24 -tamat-

2.8K 75 3
                                    

Touch my body urin jogeumssik ppareuge
Oh everybody pureun haneul boda nopi
Jigeum i rideumi joha tteugeoun taeyangarae neowana
My body body Touch ma body
~Sistar ‘Touch My Body’~
***
Dengan ragu (namakamu) ikut naik ke atas panggung. Entah mungkin karena ada ikatan batin yang sama, atau Iqbaal yang melihat ketika gadis itu menaruh sebuah kertas di dalam tas selempangnya. 
Yang jelas, tulisan di kertas yang Iqbaal pajang itu persis dengan tulisan yang (namakamu) tulis. Iqbaal mengode gadis itu agar mengeluarkan sesuatu dari dalam tas selempangnya.
“Guys, jodoh emang ga kemana bukan?” tanyanya sembari menunggu gadis itu memajang kertas yang sama di depan dadanya.
“And the fact says...”
(namakamu) menaruh kertas dari dalam tasnya ke depan dada, lalu saling berhadapan dengan Iqbaal dalam beberapa detik. Hanya kertas putih biasa yang bertuliskan ‘I Love You’ tapi sungguh menjadi hal yang menarik karena keduanya punya tulisan yang sama di atas panggung. 
Tepukan tangan mulai terdengar lagi, diiringi beberapa tatapan cemburu dan juga terkagum-kagum. (namakamu) dan Iqbaal seperti ‘Taylor Swift dan Lucas Till’ di MV you belong with me. Dimana si pria memperlihatkan kertas I love you, dan si gadis juga memperlihatkan kertas yang sama.
“Turun dari panggung ini, langsung 17 menit kan, (namakamu)?”
“Baal...”
CUPPP
Mereka tetap melanjutkan sembari terus berjalan menuruni panggung. Pasti terlihat menjijikkan karena sama sekali tidak ada yang mau melepasnya lebih dulu. Sudah berapa kali dikatakan jika keduanya sama-sama tidak punya urat malu? 
Di backstage, mereka masih tetap berpagutan walau banyak orang yang sedang bersiap-siap naik ke atas panggung.
“Iqbaal, (namakamu) make outnya jangan di—“
Iqbaal tetap memejamkan mata sambil mengangkat telapak tangannya ke atas, menyuruh seseorang itu berhenti berbicara. Sementara (namakamu) hanya memberi tatapan meminta maaf, walau ia merasa malu yang luar biasa. Sekitar dua belas orang sedang menatap keduanya dengan risih.
17 menit berlalu...
“Aku udah nyiapin tiket ke venice untuk 17 Januari 2016, (namakamu).”
“Buat apa, Baal?”
“Buat nunjukkin kalo wish aku di bulan pertama kita Anniv itu... terkabul.” Pria itu tersenyum lembut.
“Kamu serius kita bakal ke jembatan desahan itu?”
“Yap, karena aku mau ngebuktiin bahwa mitos itu nyata. Aku pengen ngebuktiin kalo aku serius mau jadi jodoh selamanya kamu, (namakamu).”
“Setau aku, tanggal segitu Sistar lagi di sekitaran venice juga loh, Baal.” Ledek (namakamu). 
Beberapa hari lalu gadis itu mengecek blog official sistar, dan memang girlband asal korsel itu akan liburan di Venice di bulan Januari 2016. 
Entah kenapa Iqbaal langsung tersenyum lebar, ia sama sekali tidak tahu mengenai berita itu. Pertanda bagus, karena pelantun Touch My Body itu mungkin bisa diajak kerja sama untuk merayakan anniv satu tahunnya mereka.
Iqbaal langsung tersenyum menggoda, “Berarti kita bakal nari Touch My Body bareng mereka dong?”
Pria itu excited. “AKU GA BISA BAYANGINNYA, (NAMAKAMU)!”
“ASTAGA... AKU HARUS NGAPALIN GERAKKANNYA LEBIH DETAIL LAGI, AYO (NAMAKAMU) APALIN BARENG-BARENG!”
“NANTI AKU BAKAL BANYAK KEDIPIN MATA KE HYORIN, ATAU AKU PURA-PURA SENGGOL PINGGANGNYA AJA YA?”
“(NAMAKAMU), AKU HARAP SALAH SATU DARI MEREKA JATOH TERUS AKU YANG BAKAL NANGKEP! ADUHHHHH”
“Baal?” (namakamu) memegang kedua pundak bahu Iqbaal agar pria itu tidak semakin gila. 
“APA?” Iqbaal kembali membayangkan dirinya dan Sistar, lalu (namakamu) yang akan cemburu. 
“PASTI KAMU BAKAL CEMBURU BANGET, AKU SUKA ITU!”
“Baal, sayangnya aku bakal masang borgol diantara tangan kita supaya kamu ga pergi-pergi dan malu-maluin aku. Jadi, jangan bayangin kamu nari bareng mereka atau apapun itu!”
“Oh so sweet... betapa kamu ga mau kehilangan aku ya?” Iqbaal menepuk-nepuk pipi (namakamu) sembari menatapnya penuh kasihan. 
“Oh iya, menurut kamu, tahun yang bagus itu tahun berapa?”
(namakamu) berpikir sejenak, hingga akhirnya menjawab. “2020!”
“Okay. Kamu mau tau ga di tanggal 17 Januari 2020 itu ada apa?”
“Emangnya ada apa?”
Iqbaal tersenyum dan menempelkan dahinya dengan dahi gadis itu. “Di tanggal itu bakal ada pernikahan sepasang kekasih yang hari ini lagi anniv keenam bulan. Dan kalo kamu tanya siapa sepasang kekasih itu... mereka adalah KITA.”
(namakamu) mencium bibir Iqbaal sejenak. “17 Januari 2020, You’re the king, baby, I’m you’re Queen.”
“Aku benci kamu, calon istriku.”
“Aku jauh lebih benci kamu, calon suamiku.”
***
-17 Januari 2016-
Venice, Italia.
Setelah melewati jembatan Rialto, lalu Gallerie Dell’Accademia, dan bersinggah di sebuah Cafe italia klasik, akhirnya (namakamu) dan Iqbaal melanjutkan perjalanan ke jembatan desahan. Bridge of Sighs. 
(namakamu) melihat beberapa gondola yang berada di tepi sungai tersebut, namun hanya satu yang menarik perhatiannya. Sebuah gondola dengan cat kuning keemasan dan di salah satu sisinya terdapat lolipop setinggi setengah meter dari gabus. 
(namakamu) menarik lengan Iqbaal agar segera memesan gondola tersebut, namun Iqbaal sepertinya sedang tidak fokus.
“Baal, ayo—“
“(NAMAKAMU), MEREKA SISTAR KAN?”
‘Astaga... jauh-jauh kesini, Iqbaal tetep mikirin Sistar?’
“(NAMAKAMU), YANG PAKE HOTPANS PINK ITU HYORIN KAN?”
“Sistar ga mungkin disini Baal, venice kan luas bukan cum—“
Iqbaal segera mendorong kepala (namakamu) pelan ke arah yang ia maksud. Lebih tepatnya beberapa meter dari gondola dan jembatan desahan, ada beberapa belas orang mengerumuni empat gadis berwajah asia yang seksi. 
Itu memang sistar, (namakamu) membulatkan matanya tidak percaya. Ada Hyorin yang memakai baju ‘ heart emotikonSeoul’ dan hotpans pink, Bora dan Souyu berhotpans abu-abu, dan Dasom berok mini oranye.
(namakamu) menatap penampilannya sendiri. Skinny jeans panjang, blus jaring-jaring berwarna krem, tas selempang, dan sepatu converse yang sama dengan Iqbaal. Sementara itu pria yang sekarang menarik tangannya, hanya mengenakan celana selutut, kaos putih yang tertutupi rompi kotak-kotak hijau lumut. Iqbaal membawa ransel hitam dipunggungnya. 
Mungkinkah Sistar akan tertarik dengan Iqbaal? (namakamu) harap tidak sama sekali.
“Anyeonggggggg!” sapa Iqbaal yang langsung membelah kerumunan kecil. “OH MY GOSHHHHH, SISTAR RIGHT?”
Yang berambut kehitaman—Dasom—mengangguk sembari menyipitkan mata. “Anyeong.”
“(NAMAKAMU), AYO KITA REQUEST TOUCH MY BODY!!!” Iqbaal histeris sembari mengguncang lengan kekasihnya. “tapi bahasa koreanya apa, ya?”
“Pake bahasa Inggris aja, Baal.”
“Serius?” Iqbaal menatap (namakamu) intens. “kira-kira mereka mau ga ya?”
“Jangan buang waktu Baal, katanya kamu mau ke jembatan des—“
“Ah kamu buru-buru banget pengen ciuman, udah ga sabar jadiin aku jodoh kamu selamanya ya?”
“IQBAAL!”
“Ikyuba?” tiba-tiba saja Dasom berjalan mendekat ke arah Iqbaal. “Your name is Ikyuba?” ia menatap Iqbaal masih dengan senyuman yang sama.
“Hmm, I-Q-B-A-A-L.”
“Iqba? A weird name.” Ucap gadis yang paling manis, yang kini berdiri di samping Dasom. “I’m Hyorin anyway.”
“I know you, girl.” Kata Iqbaal sambil mengangkat sebelah alis. “would you sing Touch My Body for us? Please... i’m your big fanboy!”
“Really?”
“Yes, he is. He better sing Touch My Body, although he’s from Indonesia.” Jawab (namakamu).
“It’s sounds great!” 
Hyorin mengode kedua teman lainnya yang sedang berselfie agar mendekat. “Yeogie, guys! geudeul-eun nolaeleul uliege mul-eossda ‘Touch My Body’!”
(namakamu) yakin jika apa yang diucapkan Hyorin adalah ‘Mereka meminta kita menyanyikan Touch My Body’ karena gadis itu tahu sedikit bahasa korea. Iqbaal hanya menggaruk tengkuk tidak mengerti, tapi ia senang ketika dua gadis lainnya bersalaman dengannya sembari menyebutkan nama.
“Geuleona eum-ag-e daehae mueos-eul?” tanya Souyu pada Hyorin.
“Mereka ngomong apa sih, (namakamu)?” Iqbaal berbisik pada gadis yang mulai memasang wajah cemberut padanya.
“Mereka bilang ‘Tapi gimana sama musiknya?’”
Iqbaal langsung menjentikkan jari. “Girls, I have an instrumental music of that song!”
Hyorin tersenyum semakin manis, “Gotcha! Turn on the music!”
Pria itu segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana, lalu mencari instrumental lagu itu dalam sekejap. Volumenya paling full apalagi ia menyambungkannya ke speaker berbentuk mobil dari ranselnya.
Entah, pria itu memang menyiapkan segalanya dengan penuh perhitungan. Pria itu menyuruh (namakamu) memegangi ponsel dan speakernya, sementara itu Iqbaal sudah ditarik oleh Hyorin agar ikut menyanyi dan menari bersama mereka.
(namakamu) mendengus, Iqbaal terlihat mau-mau saja, bahkan saat Souyu menyentuh pipinya sejenak. Sementara kerumunan makin ramai, beberapa tertawa melihat Iqbaal sebagai satu-satunya pria yang menari. Dan sisanya ada yang berbisik-bisik dengan bahasa Itali yang tidak (namakamu) mengerti.
“Baby so good jigeum gibuneun paradise
Baby so nice uri dulmanui summer night
jogeumssik one step two step dalbit arae neowana
My body body Touch ma body”
Iqbaal mengedipkan mata ke arah (namakamu), ia juga menggigit bibir bawahnya yang basah. Dagunya ia angkat seangkuh mungkin saat salah satu personel sistar menaruh lengannya di bahu Iqbaal.
“Neowa hamkke inneun jigeum Tonight
duri hamkke boneun jeo byeoldeul
eoneu nuguboda haengbokhae”
Sial. (namakamu) merutuki apa yang baru saja terjadi. Iqbaal yang tampan meski warna kulitnya sangat jauh dengan keempat gadis seksi itu, mendapat ciuman di bagian bibirnya. Iqbaal bahkan tidak menolak, ia hanya meringis setelah ciuman singkat itu berakhir. Dan pria itu juga mengucapkan terima kasih banyak pada keempatnya. 
SIAL LAGI. Sebelum para personel Sistar itu pergi meninggalkan sekitar jembatan desahan, Iqbaal sempat mencium punggung tangan Hyorin. 
Gadis itu akhirnya menahan langkahnya, dan meminta berselfie dengan Iqbaal. (namakamu) tahu kalau di Venice ini pasti jarang ada penggemar Sistar, makanya keempat gadis itu berjalan santai dan hanya diikuti dua bodyguard.
“See you next time, Iqba.”
‘Gapapa deh dipanggil Iqba, daripada ga sama sekali.’
“I love you, Hyorin! I will miss you so much...”
Pria itu melambaikan tangan pada Hyorin yang kini setengah berlari mengejar teman-temannya. Lalu ia menoleh ke belakang, ke arah (namakamu) yang menatapnya datar. Ia segera berjalan ke arah gadis itu masih dengan senyuman yang lebar.
“(NAMAKAMU), ASTAGA PASTI INSTAGRAM BAKAL RAME SAMA FOTO SELFIE TADI!”
“In your wildest dream, Baal.”
Gadis itu menyerahkan ponsel dan speaker Iqbaal pada pemiliknya, lalu berjalan meninggalkan pria itu. 
“(namakamu), mau kemana?”
“Mau ketemu angin, terus ngajak ciuman deh!”
“KAMU CEMBURU YA?”
“Ga.”
“(NAMAKAMU), aku belum ke surga selama 17 menit loh hari ini”
“Bodo.”
“Calon istriku... jangan cemburu, kita tinggal nunggu empat tahun lagi, okay?”
Iqbaal memasukkan speakernya kembali ke dalam ransel, lalu merangkul bahu (namakamu) hangat. Gadis itu mengalihkan pandangan, tapi Iqbaal bisa melihat bahwa pipinya memerah. Ia mencium pipi gadisnya lambat-lambat. 
Dan dalam hitungan detik, tangan Iqbaal yang lainnya sudah berpindah ke bagian belakang paha (namakamu).
“Woah!” 
Iqbaal menggendong gadis itu secara tiba-tiba, membuat (namakamu) nyaris kehilangan jantungnya yang melompat. Ia merasakan tangan (namakamu) melingkar di lehernya secara cepat, lalu matanya menatap mata Iqbaal dalam-dalam. 
Iqbaal tersenyum, kemudian setengah berlari ke salah satu gondola yang sejujurnya sudah ia booking di hari pertama mereka berada disini. 
Hanya saja (namakamu) tidak mengetahuinya, karena di hari pertama itu ia terus tidur di hotel bersama sang mama dan Steffi. Ia juga tidak tahu bahwa Iqbaal pergi keluar bersama om Patrick untuk menyewa sebuah gondola. 
"Kamu berat juga ya? haha"
"Siapa suruh gendong aku?"
"Hati aku yang nyuruh."
Iqbaal menggendong gadis itu sampai berada di dalam gondola. Ya, gondola yang (namakamu) inginkan sedari tadi. Ternyata Iqbaal tahu selera gadisnya itu. 
(namakamu) duduk berhadapan dengan Iqbaal, dan ada seorang yang memang bekerja sebagai pendayung gondola tersebut. Perlahan-lahan gondola itu berjalan, meninggalkan tepi sungai venice yang tenang.
Dalam waktu beberapa menit, mereka akan sampai di bawah jembatan desahan. Entah kenapa (namakamu) merasa jantungnya berdegup kencang, ciuman kali ini pasti sangat berbeda dibanding biasanya. Suasana Italia di siang hari, nyaris seperti tidak ada matahari. Dingin, namun awan putih mendominasi langit yang biru.
“(namakamu)” Iqbaal menggenggam tangan gadis itu. “aku tau tugas aku saat ini cuma bahagiain kamu, begitu juga sampe selamanya.”
“Walaupun masih empat tahun lagi kita nikah, tapi aku yakin kamu tetep mau nunggu kan? Aku harus punya pekerjaan tetap dulu, (namakamu). Aku mau begitu kita nikah, aku bisa kasih rumah yang nyaman untuk kamu, untuk calon anak-anak kita.”
(namakamu) tersenyum, “Empat tahun itu bakal kerasa cepet kalo kita ngabisinnya bareng-bareng terus.”
“Aku harap, sampe empat tahun kedepan perasaan kita tetep sama dan kalo bisa terus bertambah. Janji sama aku kalo kamu mau jadi girlforever-nya aku, please?”
“Kalo aku ga mau gimana?”
“Ayolah (namakamu), sebentar lagi kita sampe dibawah jembatan desahan. Kamu mau kita lupa soal ciuman dan malah debatin hal ini?”
“Aku ga mau jadi girlforever kamu, Baal. Maaf.”
“TAPI KENAPA KAMU BARU KASIH TAU ITU SEKARANG?” Iqbaal membulatkan mata tidak percaya. 
"Apa kamu cinta sama pria lain?”
(namakamu) menggeleng cepat. “Terus kenapa, hah? Apa karena aku udah ga ganteng lagi?”
“Bukan. Aku ga mau jadi girlforever kamu, Baal. Aku maunya jadi forever-love kamu, karena suatu hari nanti aku pasti bukan gadis lagi, dan kamu bukan pria remaja lagi. Kamu bakal jadi seorang ayah, dan aku bakal jadi seorang ibu.”
Iqbaal menarik (namakamu) ke dalam dekapannya. “You will. Kamu resmi jadi forever-love aku, (namakamu). Aku benci kamu.”
“Aku jauh lebih benci kamu.” 
(namakamu) mendongak ke atas, dilihatnya langit mulai hilang karena tergantikan dengan jembatan beton yang indah. Bridge of Sighs.
Baru saja (namakamu) ingin menurunkan pandangannya lagi, Iqbaal sudah mencium bibirnya. Menahan tengkuknya dengan lembut. 
(namakamu) langsung balas menciumnya, merambatkan tangan ke leher Iqbaal dan mulai meremas rambutnya. Hanya remasan kecil, karena setelahnya ia lebih memilih untuk melingkarkan kedua tangan di leher Iqbaal.
Gondola itu serasa berhenti, bukannya terus melaju melewati jembatan desahan itu. Tapi (namakamu) tidak peduli, ia hanya ingin bersama Iqbaal dan terus berada di dekat pria itu. Mereka sudah jarang bertemu, karena Iqbaal sibuk dengan karir musiknya dan juga sibuk dengan perusahaan milik om Patrick.
Sedangkan (namakamu) sibuk dengan perusahaan sang mama, ia belum menjadi bagian penting disana. Karena gadis itu mau berusaha sendiri dari awal, tidak peduli bahwa sang mama adalah orang terpenting sekaligus pemegang saham terbesar di perusahaan itu. Betapa gadis itu tidak ingin merepotkan orang lain.
“17 menit. Pas.”
(namakamu) melepas ciumannya, lalu duduk seperti semula. Pendayung gondola itu hanya tersenyum simpul, lalu kembali mendayung melewati jembatan teromantis itu. Ternyata Iqbaal sudah berpesan pada pendayung itu agar berhenti selama 17 menit di bawah jembatan desahan.
“Baal, i love you.”
“I love you more, (namakamu).”
“Galaxy, swear you’ll never leave Alien?” (namakamu) mengangkat jari kelingkingnya ke hadapan Iqbaal.
Iqbaal tidak menjabat dengan kelingkingnya, melainkan mencium kelingking gadis itu dengan hangat. 
“Galaxy swear, Alien.”
“And... Sweety anniv first years, baby.”
***
-EPILOG-
“(namakamu). Cewek sok jual mahal yang tingkat kepekaannya rendah. Yang suatu hari mabok, nari TMB, dan ngambil ciuman pertama gua di rumah gua sendiri. Satu-satunya cewek yang bisa buat lupa kalo gua ini ‘Badger Boy’, dan cuma dia yang gua ajak ke tempat dimana yang biasanya gua datengin sendiri.”
“Iqbaal Dhiafakhri. Cowok ‘Badger Boy’ yang cium pelipis gue di hari pertama ketemu. Yang ga pernah mau nerima penolakan, punya senyum menggoda, dan nyuri hati gue dengan caranya sendiri. Dia berusaha ngelindungin gue dari adiknya yang dulu kena sister complex, dan dia juga ngelindungin hati gue dari yang namanya ‘Kehancuran.’”
“Dia suka lagu Amnesia, katanya itu penggambaran dirinya banget waktu gua lagi konser diluar Jakarta. Dia sempet buat gila gara-gara hubungan Close As Strangers yang nyakitin. Dan entah kenapa, gua selalu benci sama dia smile emotikon “
“Dia itu cowok gila yang suka buka tiga kancing teratas, dan suka pake celana ketat. Romantis diem-diem, selalu minta 17 menit di surga kalo ngerayain anniv. And hell yeah, dia penggemar Touch My Body akut.”
Iqbaal dan (namakamu) tersenyum ke arah kamera, lalu pria itu mengucapkan, “Dia adalah mimpi buruk terindah yang nyata bagi gua.”
“Kalo ditanya kenapa mimpi buruk terindah? Itu karena... awal ketemu dia itu kayak mimpi buruk. Kita sama-sama badger, sama-sama ga bisa serius sama satu hubungan. Tapi mimpi buruknya itu indah, karena sekarang dia udah jadi istri sah gua sekaligus jadi ibu dari anak-anak gua.”
“Dan Iqbaal... adalah pelengkap dari setiap mimpi indah yang pernah gue alami.”
(namakamu) tersenyum saat tangan Iqbaal melingkar di pinggangnya. Seorang anak laki-laki yang sedari tadi berada di balik kamera dan tripodnya itu pun langsung berlari dan duduk diantara keduanya. 
“Mama sama papa itu orang tua tergaul yang pernah aku tau. Aku sayang kalian.”
“Itu mama sama papa aku juga kali, Rel!”
Tiba-tiba seorang anak perempuan yang sebaya dengannya berlari dari arah belakang sofa, lalu ikut duduk diantara Iqbaal dan anak laki-laki yang dipanggil ‘Rel’ itu. 
Sekarang posisinya adalah Iqbaal, anak perempuan berkuncir dua, lalu anak laki-laki berkemeja dengan tiga kancing teratas terbuka, dan (namakamu). Keluarga kecil yang bahagia.
Iqbaal mengelus rambut anak perempuannya, “Ih papa, jangan! Nanti rambut aku rusak!” ia merengut pada Iqbaal.
“Rambut ekor kuda kembar aja gaya,” ledek anak laki-laki yang wajahnya 80% mirip dengan anak perempuan itu.
“Enak aja! Gini-gini rambut aku mirip sama ma—“
“Udah, udah. Verrel, jangan ledekkin adik kamu terus dong. Kalo rambut dia kayak ekor kuda kembar, berarti rambut kamu juga sama dong? Kan kalian kembar.” (namakamu) melerai keduanya.
Iqbaal tertawa lebar. “Susahnya punya anak kembar keras kepala ya gini. Dibilang mirip ga percaya, hahaha”
“Papa! Aku itu bukan kembarannya Versel, mana mau aku punya kembaran cewek secerewet dia.”
“Aku cerewet tapi cantik. Daripada kamu, ga bisa make kancing baju kayak gitu!”
“Aku bisa, kamu aja yang gatau tren!”
“Kamu pikir kamu seganteng papa sampe buka kancing baju gitu? Kamu kan gendut Verrel!” ucap Versel tidak mau kalah.
Anak laki-laki bernama Verrel itu mengerucutkan bibir merah mudanya. Duplikat Iqbaal, hanya saja diperkecil. Dari caranya memakai pakaian, mengangkat alis, dan bentuk bibirnya, siapapun bisa memastikan bahwa dia adalah anak Iqbaal. Apalagi cara tertawanya yang bisa berubah dari tertawa sungguhan, hingga menjadi tawa sinis.
“VERSEL! AKU BENCI KAMU!” 
Versel si anak perempuan berkuncir dua langsung berlari saat kakak kembarannya itu menatapnya dengan kesal. 
Gadis itu menjulurkan lidah dan menepuk-nepuk pantatnya meledek Verrel. (namakamu) dan Iqbaal hanya terkekeh, tingkah anak kembarnya yang baru berusia sembilan tahun itu menggemaskan.
“AKU BAKAL JADI TOM BUAT NGEJAR KAMU, VERSEL!”
“Coba aja kalo bisa, tomcat! Hahaha” Versel tertawa sambil mengangkat dagunya tinggi, sok angkuh.
(namakamu) menyenggol lengan Iqbaal pelan. “Tuh anak kamu si Verrel, mirip banget sama kamu, Baal. Hahaha”
Iqbaal memutar mata. “Versel jauh lebih mirip kamu, (namakamu).”
Sebelum (namakamu) menjawab, Iqbaal kembali berucap. “Eh, sekarang kan tanggal 17 Agustus 2030, (namakamu).”
“Ya, kemerdekaan Indonesia yang ke—“
“Bukan kemerdekaan, tapi 17 menit di surga, (namakamu).”
“Baal, kita bukan remaja yang sering ciuman kayak dulu. Jangan mulai deh,”
“Emangnya buat ngerasain 17 menit di surga itu ada batasan umur ya?”
“Baal...”
CUP
Masih dengan perasaan yang sama, Iqbaal dan (namakamu) kembali berciuman. Mereka sudah menikah dan sudah punya sepasang anak kembar. Verrel dan Versel. Dan soal kamera itu, sejujurnya Verrel hanya ingin tahu cara merekam video, sekaligus ingin kedua orang tuanya bercerita bagaimana bisa mereka saling mencintai. 
Anak berumur 9 tahun itu sudah tahu teori mencintai, tapi belum tahu artinya.
Namun belum sampai 17 menit, terdengar kedua anak kembar itu kembali berlarian mendekat. Baru saja Iqbaal ingin melepaskan ciumannya, suara cempreng Versel sudah memenuhi ruangan.
“PAPA, MAMA! KALIAN NGAPAIN NEMPELIN BIBIR KAYAK GITU?”
“Itu namanya pelukan, Versel.” Jawab Verrel sok tahu.
“Pelukan? Pelukan model baru ya, ma?”
“Eh, itu tadi di bibir papa Iqbaal ada kotoran, jadi mau mama tiupin. Ga nempel kok.” Alibi (namakamu) gugup.
Versel langsung melihat ke arah bibir Verrel, matanya menatap intens ke kakak kembarannya itu. Verrel hanya memasang wajah sok cool, sementara Iqbaal mematikan kamera yang masih menyala, dan (namakamu) baru mau melangkah mendekati kedua anaknya.
“Bibir Verrel ada kotorannya, sini biar Versel peluk!”
“JANGAN!” (namakamu) dan Iqbaal langsung berteriak bersamaan.
Iqbaal merangkul kedua anaknya, lalu menatap matanya bergantian. “Papa janji kalo umur kalian udah lima belas, papa bakal jelasin tentang ‘Pelukan Bibir’ ini. Okay?”
Kedua anaknya mengangguk bersamaan. “Okay. Masalah orang dewasa itu emang selalu rumit.”
“Ngomong-ngomong, Verrel mau ngasih tau ke papa sama mama kalo Verrel suka sama salah satu video di laptop papa!”
“Video yang mana? Yang patrick berantem sama squidward?”
Verrel menggeleng mantap. “Verrel suka video papa yang pake celana belang-belang, terus ga pake kaos. Disitu papa bilang ‘Touch Me Free’ kayak gini...”
Verrel langsung mengusap bagian bawah rambutnya, lalu merambat hingga ke ubun-ubun. Kemudian ia berteriak 'Touch me free, free, free!' sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang. Pinggulnya sempat bergoyang beberapa kali, membuat bagian pan***nya ikut tergerak. Ia menaik turunkan alisnya ke arah Versel.
(namakamu) memejamkan matanya dramatis sembari berbisik di telinga Iqbaal.
“Baal, dia tau kalo kamu suka nari gituan. Okay, penggemar akut Touch My Body jadi ada dua. Kamu sama Verrell.”
Iqbaal hanya menyengir polos, “Like son, like father. Hehehe.” 
Pria itu pun mendekat ke arah Verrel, dan ikut menaik turunkan alisnya ke arah (namakamu). Lalu ia berbisik sejenak di telinga Verrel, yang langsung diangguki anak itu. Dan ternyata, mereka meneriakkan sesuatu secara kompak pada (namakamu) dan Versel yang mengerutkan alis heran...
“Touch us free, Mommy and Versel!”
“Ma,” Versel mendongak menatap sang mama. “kenapa papa sama-sama gila kayak Verrel, ya?”
(namakamu) membisikkan sesuatu pada anak perempuannya, tak lama kemudian keduanya balas berteriak...
"And we will touch you first, Daddy and Verrel."

TAMAT

Sweet Bad DreamsWhere stories live. Discover now