kali, pernah merasakannya?

Karena biasanya memerlukan waktu untuk merasakan nyaman akan suatu keadaan terutama nyaman saat bersama seseorang. Tetapi Kikan langsung merasakan nyaman ketika memasuki apartemen Ferdinand. Terutama ketika mereka berpelukan ketika menonton film setelah memakan masakan Ferdinand yang ternyata sangat jago mengolah makanan. Mereka duduk di sofa berbentuk L, Ferdinand bersandar di sofa tersebut dan Kikan berada di depannya, bersandar di dadanya. Tangan besar Ferdinand tidak pernah lepas dari Kikan, tangan itu melilit tubuh Kikan yang anehnya membuat Kikan merasakan nyaman. Merasakan jika semua serpihannya yang hilang telah kembali dan berada di tempat yang tepat.

Hanya pelukan dan dia merasakan utuh kembali.

Sungguh hanya berpelukan, Ferdinand tidak melakukan apapun selain itu. Tidak ada kecupan di belakang kepala Kikan. Hanya melilitkan tangannya yang besar itu di tubuh Kikan sambil terus menggenggam tangannya.

Setelah menonton film, Ferdinand mengantarkannya pulang karena takut khilaf. Kikan tertawa jika mengingat apa yang di katakan Ferdinand.

"Ayo aku antar pulang." Ferdinand memcahkan kesunyian dengan ucapannya setelah film usai.

"Ga mau masakin aku makan malam dulu?" Kikan mendongakkan kepalanya untuk menatap manik mata Ferdinand yang berada di belakangnya.

"Makan di luar aja gimana?"

"Masak di rumahku aja gimana?"

"Woman, don't you know you sounds like you inviting me to other things than just dinner?"

"Kamu berlebihan. Hanya makan." Kikan terkekeh.

"Iya, tapi berduaan sama kamu itu bikin aku takut khilaf! Pengendalian diri aku belum secanggih itu sampai bisa berduaan sama kamu seharian." Ferdinand bangkit dan merenggut sambil menggerutu tidak jelas ketika mengambil kunci mobil sedangkan Kikan tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Ferdinand.

Disini lah Kikan sekarang, berada di kamarnya sambil memegang ponselnya. Ferdinand tidak berhenti mengirimkan pesan seperti anak tanggung yang baru pertama kali kasmaran padahal umurnya sudah kepala tiga. Ferdinand sebenarnya mau video call tapi Kikan menolak. Kikan ingin transkrip pembicaraan yang bisa dibaca ketika dia sedang merindukan Ferdinand. Aneh bukan? bahkan dia sudah merindukan lelaki aneh itu.

Tahu apa yang Kikan rindukan? Kecupan di mata.

Ketika mengantarkannya pulang tadi Ferdinand mengecup kedua matanya sambil mengatakan kepada Kikan untuk memimpikannya. Sounds cheesy, right? Tapi anehnya lagi, Kikan menyukainya. Kikan menyukai kecupan di mata itu dan kini dia merindukannya. Dia tidak mempunya foto Ferdinand untuk di pandangi ketika rindu melanda, Ferdinandpun sudah tidak memakai foto profil di messengernya. Foto itu hanya foto seorang wanita yang menggunakan kaos putih tampak dari belakang, sedang berdiri di depan lemari buku besar yang berada di apartemennya. Foto itu diburamkan.

Itu foto Kikan siang tadi. Dia bahkan tidak sadar kapan foto itu diambil. Dia baru sadar akan foto itu ketika tadi dia membalas pesan Ferdinand dan hal itu langsung membuatnya tersenyum-senyum sendiri.

Ferdinand : Ikan, ayo tidur. Besok kerja kan?

Me : Iya. Goodnight.

Ferdinand : Goodnight :)

Kikan membaca pesan terakhir mereka sudah lebih dari setengah jam yang lalu dan matanya tidak bisa terpejam juga. Dia sudah mengetikkan kalimat itu dari beberapa menit yang lalu tapi tidak punya tekat untuk menekan tombol kirim.

Ah sudahlah kirim aja!

Me : I miss you

Tidak sampai semenit pesan balasan muncul dari Ferdinand yang membuat Kikan tertawa terpingkal-pingkal.

Ferdinand : Dammit, woman! Kamu minta di halalin banget ya?!

💕💕💕💕

Adek udah siap di halalin bang!!!!

Adek udah siap di halalin bang!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KESEMPATAN KEDUA [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang