Ancaman besar

35K 3.3K 226
                                    

Sesuai janji akan update malam ini. Hua tertepati juga.

Gimana? Seneng nggak?

Semangat ya memakinya di bab ini wkkww. Kayaknya ini cerita gue yang penuh sama komen makian di banding komen baper2nya 😂😂😁

Happy reading guys

Jangan lupa vote sama komen dulu!!!

***

"Mis-Misca?" Gadis itu terbata.

"Hai, Sher!" sapa Misca dengan wajah senang yang dibuat-buat. Dari respons itu, perasaan Sheryl semakin tak nyaman. Ada yang mengganggunya. Apa dia denger obrolan gue sama Gani tadi? batin Sheryl tak tenang.

Misca melangkah mendekati Sheryl yamg saat itu masih berdiri di depannya.

"Wah kebetulan banget ya." Cewek itu tersenyum lagi, bukan jenis senyuman manis, malah terlihat menakutkan di mata Sheryl. Sheryl sukses terintimasi oleh senyuman itu. Gadis itu melangkah mundur seiring jarak Misca yang semakin memojokannya pada rak.

"Mis... soal handphone lo...," kata Sheryl ketakutan.

"Sttt!" Misca berdesis. "Lo nggak perlu mikirin soal itu, Tian udah ganti semua kerusakannya." Senyum licik di wajah cewek itu melebar. "Yang perlu lo pikirin adalah gimana caranya biar gue tutup mulut karena gue nggak sengaja denger ucapan lo yang... Apa? Hmm... Anak pembantu ya? Dan dia majikan lo?" bisiknya sambil melirik ke arah Gani. Sheryl semakin panik.

"Lo... Lo salah denger, Mis! Hahah dia kali yang anak pembantu gue." Sheryl terkekeh renyah menutupi kekikukannya.

"Kuping gue masih normal. Lo pikir gue budek?! Temuin gue besok di gudang belakang sekolah kalau nggak mau anak satu sekolah tau kalau lo cuma penipu besar!" Misca menepuk-nepuk pundak Sheryl keras sebelum menjauhkan wajahnya dari telinga Sheryl. "Kena lo, Sher!"

Sebelum pergi, Misca sempat menoleh ke arah Gani yang sejak tadi hanya terdiam di belakangnya menyaksikan apa yang baru saja ia perbuat kepada Sheryl. Cowok itu tak ikut campur. Binar mata Gani tenang, seolah mendukung apa yang Misca lakukan. Dalam kebingungan itu melangkah menabrak bahu Sheryl keras sebelum melangkah lebih jauh meninggalkan dua gestur itu.

"Lo kenal dia, Sher?" tanya Gani sambil menatap punggung Misca yang semakin menjauh.

"Dia yang bikin gue pingsan waktu itu, Gan."

***

Shopping, clubbing, nonton film, karaokean. Tidak bisa dipungkiri, untuk melakukan semua itu membutuhkan uang. Uang yang tidak sedikit. Semua barang-barang ber-merk yang dipakainya, juga tiket masuk acara hits yang biasa dikunjunginya. Tidak ada harga murah untuk itu semua.

"Dis, nanti makan dulu ya pulangnya." Suara cempreng milik siska membuyarkan kesunyian lobby hotel tempat Gladis menunggu client-nya.

Gladis yang tadinya sedang sibuk membalas pesan whatsapp dari calon fotografernya itu mau tak mau mendongak. "Boleh."

"Di Kemang ada tempat makan baru." Siska kembali berkicau. "Lagi hits banget sekarang. Sering dijadiin tempat foto sama selebgram. Tapi harga makanannya mahal banget. Yang makan di sana biasanya artis-artis. Ke sana yuk!"

Gladis menghela napas jengah diam-diam. Lagi-lagi tempat makan yang mahal. Gladis tak akan mempermasalahkan jika hanya membayar makanan miliknya saja, tapi kenyataannya tak seperti itu. Setiap makan, nonton, maupun karaoke, semuanya Gladis yang membayar.

Siska seolah tak peduli ketika bill datang. Hanya Gladis yang mengeluarkan dompetnya. Sedangkan Siska akan sok sibuk dengan makanan atau ponselnya. Memang resiko Gladis karena selalu meminta Siska untuk menemaninya ketika ada panggilan foto. Namun permintaan Siska lama kelamaan tak wajar. Cewek itu... ngelunjak

Gladis mengangkat kedua alisnya. "Jam segini emang udah buka?"

"Udah kok. Kalau tutup, kita ke Starbucks aja gimana?" usul siska semangat.

Gladis akhirnya mengangguk. "Yaudah."

"Gue sekalian ajak Rafael ya?! Atau Baron? Lo pilih siapa nih?"

Kalau bisa memilih, Gladis lebih ingin Gani yang berada di sana. Gladis ingin sekali menjelaskan semua kesalahpahaman yang Tian perbuat semalam sampai-sampai Gani memblokir semua akses Gladis untuk menghubunginya. Tapi Gani nggak ada di antara pilihan itu.

"Nggak usahlah," kata Gladis malas.

"Kok gitu sih? Nggak bisa gitu dong! Kan bagus kalau ada mereka kita jadi nggak perlu bayar makanan, malah bisa aja dibeliin ini itu. Gimana sih lo!" Siska meraih ponselnya dari atas meja dengan gestur kesal. "Yaudah deh. Gue ajak Rafael aja ya!"

Gladis mengela napas jengah. "Yaudah lah terserah lo aja."

***

Gimana?

Puas?

Besok atau lusa aku usahain update lagi.

Ada pesan buat

Gani

Sheryl

Gladis

Misca

Siska

Aku?

Jangan lupa komen dan vote

Semoga suka ya :))

Jangan lupa follow instagram

Putrilagilagi
Ganindra.putra
Gladisya.alunar
Misca_adidarma
Sheryl_laina

BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang