Special Gift

168K 6.5K 235
                                    

"Le, ada siapa......"

Mata Luna dan Tristan bertemu, keduanya membeku. Tangan Luna ditempelkan di tembok, dan satunya lagi untuk memegang perut buncitnya.

"Kak Tristan?"

"Luna" Tristan berjalan ke arahnya, dan ingin memeluk Luna, tapi belum terjadi karena.......

"WOY KELUAR LO PEREK!"

"PELACUR KELUAR KALIAN!"

"JANGAN ZINAH DI KAMPUNG INI!"

"USIR PELACUR ITU!"

Lea denga sigap membuka pintu karena tak mau membuat Luna semakin stress. Dan saat ia membuka pintu, sudah banyak warga kampung yang berdiri di depan kontrakan Lea.

Tidak hanya ibu-ibu, bapak-bapak juga ada, bahkan ada anak yang masih remaja.

"Tunggu! Tunggu! Ada apa ini?" kata Pak RT yang baru dateng.

"Mereka nyimpen laki-laki di rumah ini pak," kata seorang ibu. "Itu lagi mau pelukan sama cewek hamil," katanya lagi.

"Sadar diri dong, udah hamil gak jelas siapa bapaknya, sekarang malah mau-maunya aja main sama cowok lain" kata ibu yang lain.

Luna ketakutan dan mencengkam jaket yang Tristan pakai, Tristan yang sadar akan hal itu membiarkannya. Ia tau bahwa wanitanya ini sungguh ketakutan. Ia bisa merasakannya.

"Tau tuh! Usir aja mereka!" teriak seorang bapak yang berkumis.

"Sabar, sabar, bukannya ini udah dibahas? Mereka akan pergi sesudah anaknya Dek Luna ini lahir, toh?" Pak RT mencoba menenangkan warganya yang keburu emosi.

"Tapi itu dulu, waktu mereka gak bawa cowok ke rumah ini" jelas salah satu ibu yang dari sorot matanya menandakan kebencian yang teramat pada Luna dan Lea.

"Lagian abang, udah ganteng, kaya lagi, kok mau-maunya sama Luna? Emang sih dia cantik, tapi sayang, pelacur" kata seorang mba-mba muda yang seumuran dengan Tristan.

Tristan mengepalkan tangannya disamping, rasanya ingi nonjok yang mengatakan wanitanya itu pelacur, tapi rasanya tak mungkin. Dia wanita.

"USIR MEREKA!" teriak seorang bapak, dan membuat keadaan semakin riuh.

"Tenang ibu-ibu, bapak-bapak, Dek Lea bisa dijelaskan siapa laki-laki ini? Kenapa datang kesini malam-malam begini?" tanya Pak RT itu pada Lea.

"Dia itu suam......"

"Halah kelamaan, USIR MEREKA!" teriak ibu-ibu yang masih menggunakan rol di kepalanya.

"USIR! USIR! USIR! USIR! USIR!" teriak mereka bersama-sama. Suara Pak RT yang sudah berumur saja kalah dengan mereka.

"USIR! USIR! USIR!" Keadaan semakin riuh, Lea kelabakan menghadapi ini semua. Suaranya dan Pak RT sudah tak akan mereka dengar.

Bahkan, Lea ingin menjelaskan siapa laki-laki yang ada di rumahnya ini saja mereka tak mau tau, dan tak mau dengar. Ia melirik wajah Luna yang terlihat begitu pucat, seperti dulu.

Dan...... "Lunaaa!" teriak Tristan saat Luna jatuh ke dalam pelukannya.

"Wahhh" teriak warga kampung bersamaan. "Ah pura-pura doang tuh" tuduh salah satunya.

"BAJINGAN LO SEMUA, LIAT ISTRI GUA! PINGSAN KAN SEKARANG!" bentak Tristan marah, sudah tak mempedulikkan keadaan sekitar.

"Kalo sampe istri gue kenapa-kenapa, jangan harap kampung ini bakal tetep ada" desis Tristan. Ia menatap mereka dengan pandangan jijik.

Ia melangkah keluar, dan menerobos kerumunan orang itu, sambil menggendong Luna, tapi tak ia biarkan tubuh Luna secuil pun disentuh oleh warga kampung situ.

Bitter-Sweet Wedding ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang