Sebuah dilema

38.8K 3.5K 171
                                    

FYI gue nggak tidur anjir!!! 😂😂😂

Kebablasan nulis bab ini.

Btw bab ini udah gue panjangin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw bab ini udah gue panjangin. Moga puasss ya sis.

Dan ini buat yang minta plot Gani-Gladis

Jangan lupa komen dan vote yaaa biar aku semangat 😘😘

Happy reading semua

***

Gladis menatap makanan di hadapannya tak minat, tapi rasanya lebih baik dibanding menatap orang yang kini duduk di sebelahnya itu. Rafael. Mungkin sudah setengah jam cowok itu berkicau tak henti meski Gladis sudah menunjukkan sikap tak acuh yang begitu kentara--mengela napas berkali-kali bahkan tak merespons apapun yang Rafael katakan. Namun Rafael seolah tak peka, atau malah cowok itu memang sengaja tak peduli dengan respons Gladis. Mungkin baginya, kehadiran Gladis saat itu sudahlah cukup.

"Sebenernya hari ini gue diundang ke ultahnya Mario Mahardika. Kenalkan?" Dari rencana liburannya, Rafael kini beralih topik ke hal lain.

"What?? Mario Mahardika yang aktor pendatang baru itu?" pekik Siska heboh. Rafael mengangguk dengan senyum bangga yang terlihat sombong di mata Gladis.

"Iya. Ah tapi acaranya ngeboringin gitu pasti. Lagian udah gede kok ulang tahun masih dirayain. Mendingan juga gue ke sini kan, ketemu Gladis," jawab Rafael seraya mengerlingkan matanya ke arah Gladis.

Gladis tersenyum kecut. Hanya bisa terkekeh tanpa ekspresi sebagai formalitas kesopanannya, kemudian kembali memalingkan pandangannya ke sembarang arah di dalam kafe.

"Oh iya. Gue punya sesuatu buat kalian!" kata Rafael semangat. Ia mengeluarkan dua paper bag dari kolong meja dan menyerahkannya masing-masing ke pada Gladis dan Siska.

Siska yang lebih dulu mengintip ke dalam paper bag tersebut, matanya langsung berbinar cerah. Senyumnya semakin lebar. Gadis itu lalu dengan cepat merebut paper bag bagian Gladis. Gladis sampai terkejut. Dan saat Siska mengecek isinya, bibirnya langsung mengerucut tajam.

"Ih! Kok punya Gladis lebih bagus dibanding punya gue??!" rengeknya seraya mengeluarkan dompet Gucci dari dalam paper bag milik Gladis.

"Lo suka? Ambil aja," jawab Gladis santai. Rafael yang tadinya menyandarkan punggungnya santai pada sofa pun langsung menegakan posisi tubuhnya kaget karena ucapan Gladis itu.

"Nggak bisa gitu dong. Kan gue sengaja pilihin yang paling cantik buat lo, Dis. Oh kalau lo nggak suka, apa nanti kita beli yang baru aja. Jadi biar lo bisa milih sendiri. Oke?"

Gladis menggeleng buru-buru. Bukan itu yang ia mau. Gladis cuma ingin Rafael berhenti melakukan penyogokan-penyogokan yang malah membuat Gladis semakin muak.

"Gue masih punya dompet kok, Raf. Mending uangnya lo tabung aja. Lagian ngapain sih pakai beliin barang-barang gini. Emangnya gue lagi ulang tahun apa?"

BeautyWhere stories live. Discover now