popularitas adalah segalanya

42.4K 4.4K 446
                                    

Haii, malam ini aku mau ngasih satu rahasia...

Ini ID LINEnya Gani: ganiandalas

Jangan disebar yaa wkwkwk. Kasian.

Misca juga sekarang punya instagram. Usernamenya: misca_adidarma

Nah kalian boleh tuh sepuasnya ngehujat misca di sana. Gue ijinin wkkkw

 Gue ijinin wkkkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Ahh... Anu... Dia anaknya Bik Ratna, pembantu gue," ceplos cewek itu refleks. Bebi manggut-manggut.

"Oh... dia anak pembantu lo, Sher," kata Bebi seraya memandang Gani dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan pandangan menilai.

"Terus, lo ngapain pake baju rapi begitu?" tanyanya ke Gani.

Gani diam saja. Emosi dengan pernyataan Sheryl barusan, dengan semua kebohongan besar yang dibuat cewek itu dan kini malah ikut menyeretnya. Gani tidak kesal dibilang anak pembantu, tapi melihat wajah kecewa Bik Ratna membuatnya ikut kecewa pada Sheryl. Sangat kecewa.

Bik Ratna segera pergi setelah selesai menaruh minuman, tak tahan dengan ucapan menyakitkan yang terus saja Sheryl lontarkan, meski ia tahu anaknya itu tak bermaksud seperti itu.

"Gani katanya mau ikut, boleh kan, Beb?" ucap Sheryl melihat Gani yang terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Satu alis Bebi terangkat. Nggak salah? batinnya.

"Lo mau ikut? Clubbing? Pake baju begitu? Lo mau clubbing apa ngambil rapot heh?" ejek Bebi.

Gani melemparkan tatapan datarnya ke arah Bebi, dan menyahut tenang, dengan nada sedingin es.

"So what? Lo sendiri mau ke mana? Clubbing apa nonton dangdut? Warna baju lo nyakitin mata gue."

Terkejut dengan jawaban Gani, Bebi sontak melotot. Cewek itu geram, lantas berdiri dari tempat duduknya.

"Udah dong jangan ribut." Maura ikut berdiri dan berusaha menengahi suasana yang tiba-tiba saja memanas itu. "Jalan sekarang aja yuk, Sher, Beb, biar dapet tempat parkir juga. Kemaleman entar malah rame loh."

"Asshole!" Bebi menggerutu pelan. Ia lalu menghentakan heels-nya meninggalkan ruang tamu dengan wajah kesal setengah mati.

"Gan, kalau lo mau ikut yaudah. Tapi awas ya lo malu-maluin kita," kata Maura sebelum menyusul kepergian Bebi.

"Lo kayaknya harus mikir ratusan kali buat ngelanjutin berteman sama orang-orang kayak begitu, Sher." Gani berkata setelah dua cewek itu pergi. Cowok itu menghela napas, dan menatap Sheryl prihatin.

"Gue nggak kebayang gimana kalau nanti mereka tahu semua kebohongan lo. Apa mereka masih mau temenan sama lo? Gue yakin lo sendiri tahu jawabannya, Sher," lanjutnya lagi.

Sheryl kini memandang Gani dengan tatapan memohon.

"Gan, please, bantuin gue. Gue janji habis ini nggak akan ngerepotin lo lagi," katanya desperate.

***

This is bad, pikir Gani saat duduk di dalam mobil Bebi. Di depannya, Bebi dan Maura tampak intens mengobrol dan belum ada tanda-tanda lelah setelah setengah jam ngoceh ngalor-ngidul. Dari ngomongin gosip si A pacaran sama Z, ngomongin Gladis sama Siska, dan sekarang ngomongin hal yang membuat kening Gani semakin berkerut.

"Jadi besok kita nyalon ya. Kita harus make over, buat resolusi baru di sekolah. Pokoknya hari senin gue mau kita bertiga tinggalin gaya lama kita, kita harus kalahin Gladis sama Siska! Kita juga harus bikin gaya baru. Gimana kalau kita samaan sepatu aja? Besok kita beli bareng-bareng," kicau Bebi tanpa celah. Cewek itu melirik ke arah Maura yang sedang menyetir di sebelahnya. Maura mengangguk semangat.

"Setuju, Beb!"

Gani menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua makhluk yang ternyata lebih hedon dari Kak Kezia, pacarnya Vino. Kelebihannya Kak Kezia masih masuk kategori orang pinter. Nggak kayak dua cewek di depannya, PR aja yang ngerjain Sheryl semua. Sedangkan otak mereka cuma dipakai buat mikirin gimana cara terkenal di sekolah.  Popularitas, hal yang gak berguna, pikir Gani.

Bebi lalu menoleh ke kursi belakang, di mana Sheryl dan Gani sejak tadi terdiam.

"Lo setuju nggak, Sher?" tanyanya ke Sheryl yang sampai detik itu belum juga mengeluarkan suara.

Sheryl diam tak menjawab. Kepalanya terus menoleh ke luar, menatap jalanan dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang, memikirkan perkataan Gani yang membekas di benaknya. Gimana jadinya kalau mereka berdua tau gue cuma anak pembantu?

Lambaian tangan Bebi tepat di depan wajah Sheryl membuat gadis itu tertarik kembali ke dunia nyata. Sheryl mengerjap, lantas menatap Bebi dengan wajah bingung.

"Eh kenapa?"

Bebi berdecak, lalu mengulang pertanyaannya. "Lo setuju nggak? Sepatu kembaran."

Sheryl mengangguk lemas, sementara Gani menatap cewek itu tak habis pikir. Harusnya Sheryl menolak. Mau bayar pakai apa lagi dia? Gani membatin kesal.

"Good!!" kata Bebi puas. Cewek itu lalu berbalik dan kembali mengobrol dengan Maura seputar rencana-rencananya untuk menjadi populer dan menyaingi Gladis.

Setelah itu Gani beralih ke Sheryl. Tak tahan dengan kelakuan anak itu yang semakin jadi.

"Lo kenapa ngeiyain sih?" bisiknya tegas.

"Kalau gue nggak ngeiyain, Bebi pasti maksa, Gan. Percuma," jawab Sheryl putus asa. "Tenang gue nggak akan minta uang sama lo kok."

Alis Gani terangkat. "Terus lo mau bayar pake apaan Sheryl? Tabungan lo pasti dah abis buat bayar utang lo sama Bebi kemaren. Iya kan?"

Sheryl membenarkan ucapan Gani dalam hati. Tapi nggak ada pilihan lain. Sama seperti Bebi dan Maura, Sheryl pun mau dikenal di sekolah, bukan karena kepintaran, tapi karena dirinya dipandang keren oleh semua orang.

"Eh dah nyampe nih," sahut Maura menyadarkan Sheryl dan Gani dari diskusi sembunyi-sembunyi mereka.

***

Gimana??????????

Keselll apa kasian ama Sheryl????

Haters Sheryl pasti makin banyak apa berkurang?? mana jempolnya????

Coba dong kasih pesan lagi buat mereka ya:

Gani

Sheryl

Bebi

Maura

Jangan lupa komen dan vote

Semoga suka ya :))

Jangan lupa follow instagram

Putrilagilagi
Ganindra.putra
Gladisya.alunar
Misca_adidarma


BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang