KESEMPATAN KEDUA - 3

60.4K 4.5K 97
                                    

Repub tanpa revisi 13/7/20
12/11/20
2/1/21

Repub tanpa revisi 13/7/2012/11/202/1/21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bahagia itu pilihan. Kau bisa memilih untuk menjadi bahagia dengan hal-hal sederhana seperti sinar matahari, hujan atau jika kau mau sedikit realistis kau bisa melihatnya melalui materi seperti kebahagiaan ketika kau bisa berbelanja barang-barang yang kau mau.

Kau juga bisa memilih untuk menjadi bahagia dengan menggantungkan kebahagianmu pada orang lain seperti orang yang kau cintai dan menjadikan kebahagiannya sebagai kebahagianmu.

Yang terkahir berbahaya.

Sungguh.

Karena kau menggantungkan banyak sekali kepercayaan pada orang itu.

Kepercayaan adalah benda langka. Sangat langka bahkan jika boleh di katakan. Bahkan orang-orang banyak yang mengatakan bahwa kepercayaan seperti cermin. Bila kau sudah merusaknya maka bila di perbaiki seperti apapun retaknya akan tetap terlihat dan bayangan yang terpantul tidak akan utuh lagi.
Tapi..beberapa orang dengan dasar cinta, yang mereka pikir ada di hubungan itu, mencoba untuk memperbaiki pecahan si cermin satu persatu.

Menjadi bodoh dengan mengatas namakan cintanya pada orang lain tapi tidak mencintai dirinya sendiri.

Kau tahu bahwa dasar untuk mencintai orang lain adalah cintai dirimu sendiri dan yang paling utama cintai Tuhanmu terlebih dahulu. Tahu bahwa kau pantas untuk diperjuangkan dan tahu bahwa kau pantas menjadi satu-satunya wanita yang kelak anak-anaknya akan memanggilmu ibu dalam hidup seorang pria. Dan ketika pria itu yang sudah menjanjikan hal suci di hadapan Tuhanmu, yang kau cintai, tetapi justru menghianatinya berulang kali di setiap kesempatan yang kau berikan maka kau harus memikirkan ulang mengenai cintamu terhadap pria itu.

Tapi sekali lagi, cinta itu bodoh. Kau akan terus menunggu pria itu hingga sadar atau pria itu yang mendepakmu keluar dari kehidupannya dan meninggalkanmu dengan selingkuhannya.

Anggap saja itu salah satu jalan dari Tuhan agar kau menjadi bahagia dengan orang yang tepat.

Tetapi menjalin hubungan bagi Kikan sekarang ini hanya seperti lolos dari kandang buaya tapi sembunyi di kandang harimau, singa, gorila, godzila dan dinosaurus. Mengerikan.

"Aku dengar soal kabar perceraianmu. Aku turut menyesal." ucap lelaki berkacamata di depannya sambil menyeruput kopi hitamnya.

Tatapan matanya sarat kesedihan metika mengucapkannya. Bukan hanya berbasa-basi.

Kikan hanya bisa menganngguk.

Terlalu banyak yang mengucapkan hal itu padanya delapan bulan terakhir ini dan dia sudah muak.

"Jadi, bagaimana pekerjaanmu? Aku tak tahu bahwa kita satu gedung perkantoran."

Lelaki itu sadar bahwa Kikan mengalihkan pembiacaraannya karena tidak nyaman. Kikan memang sudah masuk bekerja selama tiga bulan terakhir di kantor barunya sebagai sekretaris. Mudah baginya untuk berbaur tetapi dia masih suka menyendiri karena menghindari pertanyaan-pertanyaan mengenai perceraiannya. Orang-orang menganggapnya sombong. Peduli setan. Dia tidak pernah nyaman dengan orang yang sok peduli padahal hanya ingin mencari tahu untuk dijadikan bahan gosip.

"Aku memang jarang turun ke kedai kopi ini."

"Bos memang beda ya, tinggal suruh sekretarisnya maka semua langsung siap."

Kikan tertawa ketika mengucapkannya.

"Hei, aku bahkan masih membawa bekal makan siang lho karena terlalu malas berjalan-jalan."

Tidak berubah. Lelaki itu, Gerlado atau Dodo tidak berubah. Selalu malas bergerak jika sudah melakukan sesuatu. Alasannya karena takut moodnya hilang.

"How's life Do? Bini? Anak?"

"Ada noh diatas. Dokumen bini aku, polpen anak aku."

Ucapnya asal. Masih seperti dulu.

Menyenangkan rasanya menemukan seseorang yang tidak berubah.

"Haha, kau masih tidak berubah."

"Ya, dari terakhir kita bertemu aku tidak berubah. Termasuk perasaanku padamu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KESEMPATAN KEDUA [FIN] Where stories live. Discover now